14 Maret 2008

Keadaan Bumi yang Mulai tak Terkontrol

Judul buku : Bumi Makin Panas Banjir Makin Meluas
Penulis : Prof. Dr. Hadi S. Ali Kodra dan Drs. Syaukani HR, MM
Penerbit : Nuansa, Bandung
Cetakan : Pertama, Agustus 2004
Tebal : 244 halaman

Nasi tanpa lauk, selera makan akan menurun, karena salah satu menu makan kita ada yang kurang. Sama halnya bumi ini, bumi yang sudah mulai kehilangan “lauk pauk” atau jati diri sebagai bumi yang kaya akan sumber daya alam yang sejuk. Bumi kita sudah kehilangan jati diri sebagai bumi yang sejuk dan tentram. Keadaan bumi kita bukan lagi menjadi bumi yang menunjukkan sosok bumi yang sempurna. Alam kita yang sudah mulai mengalami kerusakan, dan kita belum menyadari sepenuhnya akan dampak kerusakan tersebut. Sikap ketidak pedulian kita terhadap hal tersebut sudah menunjukkan kita telah merusak dan membiarkan bumi kita, khususnya Indonesia menjadi tak terkendali dan tak terkontrol.
Di tengah carut marutnya ekonomi Indonesia, hutan kini jadi korban paling mengerikan. Penebangan liar, penyelundupan kayu, pencurian log, kebakaran pengrusakan hutan di era reformasi makin menjadi-jadi. Suara media massa, LSM, dan masyarakat yang menangisi kehancuran hutan Indonesia nyaris tak didengar pemerintah. Baru setelah CGI (Consultative Group of Indonesia) mengancam akan menghentikan bantuan dolarnya, pemerintah kelabakan. Saat ini, CGI masih menunda komitmen bantuannya untuk indonesia senilai 400 juta $ AS karena persoalan hutan Indonesia. CGI menuduh Indonesia tidak serius mengatasi kerusakan hutannya. Padahal hutan Indonesia telah dianggap sebagai “paru-paru” raksasa yang bisa menyerap melimpahnya gas karbon dioksida di udara. Makin banyak gas ini di udara, iklim bumi pun makin panas.
“Lauk pauk” bumi kita sudah hilang. Sungai , hutan dan laut sudah tak menjadi lauk pauk yang asli yang lezat dan sudah tak pantas untuk dijadikan bahan pelengkap. kondisi bumi saat ini sudah disulap menjadi sesuatu yang sudah tercampur ini-itu, bahan pengawet sudah merasuk.
Hutan sudah tidak menjadi hutan, akan tetapi ia menjadi bahan tambang manusia tanpa memikirkan dampak negatifnya. Tinggal nebang dan dibiarkan begitu saja tanpa melakukan reboisasi bahkan di hutan-hutan besar misalnya di Sulawesi dan Kalimantan sering terjadi penebangan liar dan dijual secara ilegal ke negara tetangga yakni Malaysia.
Jika kita terbang di atas pulau Kalimantan, akan terlihat permukaan pulau itu botak-botak. Liukan kali-kali di tengah kehijaun pulau terbesar di Indonesia itu sudah terlihat muram, tidak lagi menampakkan keindahan yang alami. Dari udara, memang masih terlihat. Tapi warna airnya tampak kecoklatan, bahkan ada yang abu-abu. Sementara disana-sini, terlihat permukaan tanah yang kecoklatan.
Paru-paru Kalimantan yang menghisap gas asam arang dan mengeluarkan gas asam sudah tercabik. Kebakaran yang tiap tahun terus menimpa hutan tropis Kalimantan menjadikan paru-paru Borneo itu rusak berat, bagai penderita TBC yang kronis. Tragisnya, rintihan sakit sang Kalimantan tak didengar orang. Begitupun dengan sungai Mahakam yang menjadi saksi bisu, betapa kejamnya pengusaha HPH dalam merusak alam Kalimantan yang dulu terkenal sebagai zamrud Katulistiwa itu.
Kini manusia yang tak bertanggung jawab terhadap lingkungan tersebut telah membuat suatu kerusakan yang menelan banyak korban.
Kebakaran pasar tanah abang yang berlangsung lebih 24 jam sejak Rabu hingga Kamis (19-20/2/2003), merupakan kebakaran terbesar di Asia Tenggara hingga membuat regu pemadam kebakaran tak berdaya. Jakarta barangkali merupakan kota paling aneh di dunia: musim hujan, banjir, dan kebakaran sekaligus terjadi dalam periode bersamaan.
Kenapa semua ini terjadi? Konsep ruang (lanskap) pembangunan di wilayah DKIlah penyebabnya. Sebagai contoh, di tanah seluas 1,2 hektar di pasar tanah abang di bangun lebih 2.000 kios. Secara logika, mampukah lahan seluas itu menampung kios yang benar-benar memenuhi sarat kesehatan, kebersihan, pencegahan bahaya dengan konsep early warning system, dan kebakaran? Nyaris tak mungkin.(hlm. 53)
Hutan alam, khususnya hutan tropis merupakan paru-paru bumi. Hutan menghirup gas karbon dioksida dan menghembuskan gas oksigen untuk dihirup manusia. Dengan lestarinya hutan, keberlangsunga hidup makhluk terjamin dan kadar gas karbon dioksida di udara yang menaikkan suhu atmosfer bumi ikut terkendali. Karena itu kita perlu melestarikan hutan kita dan menghentikan kerusakan hutan yang sekarang sudah mencapai 2,5 juta hektar pertahun. Jika kondisi ini dibiarkan, dalam 20 tahun lagi Indonesia akan menjadi negeri gundul. Kita bisa membayangkan, seandainya hutan tropis musnah,maka apa yang akan terjadi kelak dimuka bumi. Hutan tropis merupakan tempat kehidupan lebih 70% jenis spesies yang ada di bumi.
Buku ini menyorot berbagai hal dibalik kerusakan hutan dengan bahasa populer yang mudah dipahami masyarakat umum sangat langka. Tak banyak buku yang mencoba menyajikan persoalan deforestasi dengan pandangan multidimensi, khas gaya bahasa artikel di koran, dan buku ini merupakan bunga rampai artikel-artikel lepas di media massa untuk kemudian dihimpun untuk merenungkan nasib bangsa kita bila hutan telah tiada. Uniknya buku ini memuat informasi-informasi tentang suatu kejadian seputar lingkungan dan sebab-sebabnya, jadi dengan buku ini seakan-akan kita berada di tempat kejadian tersebut karena bukan hanya kabar-kabar tentang lingkungan yang baru terjadi, Namun, kejadian yang sudah dulu, tertulis dibuku ini. Tulisan ini sungguh rugi jika kita lewatkan untuk dibaca.


Mel@ncoli$

13 Maret 2008

Peri Penolong Madaris 3


Tak ada kesulitan bagi kami ketika ingin mengetahui cerita unik dari beliau. Hanya dengan beberapa langkah kami sudah sampai di rumahnya. Hal itu disebabkan dekatnya sekolah kami dengan rumah beliau.

Orang-orang, khususnya di sekolah Madaris 3 Annuqayah yang telah dia layani. Pantas saja waktu itu dia sedang melepas lelah setelah seharian beraktivitas. Dzuhur. Itulah waktu yang kami pilih. Waktu yang tidak tepat untuk dijadikan sasaran. Namun waktu kami dan waktu beliau tak bisa dipadukan, disebabkan sebuah profesi yang berbeda. Kami pulang tanpa ada rasa kecewa sedikitpun. Kami mengerti akan profesinya sebagai penjual makanan yang harus melayani konsumen dengan baik. Akhirnya kami putuskan untuk berbincang-bincang lebih dengannya di sekolah saja. Keesokan hari, kami mulai perbincangan itu untuk mengetahui seluk-beluk riwayat hidupnya. Sosok yang tak pernah pantang menyerah dalam menghadapi dunia yang semakin kejam ini. Krisis ekonomi, yach itulah masalahnya. Tak ada seorangpun yang dapat memungkiri bahwa tak ada masalah dalam permasalahan ekonomi, baik itu santri, guru, petani, maupun siswa. Siapapun orangnya entah itu seorang presiden, pasti merasakan kesulitan dalam permasalahan ekonomi, khususnya pendapatan sehari-hari untuk menopang hidupnya. Mungkin yang menjadi perbedaan adalah penghasilannya saja. Sosok inilah yang harus kita contoh, sosok yang tetap bertahan dari zaman dulu sampai saat ini dan tetap setia untuk menekuni profesinya sebagai penjual makanan. Menyerah, tak ada dalam kamus hidupnya. Usaha, usaha, dan usaha, pantang mundur, itulah prinsipnya. Nyi Sa’diyah adalah sosok penjual makanan yang tetap setia menjadi obat kenyamanan lambung, demi lancarnya kelangsungan hidup siswi Madaris 3 Annuqayah, bahkan seluruh kompleks Annuqayah. Siapa yang tak kenal sosok Nyi Sa’diyah. Dia sudah belasan tahun mengabdikan diri untuk menjual makanan di Madaris 3 Annuqayah, selain hobinya yang suka memasak, Ia juga ingin menopang hidupnya sebagai penjual makanan. Dunia pertanian juga ia geluti, namun tak sepenuhnya.

Bu’ Sa’, begitulah panggilan sehari-harinya. Kira-kira pada tahun 1970 dia mulai menekuni profesinya. Pertama, ia mulai menjual “manisan gula” yang ia bawa kesekolahnya. Karena tuntutan orang tua untuk dinikahkan, pendidikannya berhenti sampai kelas 3 MI saja. Dari situlah dia langsung mengembangkan jualannya itu dengan lebih baik. Mulai dari manisan gula, ke makanan yang lebih membutuhkan tenaga untuk mengolahnya. Rujak(ketupat campur kacang ulek) dan makanan lainnya.

Akhirnya sampai sekarang makanan itu tetap menjadi jualan khas beliau. Jadi, jika siswa bilang “yuk beli rujak” maka jangan ditanya lagi mereka akan kemana, pasti mereka berbondong-bondong menuju kekantin bu’ sa’. Dan sekarang dia mulai “meracek” sendiri makanan-makanan yang mungkin sudah kita kenal di luar kepala yaitu campur, ketupat kuah, rujak dan lain-lain. Penghasilan setiap harinya yang ia perolah dinamis, kadang memuaskan hati, kadang membuat hatinya bertanya “ sengko’ tak ngerteh jha’ arapah? Apah keng nak- kanak apasah yeh..”, sambil mengulek sambel rujak ketika kami tanya tentang kebingungannya terhadap penghasilannya yang selalu berubah. Namun ia tetap bersyukur karena telah diberikan pekerjaan seperti ini “bhang tembhang sengko tak alakoh bing” jawabnya penuh semangat dengan senyum mengembang dari bibir sayunya yang menunjukkan beliau adalah sosok gadis cantik ketika masa mudanya, namun sekarang kecantikannya itu sudah termakan usia.

Tempat ia menjualpun sebelumnya sempat berpindah-pindah, pertama ia menjual di bara’ laok(Kawasan Madaris 1 sekarang) katanya, ketika itu masih lembaga MI saja tak ada MA, Mts dan STIKA seperti sekarang ini. Perawakannya yang menunjukkan usia yang sudah tua tak dapat mencegah profesi uniknya ini untuk berjualan di Madaris 3 Annuqayah. Dia harus mempersiapkan semuanya, sehari sebelum berjualan, dan dia tidak hanya berjualan di Madaris 3 ini saja, ia juga menyebarkan gorengan-gorengannya ketoko-toko atau warung lain, sebagai tambahan penghasilan.

Wanita yang tidak mempunyai seorang anakpun ini, merasa sangat santai sekali menekuni profesi yang sekarang ia geluti. Seperti tak ada beban. Namun sebagai sunnatullah, yang paling mengesankan baginya ketika dia harus bangun pagi untuk mempersiapkan jualannya.

Anak-anak sedikit kesal terhadap sikapnya yang agak pelit, terutama terhadap sambal ulegnya, pasti ketika anak-anak akan minta sambel ulegnya, kalimat yang akan terlontar dari beliau “duh... ja’ nya’ bennya’ cabbih larang nak”. Memang ketika pernyataanya sesuai dengan fakta, anak-anak akan memakluminya, namun ketika beliau dianggap mengarang, maka tidak segan-segan mereka mengambil sambel uleg sebanyak mungkin. Akan tetapi Siswa juga tidak akan dapat memungkiri akan jasanya yang begitu besar. “Tanpa beliau, proses belajar akan amburadul, soalnya laper sich”, kata Rara dan I2m siswi kelas XI SMA 3 Annuqayah ketika ditanya tentang jasa nyi Sa’diyah. Masalah enaknya masakan bu’sa’ jangan ditanya, semua siswi suka pada masakannya, namun bukan berarti makanannya setiap hari laku terjual, disebabkan uang saku siswa yang rata-rata status ekonomi murid Madaris 3 Annuqayah kelas menengah kebawah, kalaupun ada yang lebih, paling hanya sedikit. Dan biasanya, persaingan perdagangan yang terjadi di Madaris 3, karena tidak hanya beliau yang berjualan, Mbak Tin itulah panggilan anak-anak terhadap penjual makanan yang sedikit banyak menyaingi Bu’ Sa’.

Sekitar pukul setengah tujuh dia sudah mulai mengantarkan jualannya kesekolah kami, namun dia tidak mengantarkan sendiri, dia menyuruh tetangga dekatnya, Nyi Rahma untuk mengantarkan jualannya. Dengan begitu Bu’ Sa’diyah menjadi sedikit ringan dalam hal angkut mengangkut jualannya ke sekolah. Namun ketika sudah pulang dia tetap harus mengangkut jualannya sendiri karena Nyi Rahma juga masih punya pekerjaan yang juga harus diselesaikan sebagai petani.

Sebuah profesi yang unik dan mengesankan… dan kalimat unik terakhir kami dapatkan “ ja’ kal nakal se ajereh ma’le ta’enga’ sengko’ areya, ja’ dus thodhus mon alakoa. Apah se ekakanah mon ta’ alako.” sebuah kalimat yang menggerakkan hati.


