22 Maret 2009

Sesobek Catatan tentang Saya, Sampah Plastik, dan Arti Persahabatan

Ummul Karimah, siswa XI IPA SMA 3 Annuqayah, Koordinator Sosialiasi dan Promosi Tim Gula Merah School Climate Challenge Competition British Council

Jum’at (20/03/2009) kemarin siang adalah hari menyenangkan sekaligus melelahkan. Saya bersama teman-teman PSG memulung sampah di TPA Annuqayah (Taman Kodok) dan TPA Al-Amir. Sungguh begitu indah kebersamaan. Mengingatkan saya pada tahun lalu, 22 April 2008. Hari itu saya dengan teman-teman PSG juga aksi seperti kemarin. Bedanya, dulu kami dibagi menjadi 4 kelompok, sedangkan sekarang karena anggotanya hanya berjumlah 32 maka dibagi menjadi 2 kelompok.
Kami datang untuk menyelamatkan alam. Bila dipikir-pikir, rasanya apa yang kami lakukan memang amat kecil. Tapi bila saya harus memberi harga maka tak dapat saya tentukan nominalnya karena yang besar itu berasal dari yang kecil. Semoga yang kami lakukan itu dapat membantu alam yang sekarang sedang menjerit kepanasan.
Ketika sampah yang kami kumpulkan sudah banyak dan kelompok Al-Amir telah datang bergabung ke TPA Taman Kodok, tentunya kami juga sudah lelah. Lalu kami berpose besama dengan 4 pembimbing. Tempatnya di tengah-tengah lokasi TPA. Momen ini adalah momen yang dapat membuat saya mengenang kisah PSG apabila kelak ketika saya tua saya dapat memandangi hasil cetakan fotonya. Momen yang memang cocok untuk diabadikan. Pemulung yang berdiri di atas sampah dan mendongak menghadap langit. Begitu gagah dan penuh harap akan kedamaian alam yang benar-benar tenteram. Bila diumpamakan seperti Hari Nyepi. Tak ada polusi. Pohon menghirup CO2 dan manusia menghirup O2. Proses valid yang justru kini terbalik karena ulah manusia.
Dalam perjalanan pulang kami melewati batu-batu licin tanjakan curam di sebelah timur TPA. Ada yang menjerit hampir jatuh, ada yang tertawa, dan ada pula yang melinangkan air mata haru akan kisah alam yang begitu mengenaskan. Seharusnya memang haru karena alam adalah sahabat dalam suka duka kita.
Sejenak kami beristirahat melepas lelah, menghilangkan dahaga dengan meminum es gula merah campur kacang ijo. Bersama kami kembali tertawa saling pandang.
Setelah penat berhasil kami usir, maka kami kembali aksi mencuci tumpukan sampah-sampah plastik itu ke kali. Dekat dengan sekolah kami. Rasa lelah yang saya rasa telah hilang mengalir bersama arus di kali itu. Suasana menjadi ramai seperti pasar. Kami main percik-percikan air. Menyenangkan. Seperti kembali pada masa Taman Kanak-Kanak lagi. Sekaranglah kesempatan saya untuk kembali bermain-main melepas semua permasalahan hidup.
Acara ini benar-benar melahirkan berjuta manfaat.
Sesuatu yang kami lakukan setelah itu adalah memenuhi panggilan jiwa yaitu makan bersama. Dari tadi pagi perut saya terus mendendangkan lagu bersyair lapar. Ya, karena paginya saya hanya sarapan mi instan.
Kebersamaan pada saat acara makan bersama berlangsung membuat hati saya tersentuh. Lalu bisikan-bisikan halus mengatakan bahwa saya tak rela jika harus berpisah dengan mereka. Mata yang bening dan indah memancarkan arti persahabatan yang tulus. Tawa yang menggemaskan menumbuhkan inspirasi baru. Merekalah sumber inspirasi saya. Bagaimana bila saya harus berpisah dengan mereka.
Ah. Saya tak boleh hanya memikirkan ini saja.
Karena tenaga telah kembali penuh, maka kami bergegas melanjutkan pekerjaan selanjutnya, yaitu proses penjemuran. Sampah plastik yang sudah kami cuci tadi kini akan dijemur dengan dijahit menggunakan benang. Dalam proses ini saya bersama kawan bernyanyi-nyanyi santai sambil membunuh sepi. Hampir tuntaslah pekerjaan kami, namun kisah ini akan saya abadikan dalam setiap goresan pena perjalanan hidup saya. Selamanya.

Tidak ada komentar: