23 Desember 2010

OSIS SMA 3 Annuqayah Gelar Diskusi tentang Fotografi

Siti Nur Aini, siswa XII IPS SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Untuk mengisi hari libur tahun baru hijriyah, Selasa (07/12) yang lalu, OSIS SMA 3 Annuqayah menggelar acara diskusi tentang fotografi bertajuk “Merekam Dunia dengan Kamera”.

Acara dimulai pada pukul 08.30 WIB dan berakhir pukul 11.00 WIB. dengan difasilitasi langsung oleh M.Mushthafa, kepala SMA 3 Annuqayah.

Ada 56 orang peserta yang mengikuti acara tersebut, di antaranya terdiri dari utusan tiap kelas di SMA 3 Annuqayah dan utusan tiap komplek dan sekolah putri yang ada di Annuqayah.

Acara yang bertempat di Perpustakaan Madaris III Annuqayah itu berlangsung dengan santai tapi serius. Para peserta tanpak antusias sekali dalam menyimak dan mendengarkan penjelasan dari M.Mushthafa.Tapi sayangnya, saat itu para peserta hanya bisa belajar teori tanpa bisa praktek langsung karena peserta tidak ada yang membawa kamera.

Dalam penyajiannya di bagian awal, Gus Mushthafa, begitulah sapaan akrabnya, mengemukakan bahwa tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mengajarkan para peserta agar bisa menggunakan kamera secara maksimal, agar hasil gambar yang diperoleh terlihat bagus dan menarik.

“Fotografi adalah menggambar objek dengan cahaya,” begitulah Gus Musthafa mendefinisikan pengertian dasar fotografi. Dia juga mengemukakan beberapa poin penting unsur-unsur dalam kamera. Di antaranya aperture (bukaan lensa), shutter speed (kecepatan rana), dan ISO (sensitivitas sensor terhadap cahaya). Menurutnya jika sudah bisa memahami tiga unsur tersebut maka akan mudah menggunakan kamera secara maksimal.

“Sebenarnya inti dari kamera itu adalah cahaya,” tuturnya di sela penyajiannya. “Di Annuqayah banyak kamera saku, tapi kamera itu tidak digunakan secara maksimal. Hal ini sangat disayangkan,” lanjutnya.

Gus Mushthafa juga memberikan beberapa tip sederhana bagaimana fotografi yang baik untuk pemula. Di antaranya, sering melakukan eksprimen, jangan tergantung pada fitur zoom, gunakan lampu blitz hanya saat darurat, dan saat melakukan eksprimen mencoba dengan format yang berbeda (vertikal/ horizontal).

Di akhir acara, Gus Mushthafa menunjukkan foto-foto koleksinya selama di Eropa menggunakan kamera Lumix dan koleksi foto setelah pulang dari Eropa, yakni ketika menggunakan kamera DSLR. Para peserta sangat menikmatinya, bahkan ada yang sampai tertawa terpingkal-pingkal karena foto-foto kegiatan santri di Annuqayah yang ditampilkan menggunakan LCD proyektor itu terkesan lucu.

“Saya bermimpi, suatu saat Annuqayah dapat merekam keseharian santri menggunakan kamera yang nantinya diberi tajuk dari masing-masing kegiatan. Misalnya, santri dan jajan, santri dan olahraga, dan lain sebagainya,” harap M. Mushthafa.

07 November 2010

SMA 3 Annuqayah Mengkader Jurnalis


Ummul Karimah, alumnus SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Pada hari Jum’at (05/11) kemarin, SMA 3 Annuqayah menggelar acara pelatihan jurnalistik. Acara yang dilaksanakan dengan sederhana ini bermula dari semangat kepala SMA 3 Annuqayah, M. Mushthafa, yang menginginkan agar blog Madaris 3 Annuqayah tetap aktif dan semarak. Akhirnya keinginan tersebut mendapat respons semangat dari beberapa siswa yang mendaftar untuk mengikuti acara tersebut.

Acara yang dimulai pada pukul 09.05 WIB itu bertempat di perpustakaan Madaris 3 Annuqayah dengan difasilitasi langsung oleh M. Mushthafa. Para peserta yang berjumlah 10 orang tampak antusias dalam memperkenalkan diri dan bercerita pengalaman menulis mereka.

“Acara semacam ini sudah lama tidak ada. Saya jadi ingat Februari 2008 lalu. Dulu sampai serius bikin panduan jurnalistik. Ini bukunya saya bawa,” kenang M. Mushthafa sambil menunjukkan buku bersampul biru kepada seluruh peserta.

Acara tersebut berjalan santai tapi serius, sampai-sampai hujan yang turun amat deras di pertengahan acara tak menjadi masalah dan bahkan tak dihiraukan oleh peserta.

Siti Nur Aini, siswa kelas XII IPS, mengatakan bahwa acara ini mengasyikkan, tidak terlalu tegang dan keterangan mudah dicerna serta dipahami. “Penyampaian Ra Mushthafa selalu disertai contoh sehingga saya langsung ngerti,” tambahnya.

Dalam penyampaiannya di bagian awal, M. Mushthafa memancing siswa dengan beberapa pertanyaan mendasar. Seperti, mengapa berita perlu ditulis, mengapa siswa perlu menulis berita padahal sudah ada wartawan, dan apa fungsi citizen journalism (jurnalisme warga) yang kini marak diperbincangkan.

Peserta antusias untuk menjawab sehingga sedikit demi sedikit pertanyaan-pertanyaan itu dapat terjawab dengan sendirinya. Barulah setelah itu, M. Mushthafa memberi pendalaman materi tentang penulisan berita.

M. Mushthafa juga menyampaikan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis. Salah-satunya adalah harus punya rasa ingin tahu, peka, dan punya naluri berita. “Seorang jurnalis tidak perlu menunggu ada acara atau kejadian, tapi mengkaji hal-hal sederhana dan dapat mengambil sisi menariknya,” paparnya.

Pada pukul 11.00 WIB peserta dibubarkan untuk istirahat dan berlatih menulis berita apa saja. Mereka sepakat untuk berkumpul pada pukul 13.00 WIB. Pada sesi terakhir, semua peserta membacakan karya masing-masing yang langsung dikomentari oleh M. Mushthafa.

“Jadi kalau 1 bulan masing-masing yang hadir di sini menulis satu berita saja, berapa karya dalam setahun? Pasti blog Madaris 3 Annuqayah akan ramai. Anak-anak, saya tunggu karyanya,” pungkasnya sambil memasukkan kamera ke dalam tasnya.

06 November 2010

Sharing Kepenulisan Bersama Ahmad Sahidah


Siti Nur Aini, XII IPS SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Pada hari Ahad tanggal 17 Oktober 2010, SMA 3 Annuqayah mengadakan acara sharing seputar kepenulisan bersama Ahmad Sahidah, seorang dosen di Malaysia. Temanya "Kreativitas Berpikir dan Menulis". Kira-kira ada 30 orang siswa yang mengikuti acara tersebut. Di antaranya terdiri dari utusan tiap kelas di SMA 3 Annuqayah dan ada juga utusan dari sekolah lain di Annuqayah.

Acara yang bertempat di Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah itu dimulai pada pukul 12.45 WIB, sepulang sekolah.

Meskipun cuaca pada saat itu panas sekali, ditambah lagi sejak dari pagi otak para siswa dipenuhi dengan materi di kelas, tapi acara tetap berlangsung dengan lancar. Sahidah mampu membuat suasana pada saat itu tidak monoton. Ia memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mudah, sehingga para siswa saling berebutan untuk menjawab pertanyaannya itu.

Sahidah adalah alumni Annuqayah. Di Annuqayah, ia menempuh studi di MTs 1 dan MA 1 Annuqayah. Sewaktu Aliyah, ia pernah menjabat sebagai ketua OSIS. Selama di Annuqayah, ia mondok di Latee.

Karena itulah ia sangat antusias sekali untuk memberikan ilmunya dan berbagi pengalaman dengan siswa Annuqayah. Seperti halnya pada kesempatan itu ia memberikan motivasi kepada siswa sepintas tentang dunia kepenulisan agar dalam diri siswa tertanam keinginan untuk menulis.

Menurut Sahidah menulis adalah hal yang mudah asal ada keinginan. Berkat menulislah ia bisa melanjutkan studi dan kini bekerja sebagai dosen di Malaysia.

“Menulis bisa dimulai dengan mengamati hal-hal kecil di sekitar kita. Dengan begitu maka akan timbul pertanyaan dalam benak kita,” tutur alumnus IAIN Sunan Kalijaga dan Universitas Sains Malaysia itu.

Acara berlangsung selama hampir dua jam. Di akhir acara, Sahidah menekankan kepada siswa untuk tidak malu bertanya, karena malu bertanya sesat di jalan.

05 November 2010

MI 3 Annuqayah Praktik Materi Sains Perubahan Suatu Benda


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pada hari Sabtu, 23 Oktober lalu, tiga hari sebelum dilaksanakannya praktik korespondensi, siswi MI 3 Annuqayah melakukan praktik materi sains. Materi praktik pada hari itu tentang perubahan suatu benda.

Praktik dilakukan dengan tujuan agar siswi tahu dan melihat langsung bagaimana proses perubahan suatu benda terjadi. “Perubahan suatu benda disebabkan oleh beberapa faktor: suhu, air, mikroorganisme, dan waktu,” kata Mega, mengawali materi.

Sore itu siswi MI 3 Annuqayah melakukan praktik perubahan benda yang disebabkan oleh suhu. Pertama, mereka menyediakan dua buah kompor. Setelah kompor menyala, anak-anak meletakkan panci di atasnya yang sebelumnya sudah diisi air.

“Nah, coba kalian perhatikan sekarang, air yang dipanaskan hingga mendidih dapat mengubah wujudnya menjadi uap. Ini yang disebut dengan perubahan suatu benda,” katanya, menjelaskan.

Kegiatan hari itu diikuti oleh dua belas siswi, dan dilangsungkan di Star, Sabajarin. Sedangkan materi dimulai pukul 15.30 WIB dan berakhir pada pukul 16.45 WIB.

28 Oktober 2010

Peran Pemulung Sampah Gaul

Ach. Qusyairi Nurullah, Peneliti di The Pencil Connection Madura

Isu global tentang adanya perubahan iklim (climate change) yang ditandai dengan adanya kenaikan emisi gas hingga 70% dari tahun 1970 hingga 2004 merupakan indikasi nyata dari krisis lingkungan yang banyak dibicarakan masyarakat dunia akhir-akhir ini. Seperti data yang telah dirilis oleh pihak PBB tentang Perubahan Iklim (UNFFFC), menyatakan bahwa rata-rata temperatur global telah naik 1,3 derajat Fahrenheit (setara dengan 0,72 derajat Celcius) dalam 100 tahun terakhir. Rata-rata permukaan air laut mengalami kenaikan hingga 0,175 centimeter setiap tahun sejak 1961. Diperkirakan sekitar 20-30% species tumbuh-tumbuhan dan hewan berisiko punah jika temperatur naik 2,7 derajat Fahrenheit (setara 1,5 derajat Celcius).

Para ahli lingkungan mengatakan bahwa perubahan iklim itu terjadi karena hancurnya tatanan ekosistem. Perubahan iklim yang lebih dikenal dengan pemanasan global (global warming) menjadi kecelakaan permanen yang hingga kini belum teratasi. Keyakinan umum masyarakat menyebutkan, bahwa krisis lingkungan yang ekstrim dan mengancam kehidupan orang banyak ini merupakan efek domino dari perkembangan teknologi yang tidak memperhatikan eksistensi lingkungan. Negara-negara maju sebagai penggerak lahirnya berbagai jenis teknologi pun menjadi kambing hitam.

Krisis lingkungan yang meresahkan banyak kalangan ini semakin diperparah oleh tindakan manusia yang tidak bertangung jawab. Dari 1980 hingga 2004, manusia melakukan perusakan hutan dan penambangan liar yang menjadi penyebab berbagai bencana besar. Ada tak kurang dari 1.150 kali bencana terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Indonesia yang diharapkan menjadi paru-paru dunia dalam mengurangi dampak emisi global ternyata juga menjadi negara pengeksploitir hutan terbesar sedunia. Penebangan hutan secara liar di Indonesia kian tak terkendali. Sehingga, selama puluhan tahun terjadi penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Hasil penafsiran Citra Landsat tahun 2000, menunjukkan sekitar 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan.

Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa masih tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya.

Eksistensi hutan sebagai satu-satunya paru dunia yang memberikan oksigen pada manusia tentu saja memerlukan perawatan yang baik dan konsisten agar tetap lestari. Membiarkan hutan tergunduli sama halnya dengan menghendaki bencana alam itu terjadi. Karena itu, sikap kurang ramah terhadap lingkungan sekitar mesti dipikir kembali dan diiris sepenuh hati, sehingga tercipta mentalitas peduli lingkungan yang tinggi dan melahirkan sikap empati terhadap alam.

Mendekatkan anak pada lingkungan

Kerusakan lingkungan yang terjadi bukan semata-mata proses alamiah, tetapi tidak lepas dari ulah tangan manusia. Mentalitas eksploitatif terhadap alam merupakan masalah serius yang mesti ditangani secara serius pula. Hal ini terjadi karena alam masih saja dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dari kehidupan manusia. Di sinilah peran penting pendidikan menjadi sangat urgen. Pada kondisi kronis seperti ini, dunia pendidikan dituntut tidak hanya menjadi lembaga yang mencetak manusia arif terhadap manusia dan mengenali siapa Tuhannya, tetapi juga mampu memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungannya.

Selama ini, para aktivis lingkungan seringkali menggunakan pendekatan birokrasi dalam rangka menghidupkan gerakan peduli lingkungan. Meski akhir-akhir ini terlihat adanya pelibatan institusi agama, seperti kerjasama Yayasan KEHATI dengan Nahdlatul Ulama (NU) dalam Pogram Konservasi Alam melalui Pesantren. Hal itu bisa dimaknai sebagai sebuah perkembangan, namun tetap saja masih terasa timpang. Gerak pikir kaum aktivis lingkungan masih dipenuhi oleh logika bahwa untuk mengatasi masalah besar harus menggunakan pendekatan kepada institusi yang besar pula. Karena itu, proses menumbuhkembangkan kepedulian lingkungan pada diri anak didik di lembaga pendidikan menjadi langkah strategis yang perlu digarap pula oleh para aktivis lingkungan.

Memotret Pendidikan sadar Lingkungan di SMA 3 Annuqayah

Kesadaran akan pentingnya mendekatkan anak didik pada lingkungan alam sekitar agaknya disadari oleh pengelola lembaga pendidikan tingkat SMA di Madaris 3 Annuqayah. Lembaga pendidikan yang terletak di pulau Madura Kabupaten Sumenep Kecamatan Gulu-Guluk, Desa Guluk-Guluk ini, bisa dikatakan satu-satunya lembaga pendidikan tingkat SMA di wilayah Kabupaten Sumenep yang mendorong proses penumbuhkembangan kepedulian lingkungan kepada anak didiknya melalui komunitas Pemulung Sampah Gaul (PSG). Komunitas ini menjadi wadah bagi siswa untuk turut serta menyelesaikan persoalan lingkungan hidup di sekitarnya. Prinsip mereka adalah melakukan penyelamatan lingkungan di tingkat lokal untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan secara global (global warming local cooling).

Dalam tubuh PSG ini, terdapat tiga tim yang bergerak pada wilayah yang berbeda: Tim Pertama, Tim Sampah Plastik. Misi besar tim ini adalah upaya menyelamatkan bumi dari bahaya sampah plastik, karena plastik merupakan jenis sampah yang paling sulit lebur dengan tanah.

Faktanya, banyak dampak buruk dari sampah plastik ini. Menurut catatan Kompas (6/8/2008), volume sampah yang cukup tinggi akan berpotensi menjadi limbah yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Sampah juga berpotensi menurunkan kualitas tanah dan air karena terkontaminasi oleh partikel-partikel plastik itu sendiri. Tumpukan plastik yang tidak dikelola secara baik juga akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berdampak pada pemanasan global. Sebagai tambahan, untuk memproduksi plastik, dibutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya, angka yang fantastis, tapi tidak hemat energi untuk barang yang berbahaya ini.

Dalam upaya mewujudkan misinya, tim Sampah Plastik ini memulai dengan menyiapkan tiga tempat sampah yang berbeda, yaitu: tempat sampah anorganik kering, anorganik basah, dan sampah organik. Sampah yang telah dipilah didaur ulang menjadi alat yang dapat digunakan kembali: seperti membuat tas, jas lengan, tempat pensil, sandal, dan sajadah dan jenis alat yang lainnya.

Tim Kedua, adalah Tim Pupuk Organik. Misi besar yang diusung adalah mengajak seluruh lapisan masyarakat sekitar sekolah untuk memanfaatkan limbah pertanian menjadi pupuk organik. Penggunaan pupuk organik menjadi agenda penyelamatan ekosistem tanah yang dirusak oleh bahan-bahan pupuk kimia. Tidak hanya itu, tanaman yang dibiakkan dengan pupuk kimia itu pastinya akan mengandung unsur kimia pula, sehingga bila dimakan akan merugikan terhadap kesehatan. Mimpi mulia membuat pupuk dari bahan organik inilah yang pada akhirnya mengantarkan tim ini dinobatkan sebagai juara 5 dalam lomba School Climate Challenge British Council Competition se-Indonesia.

Tim ini mulai memproduksi pupuk organik dan hasilnya ditunjukkan kepada masyarakat. Cara ini digunakan untuk mengajak mereka menggunakan pupuk yang murah, ramah lingkungan dan mudah dibuat oleh mereka sendiri.

Tim Ketiga, adalah Tim Gula Merah. Misi besarnya ialah Mengonservasi Gula Merah Pohon Siwalan. Tim ini dibentuk berdasarkan temuan bahwa pohon siwalan di wilayah Madura terancam punah. Pohon ini banyak ditebang untuk dijadikan kayu bakar. Pohon yang ditebang tidak diganti dengan tanaman Siwalan yang baru. Pada akhirnya, hal ini memengaruhi terhadap produktifitas pembuatan gula merah.

Atas dasar itulah, maka konservasi Pohon Silawan tidak hanya soal pengurangan dampak pemanasan global, tapi juga soal pelestarian tanaman lokal di Madura. Apabila kelestarian Pohon Siwalan ini terjaga, maka masyarakat dapat mengambil banyak manfaat darinya. Misalnya dengan membuat gula merah, atau membuat tikar, timba dan lain sebagainya dari daunnya.

Yang perlu disadari dan dipahami dari PSG ini, bukan pada karya yang dihasilkan dari tiap-tiap tim, tetapi bagaimana upaya sekolah dalam melatih siswa agar memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan dapat menjadi pahlawan lingkungan di sekitarnya. Inilah yang mesti diapresisasi dan bahkan direplikasi oleh berbagai lembaga pendidikan yang lain.

Penutup

Laju krisis lingkungan yang kian mencuat sebenarnya bermula dari tidak adanya kesadaran mencintai lingkungan itu sendiri. Pola pikir yang tidak menghargai dan memperhatikan eksistensi lingkungan sebagai bagian dari kehidupan manusia harus diubah dan ditata kembali dengan rapi. Dalam konteksi ini maka penting menanamkan nilai-nilai sadar lingkungan sejak dini kepada anak-anak. Hal ini bisa dilakukan secara bertahap di lembaga pendidikan.

Sebagai contoh kasus, gerakan pendidikan sadar lingkungan seperti yang dijalankan di SMA 3 Annuqayah dengan PSG-nya adalah potret penanaman nilai-nilai cinta alam bagi anak didik yang perlu ditumbuhkembangkan di lembaga lainnya.

Akhirnya, kita perlu senantiasa menjaga sumber daya alam. Sebab alam bukanlah warisan nenek moyang, tetapi titipan untuk anak cucu mendatang. Bila gerakan di tingkat lokal terus berkembang, maka krisis di tingkat global akan terselesaikan dengan sendirinya. (*)

Tulisan ini dikutip dari Web Media Indonesia.

27 Oktober 2010

Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah Belajar Korespondensi


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Selasa sore (26/10) kemarin, beberapa siswi yang tergabung dalam komunitas sanggar pelangi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah berkumpul di Star, laboratorium belajar yang biasa digunakan untuk melangsungkan kegiatan ekstrakurikuler oleh siswi-siswi MI 3 Annuqayah.

Sore itu mereka belajar dan praktik materi surat-menyurat (korespondensi). Korespondensi adalah aktivitas mengirim surat kepada kerabat dan sanak saudara. Biasanya, korespondensi ditulis tangan dan dikirm melalui layanan pos. Seiring dengan laju perkembangan dunia teknologi dan kebutuhan informasi yang serba cepat, tradisi korespondensi mulai tergerus dan digantikan dengan layanan pesan singkat (short message service).

Kegiatan pada sore itu merupakan upaya kecil Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah untuk merawat dan menumbuhkembangkan kembali tradisi tulis-menulis. ”Dengan korespondensi, anak-anak jadi tahu bahwa dulu, sebelum berkembang teknologi telepon selular, kakak-kakak mereka menggunakan media korespondensi untuk mengirim kabar kepada kerabat dan sanak saudara,” kata Mega ESY, tutor Sanggar Pelangi sore itu.

Kegiatan yang dimulai pukul 15.30 WIB itu diikuti sembilan belas siswi dari berbagai kelas. Biasanya, mereka datang awal setelah adzan Ashar berkumandang. Seringkali terlebih dahulu mereka berkumpul sambil berbagi cerita sebelum kegiatan dilangsungkan. Di akhir pertemuan, surat-surat dibaca satu persatu oleh tutor kegiatan. Setiap surat tuntas dibaca, anak-anak menghujaninya dengan tepuk tangan. Mereka lalu pulang ke rumah masing-masing pukul 17.00 WIB.

22 Oktober 2010

Siswi MI 3 Annuqayah Praktik Materi Sains


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pada hari Sabtu 16 Oktober yang lalu, beberapa siswi MI 3 Annuqayah mengikuti bimsus sains. Kali ini mereka belajar dan praktik tentang materi konduktor dan isolator.

Sebelumnya, seperti biasa, tutor menyampaikan materi tersebut terlebih dahulu. Pertama, anak-anak diminta untuk menyalakan tiga batang lilin. Kemudian mereka secara bergiliran meletakkan paku, kawat, kayu dan media yang lain di atas lilin.

Sembari memanaskan benda di atas lilin, di buku catatan, anak-anak membuat dua kolom untuk mengindentifikasi sifat benda tersebut. Satu kolom untuk daftar nama-nama benda yang masuk dalam kategori konduktor, kolom satunya untuk benda yang masuk dalam kategori isolator. Untuk keperluan praktik, mereka membawa sendiri bahan-bahannya.

Meski dengan peralatan yang sederhana, praktik sore itu cukup efektif. Selain itu, bahannya murah meriah. ”Dengan praktik langsung seperti ini, anak-anak dapat lebih mudah paham,” kata Mega. “Ini juga bagian dari proyek MI 3 Annuqayah untuk membiasakan anak-anak akrab dengan dunia penelitian,” lanjutnya, menutup kegiatan sore itu.

16 Oktober 2010

Pemilihan Ketua OSIS SMA 3 Annuqayah 2010/2011

Upacara persiapan pemilihan Ketua OSIS SMA 3 Annuqayah pada hari Ahad, 10 Oktober 2010.

Tiga kandidat yang bersaing dalam pemilihan, didampingi oleh Ketua OSIS SMA 3 Annuqayah masa bakti 2009/2010.

Pak Sakran, salah seorang guru SMA 3 Annuqayah, sedang memberi suara.



Salah seorang murid SMA 3 Annuqayah sedang memberi suara.



Suasana penghitungan suara.


Ketua OSIS terpilih, Muthmainnah, memberi sambutan langsung setelah penghitungan suara.

13 Oktober 2010

Guru Madaris 3 Annuqayah Berefleksi tentang Tantangan Pendidikan Formal di Pesantren

M. Mushthafa, guru SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Hari Ahad (10/10) kemarin, guru-guru di lingkungan Madaris 3 Annuqayah mengikuti acara pertama dari rangkaian kegiatan yang bertajuk Orientasi Guru Madaris 3 Annuqayah. Acara yang berupa diskusi dengan tema “Tantangan Lembaga Pendidikan Formal di Pesantren” dan bertempat di Aula Madaris 3 Annuqayah ini menghadirkan H. A. Pandji Taufiq sebagai nara sumber.

Acara dimulai pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.15 WIB. Dalam sambutannya, Direktur Madaris 3 Annuqayah, K. M. Faizi, mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya acara ini adalah untuk mengajak guru-guru di lingkungan Madaris 3 Annuqayah merenungkan kembali berbagai persoalan kependidikan pada umumnya dan peran guru pada khususnya terkait dengan tantangan kependidikan yang dihadapi saat ini.

“Banyak sekali perubahan yang telah terjadi di lingkungan lembaga pendidikan kita di pesantren. Dahulu, pesantren nyaris benar-benar mandiri dalam hal pembiayaan pendidikan. Sekarang sudah banyak bantuan dari pemerintah. Memang itu bisa meringankan beban pengelola, tapi ternyata kadang menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan,” tuturnya.

Dalam penyajiannya, Pak Pandji, demikian beliau akrab disapa, mengemukakan beberapa poin penting. Di antaranya bahwa orang pesantren perlu meneguhkan kepercayaan dirinya bahwa pendidikan ala pesantren telah berperan sangat penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, Pak Pandji melanjutkan, semenjak era otonomi daerah, saat pemerintah mulai banyak mengalokasikan dana bantuan untuk pendidikan di pesantren, pesantren mengalami kegamangan terutama terkait dengan keteguhannya memelihara tujuan dasar pendidikan pesantren.

“Di satu sisi, negara belum tahu benar apa itu pendidikan pesantren, dan di sisi yang lain pesantren cenderung terkejut menghadapi situasi baru berupa suplai dana yang melimpah ini,” papar pria yang kini masih menjabat sebagai Ketua Yayasan Annuqayah ini.

Guru-guru yang hadir sangat antusias menanggapi, mengomentari, dan mengemukakan pertanyaan. M. Mahfud Manaf, guru MI 3 Annuqayah yang baru saja diangkat sebagai Kepala MA 2 Annuqayah, mengemukakan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan pesantren adalah keengganan sejumlah peserta didik untuk mengikuti pendidikan agama di sekolah. Roziqoh, salah seorang guru lainnya, mengomentari bahwa rendahnya partisipasi orangtua dalam hal pembiayaan pendidikan mengakibatkan rendahnya kontrol dari orangtua.

Acara ini ditutup dengan doa pada sekitar pukul 16.10 WIB, dipimpin oleh salah seorang guru senior di Madaris 3 Annuqayah, Moh. Sakran, A.Md.

11 Oktober 2010

Aktivitas Ekstra-Kurikuler MI 3 Annuqayah Sudah Dimulai


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Sore itu, 1 Oktober 2010, beberapa anak MI 3 Annuqayah tampak sedang menyimak materi sains dari seorang tutor. Mereka membentuk lingkaran sembari menyimak pengantar. “Sore ini kita akan praktik materi sains tentang perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup,” kata Mega Eka Suciyanti, tutor pada sore hari itu.

Tak lama kemudian, anak-anak bergegas mengambil beberapa gelas air kemasan bekas. Mula-mula, mereka meletakkan kapas di dalamnya, kemudian membasahinya dengan beberapa tetes air. Lalu masing-masing gelas diisi 6-7 biji kacang hijau.

Bimsus sains merupakan kegiatan ekstra-kurikuler di MI 3 Annuqayah yang bertujuan memfasilitasi anak-anak untuk melakukan praktik secara langsung materi sains yang mereka dapatkan di ruang kelas formal pagi hari. Kegiatan tersebut menjadi semacam laboratorium sains untuk pembelajaran penelitian dan eksperimental.

Lima hari kemudian, tepatnya pada tanggal 5 Oktober 2010, untuk pertama kalinya MI 3 Annuqayah mengaktifkan kembali kegiatan Sanggar Pelangi. Kegaiatan ini merupakan kali pertama pasca libur panjang bulan Ramadhan. Dalam upayanya meningkatkan mutu dan kualitas proses belajar, tahun ini pula MI 3 Annuqayah mendatangkan K. M. Luqman El Hakim, kepala sekolah MI Nurul Islam, Bataal Barat, Ganding, sebagai pembimbing kegiatan tersebut. “Rencana ini sudah kami sampaikan dan komunikasikan pada pertengahan tahun pelajaran lalu. Alhamdulillah, tahun pelajaran ini beliau dapat berbagi di sini,” kata salah satu pengurus MI 3 Annuqayah.

Kegiatan Sanggar Pelangi merupakan salah satu ektra kurikuler di MI 3 Annuqayah yang lebih menekankan kepada pengembangan skill dan motivasi siswi. Di Sanggar Pelangi, proses belajar didesain serba bermain . Dengan demikian, anak-anak betah belajar dan tidak mudah jenuh.“Tahun ini saya akan belajar bersama adik-adik MI 3 Annuqayah. Minggu depan kita belajar keterampilan baru, ya,” kata Luqman di sela perkenalannya.

Selain bimsus dan Sanggar Pelangi, MI 3 Annuqayah juga memiliki kegiatan ekstra-kurikuler baru: menyulam. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jumat sore. Kegiatan menyulam baru berlangsung dua kali pertemuan dan langsung diminati oleh anak-anak.

Seperti kegiatan yang lain, kegiatan ini tidak diwajibkan bagi siswi MI 3 Annuqayah.. “Anak-anak memang tidak diwajibkan ikut kegiatan ekstra. Namun meskipun demikian, anak-anak sangat dianjurkan untuk mengikuti semua kegiatan di sini selama memungkinkan,” kata Mega, tutor menyulam pada sore itu.

Sementara untuk kegiatan pramuka tahun ini pelaksanaannya ditetapkan setiap hari Rabu sore. Pada pertemuan pertama, Kak Mumdarin berhalangan, tidak dapat hadir. Sore itu kegiatan pramuka MI 3 Annuqayah tampak dipandu oleh tiga kakak pembina pramuka dari Gudep Annnuqayah. Meski ini merupakan pertemuan pertama, anak-anak tampak bersemangat dan riang gembira mengikuti kegiatan pramuka. “Saya sangat senang dan eman kalau sampai ndak hadir kegiatan ekstra di sini” kata Icha, siswi kelas akhir MI 3 Annuqayah, yang tahun ini ditunjuk sebagai koordinator kegiatan.

01 Oktober 2010

Menyulam, Ekstra Kurikuler Baru di MI 3 Annuqayah

Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah terus melakukan evaluasi dalam rangka mengembangkan mutu sekolah—khususnya dalam hal kegiatan ekstra kurikuler. Pada tahun ajaran ini, menyulam, dipilih sebagai kegiatan ekstra baru di Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah.

“Kegiatan ini sudah direncanakan pada tahun lalu. Alhamdulillah, dengan dukungan berbagai pihak sekolah, tahun ini menyulam bisa direaliasikan menjadi program,” kata Mega Eka Suciyanti, tutor menyulam dan membatik MI 3 Annuqayah. Kegiatan ini dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya di MI 3 Annuqayah dilaksanakan setiap sore secara bergiliran. “ Saya ingin belajar menyulam juga,” kata Roziqoh, salah satu guru MI 3 Annuqayah yang tampak hadir sore itu.

Selain menyulam, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah tahun ini juga menghadirkan K. Lukman El Hakim, Kepala MI Nurul Islam, Bataal Barat, Ganding, sebagai fasilitator Sanggar Pelangi. Selama ini dia dikenal sebagai figur yang cukup lama mendalami dan berbaur dengan dunia anak-anak.

Tahun ini, kegiatan ekstra kurikuler menyulam, membatik, kursus matematika, sains, dan bahasa Indonesia, dipercayakan kepada Mega ESY. Sedangkan untuk kegiatan Sanggar Pelangi akan difasilitasi oleh K. M. Lukman El Hakim dan kegiatan pramuka akan dibimbing langsung oleh Mumdarin, S.Ag, yang saat ini menjabat sebagai pembina pramuka Annuqayah.

“ Ini semua dilakukan tidak lain untuk meningkatkan mutu kegiatan ekstra sekaligus komitmen sekolah untuk menfasilitasi anak-anak dalam mengembangkan bakatnya,” kata Mahfud Manaf, kata guru yang baru saja mengakhiri masa jabatannya sebagai Kepala MI 3 Annuqayah.

03 Agustus 2010

Workshop Kepenulisan, Awali Semangat Menulis Siswa


Ruka’iyah, siswa XI IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Kamis (29/07) kemarin, Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah bekerja sama dengan MA 1 Annuqayah Putri dan IAA (Ikatan Alumni Annuqayah) Surabaya mengadakan Workshop Kepenulisan. Fasilitator kegiatan ini adalah Lan Fang, seorang penulis nasional yang telah menerbitkan banyak karya. Di antara karyanya yang cukup populer saat ini berjudul Ciuman di Bawah Hujan.

Acara yang bertempat di Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah tersebut dihadiri oleh 15 siswa SMA 3 Annuqayah,10 undangan siswa dari MA 1 Annuqayah Putri dan satu orang guru MA 1 Putri Annuqayah yaitu Nyai Fadilah Hunaini.

Acara tersebut dimulai pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.45 WIB. Workshop Kepenulisan ini dibuka oleh K.M. Faizi, pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Sabajarin.

Acara tersebut berlangsung sangat aktif dan komunikatif. Acara ini berlangsung dengan tidak terlalu formal, dekorasi yang penuh seni dan unik, serta peserta yang dipilih dari tingkat SLTA sederajat. “Peserta sederajat ini memang sengaja dipilih karena saya memang meminta pada Ra Faizi. Takutnya kalau ndak sederajat, bisa-bisa ndak nyambung. Trus saya bakal kerepotan,” ungkap Lan Fang di sela-sela acara.

Adapun siswa yang mengikuti acara tersebut memang telah dipilih sebelumnya. Semua peserta harus menyetorkan karya fiksinya minimal 3 halaman. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah menilai tulisan dari masing-masing peserta. Peserta bertukar karya dan saling ‘membantai’––memberi kritik pada karya teman mereka yang dibaca selama sepuluh menit.

Dalam mengapresiasi cerita tersebut, para siswa, termasuk juga Nyai Fadilah Hunaini, begitu antusias, sehingga membuat suasana menjadi lebih hidup dan penuh dengan gelak tawa.

Setelah acara penyajian materi tersebut usai, acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan kenang-kenangan oleh PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah kepada Lan Fang. Tas yang diolah dari sampah plastik sebagai kenang-kenangan itu diserahkan oleh Nyai Fadilah Hunaini. Sebagai penutup, semua peserta yang menghadiri acara workshop berpose bersama Lan Fang.

Kemudian terdengar bisik-bisik kecil dari salah seorang peserta acara tersebut. “Bertemu lansung dengan Lan Fang bagaikan sebuah mimpi,” kata Ernawati, salah satu siswa kelas XI IPA SMA 3 Annuqayah.

22 Juli 2010

PSG Sosialisasi Peduli Lingkungan di Batu Putih


Yuliatin, XII IPS SMA 3 Annuqayah

Hari Minggu (18/07) kemarin, komunitas Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah diundang mahasiswa STIK Annuqayah yang sedang melaksanakan KKN di desa Batu Putih Keni’, Batu Putih, Sumenep. PSG diundang untuk berbagi ilmu dan pengalaman tentang lingkungan dengan masyarakat sekitar desa tersebut.

Anggota PSG yang berjumlah 9 orang tersebut didampingi satu orang guru yaitu Mus’idah Amin. Tepat pukul 07.30 WIB rombongan PSG beserta pendamping berangkat menuju desa Batu Putih Keni’dengan diantar menggunakan mobil milik STIK Annuqayah.

Rombongan tersebut tiba di tempat tujuan pada pukul 08.55 WIB. Namun acara tak kunjung dimulai, sebab masyarakat masih menghadiri acara pengajian. Sesampainya di sana, para anggota PSG disambut baik oleh mahasiswa KKN. Berbagai makanan disuguhkan, seperti pisang, krupuk, teh, dan yang lainnya.

Pada pukul 09.35 WIB acara baru dimulai. Semua peserta berbondong-bondong memasuki ruangan kelas Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum. Presentasi dari PSG menjadi mata acara keempat setelah acara pembukaan, pembacaan ayat suci al-Qur’an, dan sambutan dari ketua kelompok KKN dan pengasuh lembaga tersebut.

Selama presentasi berlangsung, masyarakat menyimak dengan penuh semangat apa yang disampaikan oleh tim PSG. Pada akhir acara diisi dengan praktik pembuatan tas dari sampah plastik. Masyarakat pun yang melihat langsung demo dari anggota PSG berdesak-desakan demi melihat praktik tersebut.

Dengan kedatangan PSG ke desa batu putih, warga sangat antusias untuk mengikuti jejak PSG. Selain pembuatan tas plastik, pupuk organik juga amat diminati oleh para masyarakat. Bahkan pada saat rombongan PSG hendak pulang, masyarakat meminta untuk meninggalkan satu atau dua annggota PSG untuk melakukan praktik pembuatan pupuk organik. Namun berhubung para anggota PSG adalah siswa yang wajib masuk sekolah formal di SMA 3 Annuqayah, maka keinginan masyarakat tersebut belum bisa terpenuhi.

13 Juli 2010

SMA 3 Annuqayah Presentasi di Konferensi Caretakers of the Environment International ke-24 di Lawang, Malang (4-10 Juli 2010)

Guru dan murid SMA 3 Annuqayah yang hadir dalam Konferensi CEI ke-24 (dari kiri ke kanan): M. Mushthafa, Mahmudi, Bekti Utami, Ummul Karimah, Cholilah, Istifadhatul Qomariyah, Mus'idah.

Sedang mengikuti sesi diskusi umum di aula utama.


Tiga murid SMA 3 Annuqayah sedang mempresentasikan proyek lingkungan mereka di sesi paralel Konferensi CEI.


Sedang berbicara dengan seorang guru dari Yunani di sela-sela konferensi.


Dua murid dan satu guru SMA 3 Annuqayah di sesi presentasi paralel.


Guru dan murid SMA 3 Annuqayah sedang praktik membuat obat-obatan dari tanaman herbal di salah satu sesi konferensi CEI.


Tiga murid SMA 3 Annuqayah sedang tampil dalam cultural evening performance konferensi CEI di Universitas Brawijaya, Malang.



Berbincang dengan peserta konferensi dari Denmark. Guru dan murid SMA 3 Annuqayah diperkenalkan dengan lingkungan internasional melalui konferensi CEI ini.



Ummul Karimah, murid SMA 3 Annuqayah, bersama peserta konferensi yang lain sedang tampil untuk sebuah performence.



Guru dan murid SMA 3 Annuqayah mampir ke Yayasan Kaliandra Sejati Pasuruan untuk sekilas melihat model pertanian organik.

11 Juli 2010

Madaris 3 Annuqayah Hadir di Stan HIMA 2010


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Dalam rangka menyemarakkan Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah (HIMA) tahun ini, Madaris 3 Annuqayah, untuk ketiga kalinya, menggelar pameran karya di stan HIMA putri. Seperti pameran-pameran sebelumnya, stan pameran Madaris 3 Annuqayah selalu diserbu pengunjung. Selain dari letak stan yang menurut beberapa panitia dianggap strategis, kali ini Madaris 3 Annuqayah juga menampilkan semua karya siswi dari ketiga lembaga yang bernaung di bawahnya, yakni MI 3, MTs 3, dan SMA 3 Annuqayah.

Stan Madaris 3 Annuqayah berada di sebelah utara kampus STIKA putri, tepatnya di depan laboratorium bahasa. Para pengunjung yang kebanyakan datang dari arah utara secara langsung akan melewati jalan ini untuk menuju ke panggung utama. Meskipun tidak menyempatkan untuk singgah, setidaknya mereka akan berkesempatan melihat karya anak-anak dari luar yang dipajang memenuhi tenda berukuran 5x7 m itu.

Pameran yang dimulai pada tanggal 26 Juni 2010 itu pada malam harinya dibuka dengan ‘melihat bulan’ persembahan Klub Astronomi Madaris 3 Annuqayah. Para pengunjung dapat melihat keindahan bulan dengan teropong bintang. Jumlah pengunjung yang datang untuk melihat bulan pada malam hari itu mencapai 242 orang. Sedangkan malam kedua mencapai 160 pengunjung. Selain teropong bulan, Klub Astronomi Madaris 3 Annuqayah juga menampilkan roket air. Sementara di stan pameran jumlah pengunjung dari sore menjelang malam mencapai 200 orang. Acara pada malam pertama itu berlangsung sangat meriah.

Pada malam berikutnya, giliran anak anak MI 3 unjuk kebolehan, yakni dengan kegiatan membatik. Tampak Arika dan Maria Ulfa, keduanya siswi kelas akhir MI 3 Annuqayah, membatik secara live. Sesekali mereka melayani pertanyaan pengunjung yang mengerumun. Anak-anak juga memajang karya batik mereka. Arika dan Maria Ulfa adalah pebatik andalan di MI 3 Annuqayah tahun ini.

“Ini adalah tahun pertama MI 3 Annuqayah memiliki program membatik dan berkesempatan menampilkan mereka malam ini secara langsung. Mungkin juga ini satu-satunya di Annuqayah atau bahkan di Sumenep,” kata Mega Eka Suciyanti, tutor membatik dan kursus matematika di MI 3 Annuqayah.

Tidak kalah meriah dari malam sebelumnya, acara nonton film astronomi dan presentasi astronomi dasar oleh M. Mushthafa, salah satu guru SMA 3 Annuqayah dan pendamping komunitas Pemulung Sampah Gaul Madaris 3, juga diserbu pengunjung. Hadir di stan Madaris 3 malam itu tidak kurang dari 40 pengunjung yang datang untuk menyimak presentasi tentang astronomi. Selain siswi Madaris 3, tampak juga hadir mahasiswa STIKA dan beberapa siswi MA 1 Annuqayah Putri. Acara presentasi yang berlasung sekitar dua jam lebih itu juga banyak diisi dengan dialog.

Sedangkan jumlah keseluruhan pengunjung stan Madaris 3 Annuqayah berjumlah 731 orang. “Kami mencatat semua pengunjung yang datang ke stan kami di buku daftar pengunjung ini,” kata salah satu penjaga stan.

Sementara untuk tim Tim Pupuk Organik dan Tim Sampah Plastik, mereka hanya memajang bahan baku, bahan setengah jadi, dan produk jadi mereka. “Pupuk dan sampah plastik bukan hal yang baru lagi. Jadi kami di sini hanya menampilkan bahan-bahannya saja, ditambah dengan foto kegiatan,” kata salah satu perwakilan dari Tim Sampah Plastik. Sedangkan Tim Pangan Lokal mendapat giliran presentasi terakhir, yakni malam Kamis, 1 Juli. Mereka menjajakan hasil kue organik, tattabun, buatan mereka. Dalam hitungan jam, 50 tattabun ludes diserbu pengunjung.

“Ini semacam rangkaian, melengkapi pameran kami dua tahun yang lalu,” kata salah satu panitia seraya menjelaskan ke beberapa kerumunan pengunjung. “Tahun depan kami akan hadir lebih semarak lagi,” lanjutnya tersenyum.

30 Juni 2010

OSIS SMA 3 Annuqayah Adakan Acara Bertajuk Sharing of Experience: 284 Days in Europe


Khadijah, alumnus MTs 3 Annuqayah

Dalam rangka menyambut kedatangan M. Mushthafa—salah satu guru SMA 3 Annuqayah—dari Eropa, OSIS SMA 3 Annuqayah mengadakan acara Sharing of Experience: 284 Days in Europe pada Kamis (24/06) yang lalu. Acara ini dihadiri oleh sekitar lebih 200 peserta yang terdiri dari mahasiswa STIK Annuqayah, beberapa guru dan siswa SMA 3 Annuqayah, dan peserta undangan yang mewakili beberapa lembaga yang ada di Annuqayah.

Acara yang berlangsung di Aula Madaris 3 Annuqayah ini dan dimulai pada pukul 08.30 WIB berjalan cukup meriah dan disambut antusias oleh para undangan maupun peserta.

“Acara ini sudah lama saya tunggu-tunggu. Saya harap dengan dilaksanakannya sharing ini teman-teman akan termotivasi untuk juga semangat belajar dalam meraih mimpi,” ujar Siti Nujaimatur Ruqayyah, salah satu peserta yang hadir lebih awal dari para undangan.

M. Mushthafa mempresentasikan program beasiswa Erasmus Mundus. Beasiswa ini merupakan program kerja sama dan mobilitas dalam bidang pendidikan untuk mempromosikan Uni Eropa sebagai pusat keunggulan ilmu di dunia.

“Beasiswa ini juga bertujuan untuk mendorong dan membuka kesempatan kepada mahasiswa ataupun mahasiswi lulusan S1 yang memenuhi syarat untuk mengikuti program Magister Erasmus Mundus,” tambahnya.

Selanjutnya M. Mushthafa memberikan arahan yang terkait dengan prosedur dan segala hal yang berhubungan dengan beasiswa Erasmus Mundus, mulai dari cara mengajukan beasiswa, siapa saja yang dapat mengajukan dan bagaimana proses penyeleksian, dan sebagainya.

Setelah presentasi disampaikan, para peserta berebut untuk bertanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut beraneka ragam. Salah satu pertanyaan dilontarkan oleh M. Nasiruddin, salah satu guru SMA 3 Annuqayah. Ia bertanya bolehkah apabila saat menuntut ilmu di Eropa kita membawa istri dan anak?

“Boleh saja. Karena salah satu teman saya mendapat beasiswa dan tinggal bersama anak dan istrinya. Bahkan anak dan istri mereka bisa mendapat subsidi dari negara,” papar M. Mushthafa menjawab pertanyaan Nasiruddin.

Acara ini diakhiri dengan pembagian door prize dari Uni Eropa. Para peserta berebut untuk menjawab pertanyaan dari M. Mushthafa. Sampai akhirnya 2 peserta, Misnatun dan Anna Zakiyah, mahasiswi STIK Annuqayah, membuat seluruh peserta iri atas keberhasilan mereka mendapatkan tas berlambang dua belas bintang Uni Eropa.

24 Juni 2010

Menggugah Kesadaran Lingkungan dengan Film

Ummul Karimah, Siswa XII IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Jika di berbagi sudut Annuqayah para santri sibuk memperbincangkan Piala Dunia 2010 dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak ketinggalan, salah satunya dengan menonton acaranya melalui stasiun televisi, maka lain halnya dengan komunitas PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah. Mereka tetap sibuk memperbincangkan masalah lingkungan yang belakangan telah menjadi tema aktual di dunia.

Pada hari Senin (22/06) kemarin, PSG juga menggelar acara nonton bareng seperti halnya santri PPA Nirmala dan PPA Latee. Namun tontonan yang disajikan oleh PSG tersebut bukanlah sepak bola, melainkan film dokumenter tentang lingkungan berjudul ‘Home’. PSG juga tak perlu mencari televisi sebagai properti untuk menonton, tetapi mereka menggunakan layar LCD.

Menurut Indah Susanti, ketua PSG periode 2009-2010, siswa Madaris 3, khususnya komunitas PSG memang perlu diberi penguatan kapasitas tentang lingkungan. Tentunya dengan sajian yang tak selalu berbentuk diskusi. Salah satunya dengan diaadakannya acara nonton bareng kali ini. “Mungkin saja dengan acara nonton bareng film ilmiah tentang lingkungan kali ini dapat memberi semacam pencerahan bagi siswa dan dapat menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan secara mendalam,” harap Indah.

Tampak ratusan siswa Madaris 3 Annuqayah berbondong-bondong memasuki ruang aula Madaris 3 Annuqayah dengan muka bersemangat dan berseri-seri. Mereka berebut tempat duduk di bagian depan. Salah satu peserta yang hadir, Istifadatul Qamariyah, mengaku tak ingin ketinggalan sedikit pun dari seluruh bagian film yang disajikan. “Kalau saya duduk di belakang, saya rasa kurang afdhal. Nanti ada teman yang lebih besar di depan saya, terus dia malah menjadi pengganggu yang menghalangi sampainya pandangan saya pada layar di depan,” tambahnya dengan logat khasnya yang sangat lucu.

Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB tersebut berjalan cukup serius. Tampak seluruh siswa yang berjumlah sekitar 200-an orang itu khusyuk mengikuti alur film yang dirilis pada 5 Juni 2009 tersebut. Ruangan begitu sunyi, namun setelah sampai pada beberapa negara yang menampilkan pemandangan yang sangat indah barulah mereka mengucapkan kalimat subhanallah beberapa kali.

Namun, ketika sampai pada Indonesia yang menampakkan hutan lebat yang kemudian jadi gundul dan gersang, sebagian dari peserta ada yang menangis. “Sungguh kini telah terjadi pengkhianatan pada alam kita yang selalu setia menjadi sahabat kita. Jangan salahkan siapa-siapa jika sekarang harimau telah berkeliling ke rumah penduduk, karena tempat para fauna telah diusik oleh manusia yang serakah akan harta,” ujar Siti Nujaimatur Ruqayyah, salah satu senior PSG.

Film yang disajikan kali ini bukanlah film sembarangan. Melainkan film ilmiah yang berisi banyak ilmu dan informasi tentang masalah lingkungan. Dalam film tersebut dijelaskan secara detail tentang bagaimana alam sebelum dan setelah mengalami perubahan dan apa saja penyebabnya.

Film yang menyajikan informasi dan gambar dari puluhan negara itu tidak dikemas menggunakan dialog dan alur yang bercerita, melainkan lebih tepatnya hanya penyajian fakta dan narasi yang menarik dan menggugah.

“Film ini sepertinya juga berisi kritik pada dunia yang terlalu tamak untuk membangun gedung-gedung dan kendaraan berpolusi, sehingga hutan kita yang awalnya membentang amat indah, lahan yang seperti beludru hijau membentang tak terbatas, dan laut yang begitu memikat dengan keindahannya, telah dirusak begitu saja,” komentar salah satu siswa SMA 3 Annuqayah, yang tak mau disebutkan namanya seusai pemutaran film.

18 Juni 2010

Tasyakuran MI 3 Annuqayah Berlangsung Meriah


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Menutup kalender tahun ajaran 2009-2010, Selasa, 15 Juni, kemarin, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah menggelar Tasyakuran Kelas Akhir Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah. Dalam sambutannya, Kepala MI 3 Annuqayah, H. M. Mahfud Manaf, A.Ma, menegaskan bahwa acara ini bukan acara lepas pisah, tapi tasyakkuran.

“Karena kamu sekalian, khususnya yang kelas akhir, akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni MTs 3 Annuqayah. Jadi, kita masih tetap bersama-sama di Madaris 3 tercinta ini,” katanya. Hadir dalam acara ini Ny. Fadilah Hunaini, M. Fil sebagai pembicara.

Mahfud Manaf juga menyampaikan terima kasih kepada Kak Mumdarin, S.Pd.I, dan Kak Mamat selaku pembina Pramuka MI 3 Annuqayah yang juga hadir dalam acara tersebut. “Saya selaku Kepala MI 3 Annuqayah menyampaikan terima kasih kepada Kak Mumdarin dan Kak Mamat. Dengan kegiatan pramuka, anak-anak lebih aktif di kelas. Dampaknya sangat terasa,” katanya. “Juga kepada para tutor MI 3 Annuqayah: Mega Eka Suciyanti, Fatimatuzzahrah, dan Siti Mailah, terima kasih atas pengabdiannya selama dua tahun ini,” lanjutnya, menutup sesi sambutan pada acara tersebut.

Direktur Madaris 3 Annuqayah, Muhammad Faizi, M.Hum, dalam sambutannya lebih menekankan akan pentingnya akhlak, terutama akhlak kepada orang tua.“Kalian boleh lulus dari MI 3, tapi jauh lebih penting lulus di rumah,” katanya. Melihat anak-anak bingung, Faizi melanjutkan, “Bagaimana yang dimaksud dengan lulus di rumah? Kalau kalian disuruh oleh orang tua, jangan menolak, apalagi menggerutu. Di rumah harus rajin bantu ibu. Ini namanya lulus!” katanya.

Pada sesi berbagi cerita, seakan menyambung sambutan Direktur Madaris 3 Annuqayah, Ny Fadilah Hunaini lebih banyak bercerita tentang kehidupan yang menyentuh hati. Beliau mengangkat banyak cerita tentang perjuangan orang-orang miskin yang kemudian menjadi sukses karena kegigihannya dalam belajar. Dengan ekspresinya yang empatetik, anak-anak terlihat begitu antusias menyimak cerita demi cerita hingga tuntas. Sesekali salah satu pengasuh PPA Nirmala Putri itu memberi kuis dan hadiah. Seketika itu juga, seperti disulap, ruangan aula Madaris 3 mendadak meriah, dan beliau menlanjutkan ceritanya lagi. Suasana menjadi hening kembali.

Acara yang dimulai jam 09.00 WIB itu juga menampilakan 12 pementasan seni oleh siswi-siswi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah. Namun sebelumnya, panitia terlebih dahulu membacakan pemenang kegiatan ekstra kursus matematika. “Ada dua kategori, yakni pemenang dengan nilai tertinggi dan kategori peserta kursus paling rajin,” kata Mega, selaku tutor kursus matematika dan membatik di Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah itu.

Peringkat satu diraih oleh Shofa’ Infiroj, kemudian disusul Ibat, dan Arika. Sedangkan peserta kursus paling aktif diraih oleh Maria Ulfa. Semuanya adalah kelas akhir MI 3 Annuqayah. Setelah pemberian hadiah, mereka langsung dihujani tepuk tangan oleh teman-temannya.

Pada sesi pementasan, acara dibuka dengan penampilan Paduan Suara Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah (PSMI3A). Mereka membawakan empat lagu secara berturut-turut; Hymne Guru, Terima kasihku, Gugus Pramuka dan Terima kasih Madaris 3. Selain itu, Sanggar Pelangi juga menampilkan pentas drama, komedi, saman, dan musikalisasi puisi. Seusai acara, anak-anak foto bersama, makan-makan, dan mengevaluasi kegiatan.

“Acara ini menyenangkan sekali, sekaligus mengharukan,” kata Shofa Infiroj, salah satu siswi kelas akhir pemenang pertama kursus matematika ekstra di MI 3 Annuqayah. “Pokoknya, MI 3 is the best!” kata Arika mantap, menutup kebersamaan di ruang aula Madaris 3 siang itu.

09 Juni 2010

Robert Kingham Resmikan MRC dan UKS MTs 3 Annuqayah


Siti Nujaimatur Ruqayyah, XII IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK— Senin (07/06) kemarin, peresmian Madrasah Resources Center (MRC) dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) MTs 3 Annuqayah oleh pihak LAPIS (Learning Asistence Program For Islamic School) INTEGRASI dilaksanakan. Robert Kingham, LAPIS Senior Technical Adviser, dan Alison Atwell, beserta mitra LAPIS dari berbagai lembaga madrasah yang lain turut hadir dalam acara tersebut.

Tepat pukul 11.11 WIB acara dimulai setelah sebelumnya para tamu yang hadir berkeliling ke berbagai unit (Perpustakaan, Kantin, dan tempat lainnya) di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Acara yang bertempat di aula Madaris 3 itu berlangsung formal, dibuka dengan pembacaan basmalah bersama kemudian dilanjut dengan sambutan-sambutan serta peresmian MRC dan UKS oleh Robert Kingham yang ditandai dengan pengguntingan pita.

Namun demikian, penampilan yel-yel dari siswi MTs 3 Annuqayah dan sing a song serta line dancing dari Edelweiss English Club KGCC #005 Madaris 3 Annuqayah telah memeriahkan acara tersebut. Apalagi MC acara juga dikemas dengan dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Suguhan makanan acara ini sengaja memilih sajian yang berbahan pangan lokal, seperti: korket, kaleppon, tattabun, dan makanan lokal lainnya. Minumannya pun mengambil dari khazanah Madura yaitu la’ang. Semua ini semakin menambah suasana nyaman bagi para undangan. Hal itu tampak saat mereka berebutan mengambil suguhan itu sebelum acara berlangsung. Tampak mereka memborong makanan itu ke ruang acara untuk dinikmati saat acara berlangsung.

Selain itu, PSG (Pemulung Sampah Gaul), AMC (Astronomi Madaris Club), dan siswi jurusan IPA SMA 3 Annuqayah turut berperan serta dengan mengadakan taman sains, memamerkan berbagai karya mereka. Taman Sains itu bertempat di sebelah utara kantor MTs 3 Annuqayah.

“Sebagai siswi Madaris 3, tentu mereka memang harus berpartisipasi, minimal sebagai ungkapan rasa terima kasih terhadap bantuan LAPIS,” kata Hamilatun, anggota Edelweiss dan alumnus SMA 3 Annuqayah, yang ikut tampil dalam acara tersebut.

Pendirian MRC dan UKS di MTs 3 Annuqayah merupakan bagian dari program LAPIS AusAID. Dana yang disalurkan dari LAPIS INTEGRASI di MTs 3 ini telah dikelola untuk mengembangkan berbagai sarana di MTs 3. Di antaranya telah digunakan untuk membangun kantin, taman bunga, MRC, UKS, dan untuk memperbaiki fasilitas lainnya.

MRC yang terletak di sebelah Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah ini awalnya biasa digunakan sebagai ruang kelas. Saat ini ruang itu telah memiliki berbagai fasilitas, seperti 3 unit komputer, 2 unit printer, 1 unit TV, 1 unit DVD player, 1 unit tape recorder, layar proyektor, buku-buku sebagai bahan referensi, serta berbagai layanan lain yang dapat meningkatkan kompetensi guru dan siswa. Selain itu di sana juga ada alat peraga sains dan Matematika. “Pokoknya MRC benar-benar bermanfaat. Saya bisa belajar dengan lebih menyenangkan,” ungkap Ummu Naqiatin, siswi kelas IX A MTs 3 saat dimintai tanggapannya mengenai keberadaan MRC di sekolahnya.

Sedangkan UKS terletak di sebelah selatan kantor MTs 3 bagian putri. Ruangan ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan peserta anak didik di sekolah.

M. Faizi, Direktur Madaris 3 Annuqayah, dalam sambutannya mengatakan bahwa Madaris 3 memang telah berupaya untuk memaksimalkan bantuan LAPIS INTEGRASI yang diberikan kepada MTs 3 Annuqayah, agar dapat berfungsi dengan baik. “Tentu saja segala bentuk bantuan diharapkan jangan sampai dinodai,” ucap Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep, H. Imron Rasyidi, SH, M.Si, dalam sambutannya.

Lain halnya dengan Robert Kingham. Ia tak mau menyebut pemberian LAPIS ini sebagai bantuan. Ia mengatakan bahwa semuanya hanyalah sebagai bentuk dorongan. MTs 3 Annuqayah ini sudah dianggapnya mampu, hanya saja masih membutuhkan arahan dan dukungan saja. “Jika kita umpamakan dengan menyeberang jembatan. Sekolah ini bukan tak mampu untuk berjalan. Tapi hanya butuh dorongan saja untuk sampai pada tujuan,” tuturnya dalam bahasa Indonesia meski dengan belepotan.

Setelah memberi sambutan, Robert Kingham menandatangani prasasti. Saat itu mulailah tepuk tangan memenuhi ruang aula. Peresmian MRC dan UKS MTs 3 Annuqayah yang ditandai dengan pengguntingan pita pun segera dimulai. Seluruh peserta acara beramai-ramai mengunjungi MRC––tempat pengguntingan pita, untuk menyaksikan peresmian tersebut. Tepuk tangan kembali terdengar, semakin memeriahkan acara yang berakhir pada pukul 12.30 WIB itu.

Acara berakhir. Namun para undangan masih kembali berkumpul untuk mengikuti acara makan bersama di sebelah timur kantor MTs 3 Annuqayah. AMC (Astronomi Madaris Club) pun masih ingin menampilkan aksi mereka dengan meluncurkan roket air buatan mereka. “Kita juga masih ingin membuat para tamu terhibur sebelum mereka pulang,” kata Muniratul Himmah, salah satu anggota AMC (Astronomi Madaris Club) yang tampaknya paling bersemangat di antara yang lain.