Rahmatin (XI A SMA 3 ANNUQAYAH)


12 Maret 2008

Bagaimana Cara Menjelaskan?

Bagaimana Caranya Saya Menjelaskan ?
Bapak konsultan yang saya hormati. Ada yang ingin saya tanyakan namun ini adalah hal yang sudah biasa kita dengar, akan tetapi bagi saya ini adalah suatu hal yang sangat berarti.
Dulu ketika saya kelas 2 SMP pernah menjalin hubungan dengan seorang cowok sebut saja dia “Andre”. Dia sangat setia, pengertian dan sangat menyayangi saya bahkan kami berjanji untuk saling setia dan tidak akan pernah pindah kelain hati. Hubungan kami berlanjut selama tiga tahun lebih. Namun selain saya punya kekasih, saya juga punya sahabat yang selalu siap menerima keluh kesahku, dan ternyata tanpa saya sadari dia menaruh hati padaku.
Dan kesalahan terbesar yang dia lakukan adalah dia mengungkapkan isi hatinya ketika hubungan saya sangat baik dengan kekasihku. Dengan tindakan konyol dia (sahabatku) telah merusak hubunganku dengan Andre. Akhirnya Andre selalu cemburu dan mengira bahwa saya ada hubungan dengan sahabatku. Padahal saya sudah berkali kali menjelaskan pada Andre bahwa saya tidak pernah punya hubungan khusus dengan dia, kecuali hanya sebatas sahabat nggak lebih. Sekarang yang ingin saya tanyakan :
1. Apa yang harus aku lakukan ??
2. Bagaimana agar dia percaya akan hubunganku dengan sahabatku yang hanya sebatas teman biasa??

Lina Nafazatin Naila (XI A SMA 3 Annuqayah)


Lina yang baik, sebelum saya menjawab pertanyaan Lina, kalau boleh saya ingatkan, menjalin hubungan seperti itu seharusnya Lina pertimbangkan dengan baik dari berbagai segi, terutama dari segi agama. Jangan sampai masuk lebih jauh lagi agar tidak menyesal dikemudian hari. Mengenai pertanyaan Lina,
Pertama, yang harus Lina lakukan, dengan menjelaskan kedua belah pihak(kekasih dan sahabat) dengan mempertemukan keduanya, agar tidak ada kecemburuan bagi kekasih Lina dan kekecewaan bagi sahabat Lina. Kalau sahabat Lina memang hanya menganggap sahabat.
Kedua, kalau memang penjelasan yang dibarengi mempertemukan keduanya masih kurang cukup bagi kekasih Lina, maka Lina harus pilih salah satunya. Jika kekasih yang lebih diutamakan, Lina harus menjauhi sahabat Lina, meskipun dalam waktu-waktu tertentu, sehingga kekasih Lina mengetahui kalau Lina tidak punya hati pada sahabat Lina, kecuali sekedar teman biasa.

Nggak Mau Berusaha

Assalamualaikum Wr. Wb
Bapak konsultan yang saya hormati, aku punya sedikit masalah dengan temen-temenku. Kenapa ya… temen-temenku selalu saja minta jawaban(nyontek)? ga mo ngasi ga enak, jangan jangan saya dibilang pelit, Nggak punya rasa toleranlah dan masih banyak celoteh-celotehan lain yang kurang enak didengar telinga. Padahal nyontek itu ga baikkan? Bahkan itu nggak usah ditanya, selain membuat kita malas belajar, kita (yang ngasi contekan) akan rugi. Karena kita yang pontang panting belajar kesana kemari eh, dianya asyik nyalin jawaban dengan tampang ga bersalah gitu (bukannya sok lho…!!) mohon solusinyanya. Dan apa yang harus saya lakukan? Agar mereka nggak salah paham pada penolakan yang saya lakukan?!
Terimakasih atas jawabanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Zieva (XI B SMA 3 Annuqayah)


Zieva yang pintar, sikap anda baik, tapi kebaikan tidak harus terjerumus dalam keburukan, seperti yang Zieva paparkan. Yang harus Zieva lakukan mengenai hal yang diatas;
Pertama, berikan penjalasan pada teman Zieva, bahwa perbuatan itu kurang baik dan dapat merugikan diri sendiri.
Kedua, ajaklah belajar bersama agar mereka faham dan mengerti. Sehingga jika ada ujian, teman Zieva tidak nyotek lagi. Mungkin sebab dari menyonteknya teman Zieva karena dia tidak tahu dan tidak ada teman belajar. InsyaAllah hal itu tidak akan terjadi lagi.
Semoga saran singkat ini tidak membuat Zieva mengeluh dan capek karena harus mengurus teman Zieva untuk belajar bersama. Zieva harus ingat, dengan begitu Zieva sudah menanam benih-benih yang baik dan suatu saat Zieva akan menemukan kebaikan.