08 Juni 2010

PSG Gelar Sharing Seputar Lingkungan

Nurul Elmi, XII IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Sabtu (29/05/2010) usai jam sekolah, sekitar pukul 12.40 WIB, semua anggota PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah terlihat sedang sibuk membersihkan ruang Lab IPA sebab mereka akan kedatangan tamu yaitu K. Humaidi salah satu anggota Laskar Hijau Klakah, Lamongan, yang kebetulan pernah bertemu saat PSG mengikuti Maulid Hijau di Lamongan pada beberapa minggu yang lalu.

Sebelumnya mereka sempat bingung acaranya mau diformat seperti apa karena pembimbing PSG, Bu Mus’idah Amin, sedang tidak enak badan sehingga tidak dapat menemani dan membantu mereka. Atas saran anggota PSG senior, Siti Nujaimatur Ruqayyah, akhirnya acaranya diformat sebagai sharing dan bincang-bincang santai seputar lingkungan. Dia juga menambahkan bahwa acara sharing ini juga bertujuan sebagai stimulus dan penambah semangat perjuangan pada anggota PSG agar tidak merasa bingung pada tujuan yang sebenarnya yaitu untuk menyelamatkan alam.

Acara itu dimulai pada pukul 13.30 WIB dan dibuka oleh K. Muhammad-Affan, salah satu guru di SMA 3 Annuaqayah, yang menyempatkan diri untuk hadir meski hanya sebentar. Anggota PSG yang hadir waktu itu sekitar 32 orang yang terdiri dari 3 orang siswi MTs 3 Annuqayah dan sisanya adalah siswi SMA 3 Annuqayah.

Acara itu dilaksanakan dengan sangat sederhana karena memang tanpa persiapan apa-apa. K. Humaidi maupun peserta yang hadir duduk secara lesehan dengan alas seadanya. Namun meski sangat sederhana acara itu tidak mengurangi samangat dan kemauan mereka. “Meski sederhana yang penting bisa belajar,” ujar Indah Susanti, Ketua PSG yang kini duduk di kelas X A.

Suasana berlangsung cukup santai. Setelah acara dibuka, K. Humaidi memberikan sedikit ulasan tentang lingkungan, kemudian pada menit berikutnya acara diisi dengan tanya jawab seputar lingkungan. Sosok K. Humaidi yang ramah mengundang rasa kagum mereka tatkala menyampaikan jawaban-jawabnya kepada setiap pertanyaan yang diajukan secara lugas dan sistematis.

Kadang-kadang mereka juga memberi jeda dengan tertawa ketika K. Humaidi memberikan jawaban yang lucu dalam penjelasannya. Acara berakhir dengan penuh kepuasaan yang tersirat di wajah mereka.

OPTIMA-3, Optimalkan Purna Pendidikan Siswa SMA 3 Annuqayah

Ummul Karimah, siswa kelas XII IPA SMA 3 Annuqayah

Bagi siswa kelas akhir tingkat SLTA, mungkin sekaranglah waktunya santai dan berleha-leha. Tapi tidak bagi siswa SMA 3 Annuqayah. Mereka kini disibukkan oleh tanggung jawab yang mulia. Tantangan yang sulit namun memikat.

Setelah melalui proses penggodokan, dari acara pra OPTIMA-3 (Orientasi Pengabdian dan Terapan Intelektual Madaris 3 Annuqayah) selama 3 hari (16-18/04), dan OPTIMA-3 selama 5 hari (20-24/04), siswa kelas akhir SMA 3 Annuqayah akhirnya diresmikan untuk magang di masing-masing unit Madaris 3 Annuqayah (28/04-02/05). Siswa yang berjumlah 57 orang itu dibagi menjadi 5 kelompok untuk ditugaskan di lembaga SMA, MI, MTs, perpustakaan, dan MRC (Madrasah Resources Center).

Selama pelaksanaan OPTIMA-3 ini, para peserta disuguhi berbagai materi. Di antaranya tentang: mencari jaringan (mengembangkan wawasan dalam mencari mitra), menjadi pemimpin yang profesional, perempuan karier, analisa diri, dan masih banyak yang lainnya. Adapun nara sumber dari materi-materi tersebut adalah para dosen yang telah lulus pasca sarjana S2. Hal tersebut sengaja dilakukan panitia agar OPTIMA-3 kali ini benar-benar dapat mengasah kecanggihan intelektual siswa.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya nara sumbernya guru SMA 3 Annuqayah sendiri, sekarang kami persembahkan yang baru. Semoga siswa bisa lebih semangat,” tambah Hamilatun, alumnus siswa SMA 3 Annuqayah yang merupakan ketua panitia dalam acara tersebut.

Selain mengikuti materi pada siang hari, mereka juga disibukkan oleh kegiatan pada malam hari. Yakni mereka mengaji al-Qur’an bersama selepas makmum Maghrib dan Isya’. Usai mengaji mereka harus bersiap-siap mengikuti pengajian kitab kuning yang diisi oleh K.H. Wakid Yusuf, guru bidang studi Nahwu (ilmu yang mempelajari cara baca kitab yang baik) di SMA 3 Annuqayah. Setelah itu barulah mereka bisa berkumpul untuk bercerita tentang suka-duka yang mereka rasa.

Inspirator kegiatan OPTIMA-3, K.H. Ahmad Hazim, menuturkan bahwa acara ini awalnya adalah tuntutan untuk mengkondisikan siswa kelas akhir. Hal ini dirasa sangat perlu untuk direalisasikan dalam sebuah kegiatan, mengingat adanya kecaman dan tudingan dari beberapa guru dan masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa biasanya siswa kelas akhir bersifat nakal dan tak bisa diatur. Lebih-lebih saat mereka menunggu kelulusan. Maka untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, lalu diadakanlah acara OPTIMA-3—tiga kegiatan yang disatukan dalam satu paket ini.

“Awalnya siswa memang bersikap frontal dan tidak mau diatur dalam bentuk apa pun. Tapi setelah acara yang berasal dari kata bakti alumni ini dibungkus dalam serangkaian kegiatan yang menarik, mereka lantas merasa asyik dan ketagihan. Alhamdulillah sudah tiga kali berjalan sejak 2008 lalu,” papar bapak pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nurul Hikmah yang kini menjabat sebagai guru bidang studi sejarah di SMA 3 Annuqayah ini.

Mereka amat menikmati momen ini. Tak ada protes terlontar dari mulut mereka atau bahkan aksi demo. Mereka lalui hari-hari dan kebersamaan yang hampir usai itu. Tawa, air mata, dan sulaman kisah berwarna juga ikut menyaksikan betapa persahabatan dan persaudaraan begitu melekat dalam jiwa mereka.

Kebersamaan itu sangat terasa saat mereka bermalam di SMA 3 Annuqayah selama 5 hari dalam acara tersebut. Hingga jadwal yang padat tak menjadi masalah bagi mereka. Bahkan mereka terus memancarkan aura semangat yang menagalir sepanjang hari.

Semangat yang begitu merah itu, salah-satunya dirasakan oleh Siti Nujaimatur Ruqayyah. Dara asal desa Tambuko yang pernah meraih teladan pada tahun 2006 di tingkat MTs ini mengaku tak kan menyia-nyiakan saat-saat terakhir bersama teman-temannya dalam keadaan lemah dan loyo. Ia juga mengaku akan memberikan yang terbaik bagi Madari 3 Annuqayah.

“Saya tak tahu apa yang harus saya berikan untuk lembaga. Saya pun tak punya apa-apa, kecuali pengabdian yang bisa saya terapkan dalam acara OPTIMA-3 ini. Saya akan maksimalkan pengabdian yang hanya sebulan ini untuk memberikan yang terbaik. Kawan, ayo semangat! Semangat!” ungkapnya sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Acara OPTIMA-3 ini memang dirasa sangat bermanfaat bagi seluruh kalangan Madaris 3 Annuqayah. Baik guru maupun siswa itu sendiri. Selain dapat membantu mengurus Madaris 3, OPTIMA-3 juga dapat membantu alumni mengembangkan intelektual untuk menghadapi dunia baru dan tantangan zaman.

Mencetak kader yang berwawasan luas dan berakhlakul karimah memang merupakan visi-misi lembaga Madaris 3 Annuqayah. Madaris 3 Annuqayah adalah sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Annuqayah. Di dalamnya terdiri 3 unit lembaga. Nama lembanganya: MI, MTs, dan SMA.

Jika di lembaga-lembaga pesantren lain ada yang dibaur dengan para santri putra, namun lain halnya dengan lembaga ini yang hanya dikhususkan untuk kaum hawa. Para siswa Madaris 3 Annuqayah ini diasah untuk dapat menjadi kader yang berguna bagi bangsa dan agama.

“Kegiatan OPTIMA-3 ini sangat berpengaruh sekali bagi mental siswa. Jadi jangan sia-siakan kegiatan ini. Mari asah intelektual kalian saat ini. Lalu tuangkan saat kalian telah menjadi manusia yang benar-benar manusia,” saran M. Faizi dengan nada memberi semangat.

Apresisasi juga diberikan oleh H. Mahfud Manaf, selaku Kepala Sekolah di lembaga MI 3 Annuqayah. beliau mengaku bahwa OPTIMA-3 kali ini benar-benar sangat bermanfaat bagi lembaganya. “Kalau ada kelas kosong, mereka bisa ngisi dengan belajar dan bermain bersama anak-anak. Jadi tak ada waktu belajar yang terbuang. Dan saya lihat anak-anak senag dengan para peserta OPTIMA-3 ini,” tuturnya.

Hingga pada akhirnya, akan tiba saatnya air mata berlinang dan menetes dari mata bening para siswa. Lantaran begitu berat hati mereka meninggalkan lembaga tercinta. Namun pada kenyataan yang ada, mau tidak mau mereka harus melangkahkan kaki membawa ribuan kenangan manis yang mereka rajut sedari dulu. Mereka harus meneruskan perjalanan panjang untuk menuju titik sempurna: cita, citra, dan cinta.

Kawan, melajulah! Perahu menantimu di seberang sana.

Bawalah nama Madaris 3 Annuqayah dalam setiap derap langkahmu. Harumkan ia dengan citramu. Lalu kembalilah lagi ke Madaris 3 barang sebentar. Untuk sekedar mewarnai kembali cacatan tercecer di antara rumput-rumput liar halaman sekolah. Atau untuk memberikan seluruh jiwa dan ragamu seutuhnya.


Tulisan ini dimuat di Forum Muda Kompas Jawa Timur, 22 Mei 2010.

07 Juni 2010

PSG Ikuti Acara Maulid Hijau

Ummul Karimah dan Siti Nujaimatur Ruqayyah, Siswi XII IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Pada tanggal 14-16 Mei yang lalu, Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah mengikuti acara Maulid Hijau yang dilaksanakan oleh masyarakat di sekitar Ranu Lemongan/Ranu Klakah yang ada di Desa Tegal Randu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kegiatan ini sebenarnya merupakan kampanye untuk kegiatan penghijauan. Format kegiatannya berupa penggabungan antara Maulid Nabi, kegiatan pelestarian lingkungan dan seni budaya seperti penghijauan di sekitar Ranu Lemongan, Gunung Lemongan, pagelaran kesenian tradisional, kompetisi perlombaan tradisional serta upacara selamatan desa.

Pemulung Sampah Gaul mengirim tujuh orang delegasi untuk berpartisipasi dalam mengikuti acara yang telah berlangsung sejak tahun 2006 itu. Tujuh orang itu terdiri dari 3 orang dari Tim Sampah Plastik, 2 orang dari Tim Konservasi Pangan Lokal, 1 orang dari Tim Pupuk Organik, dan 1 orang guru pendamping.

“Rupanya mereka ingin memberikan yang terbaik untuk PSG, hingga kurang rasanya jika saya hanya mengacungkan dua jempol untuk menilai semangat mereka,” ungkap Mus’idah, guru pendamping yang hadir dalam acara itu.

Rombongan PSG tiba di Lumajang pada Jum’at dini hari, 14 Mei, pukul 02.00 WIB. Mereka beristirahat, melepas lelah sejenak, di rumah Iklilah, alumnus SMA 3 Annuqayah, yang kebetulan hanya berjarak sekitar 25 km dari lokasi pameran. Rombongan baru mulai beraktivitas pada pagi harinya, mulai dari menghias stan sampai menata dekor dan barang-barang yang akan dipamerkan. Semua bisa cepat terselesaikan dan pastinya tak kalah saing dengan stan yang lain, meski hanya dengan tenaga kerja para kaum hawa.

Selama acara berlangsung, banyak pengetahuan yang mereka peroleh. Di antaranya mengikuti lokakarya pembuatan topeng di stan Mbah Harryadjie Bs, seniman Nusantara, yang bersebelahan dengan stan PSG.

Selain pengetahuan membuat topeng dari sampah organik, ada pula yang berkesempatan mengikuti acara pelatihan yang bertajuk “Menjadi Politikus”. Acara yang masih satu paket dengan acara Maulid Hijau tersebut diikuti oleh Indah Susanti dan Muflihah. Meski pelatihan tersebut tentang politik, mereka mengaku sangat menikmati acara itu. “Ternyata politik itu tak seburuk yang saya kira, tergantung siapa yang memainkannya,” ungkap Indah Susanti, ketua PSG, saat bercerita kepada teman-temannya setelah kembali dari acara pelatihan tersebut.

Ada pula dari mereka yang berkesempatan berkunjung ke rumah Mbah Tjitra, sahabat sekaligus asisten Ir. Soekarno yang masih hidup dan berumur 108 tahun. “Saya merasa diseret kembali pada tahun 1940-an. Bangunan rumahnya yang unik dan penulisan tanggal pembangunan di setiap tembok hanya bisa bikin saya geleng-geleng takjub. Yang paling penting, semangatnya itu lho… Kok masih bisa naik-turun Gunung Lemongan untuk menanam pohon di usinya yang sudah renta,” tutur Ummul Karimah yang kebetulan ikut mendaki Gunung Lemongan untuk berkunjung ke basecamp Laskar Hijau.

Mbah Matruki dan Hutan Buah

Selain Mbah Tjitro, ada pula sosok yang sudah satu tubuh dengan alam. Mbah Matruki, mantan Kepala Desa Tegal Randu, bercerita sekilas tentang Laskar Hijau. Dia menuturkan bahwa Laskar Hijau adalah komunitas yang lahir pada tahun 2006 atas inisiatif K. Abdullah al-Kudus dan didasari atas kepedulian terhadap lingkungan.

Selain mengadakan acara Maulid Hijau ini, mereka juga melakukan penghijauan di Gunung Lemongan setiap hari. “Mereka punya mimpi menjadikan Gunung Lemongan sebagai hutan buah. Bukan untuk kita, tapi untuk anak cucu kita bersama,” tambah penduduk Desa Tegal Randu yang berasal dari Pamekasan ini.

Ke Celleng, sapaan akrab dari Mbah Matruki, awalnya hanyalah penduduk baru yang dianggap aneh oleh masyarakat Desa Tegal Randu karena kebiasaannya menanam pohon setiap hari. Mbah awalnya juga tidak disukai oleh penduduk, namun pada akhirnya setelah Mbah Matruki berhasil menghijaukan sekitar Ranu Klakah, para penduduk menyadari bahwa bumi saat ini telah “berubah sikap” kepada kita. Hal itu dilihat dari kejadian-kejadian bencana alam yang terjadi di seluruh dunia.

Sejak saat itu, pada 2006 lalu, K. Abdullah al-Kudus, salah satu tokoh masyarakat Desa Tegal Randu mengajak para penduduk untuk bersikap ramah dan cinta kepada lingkungan. Dan berdirilah komunitas Laskar Hijau yang kini dipercaya sebagai singa Desa Tegal Randu.

“Semoga siswi SMA 3 Annuqayah juga bisa meniru langkah Mbah Matruki yang telah menyulap Tegal Randu menjadi desa hijau,” kata Mus’idah berharap.

Acara berakhir pada hari Ahad, 16 Mei. Namun anggota PSG tidak mengikuti acara penutupan sampai selesai. Mereka harus bersiap-siap untuk kepulangan ke Sumenep. Tapi kepulangan mereka sedikit tertunda karena sebagian dari mereka ada yang tidak enak badan. Akhirnya rombongan pulang menuju Guluk-Guluk pada Senin, 17 Mei dini hari.

Setibanya di Guluk-Guluk, rombongan yang hadir ke acara Maulid Hijau ini berbagi pengalamannya pada kawan-kawan siswa SMA 3 Annuqayah pada Selasa, 18 Mei.

09 Mei 2010

Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah Praktik Membuat Telur Asin


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Sabtu sore, 1 Mei 2010, Sanggar Pelangi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah mengadakan kegiatan praktik membuat telur asin. Kegiatan yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini sebenarnya sudah dijadwal beberapa minggu sebelumnya, tapi harus antri terlebih dahulu karena ada beberapa film pendidikan yang belum selesai tayang dan telah dijadwal sebelumnya di Sanggar Pelangi.

Proses pembuatan telur asin sangat sederhana dan gampang. Pertama, abu dicampur air secukupnya. Kemudian masing-masing anak mengambil beberapa genggam abu yang telah dibasahi itu dan dicampur dengan garam secukupnya. Setelah itu, telur kemudian dibungkus plastik dan disimpan selama seminggu.

Mega Eka Suciyanti, tutor kegiatan ini, menyarankan anak-anak membubuhi sendiri takaran garamnya. “Saya sengaja sarankan mereka untuk membubuhi sendiri garamnya. Nanti setelah telur direbus mereka akan tahu kadar asinnya. Di sinilah pembelajarannya buat mereka,” katanya, menjelaskan.

Pada hari Sabtu 8 Mei 2010, anak-anak berkumpul kembali untuk memasak telur asin yang seminggu sebelumnya mereka simpan. Dalam proses akhir ini tampak hadir dua orang fasilitator MI 3 Annuqayah lainnya, Siti Mailah dan Fatimatuzzahrah. Mereka membantu mempersiapkan peralatan untuk memasak.

“Peralatan yang dibutuhkan sederhana, yakni tungku, panci untuk memasak, dan wadah untuk tempat telur,” kata Mailah. “Dan prosesnya sangat sederhana. Tapi jika tidak pernah mencoba langsung mereka tidak akan bisa,” sambung Fatim.

Kegiatan ini dimulai pukul 15.30 WIB dan berakhir pukul 17.00 WIB, diikuti 13 anak-anak MI dari berbagai kelas. “Setelah ini Sanggar Pelangi berencana akan mencoba lagi membuat telur asin tapi tidak menggunakan debu, melainkan dengan air dan garam saja,” kata Mega menutup kegiatan sore itu.

05 Mei 2010

Sampah untuk Penelitian Sains

Ummul Karimah, siswa XII IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Reputasi jurusan IPA yang cukup disegani di sekolah mestinya dibarengi dengan kreativitas. Hal semacam ini dapat terlihat dalam aktivitas pembelajaran di jurusan IPA SMA 3 Annuqayah.

Senin (3/5) kemarin, tampak kerumunan siswa di depan kelas XI IPA bersama satu orang guru, Syaiful Bahri, sedang melakukan penelitian cara menghasilkan tegangan listrik dengan sampah bahan organik dalam pelajaran fisika. Suasana riuh oleh suara siswa dan suara sesuatu yang sedang diulek.

“Saat ini saya beri mereka pelajaran baru tentang pemanfaatan sampah dan buah-buahan yang mengandung asam untuk menghasilkan tegangan listrik. Kebetulan di sini ada pohon belimbing yang sedang lebat. Jadi mereka memanfaatkan belimbing. Selain itu, mereka saya ajak untuk memulung tembaga dan seng di gudang,” kata Syaiful Bahri.

Lho kok? Ternyata, buah-buahan yang mengandung asam dapat menghasilkan tegangan listrik. Itu dibuktikan oleh siswa XI IPA SMA 3 Annuqayah. Caranya, mereka kumpulkan belimbing busuk yang mereka pungut dari halaman dhalem Ny. Hj. Wardatun, pengasuh PPA Al-Furqan Sabajarin. Kemudian mereka mencari barang rongsokan seperti tembaga, seng, dan dua kabel kawat berukuran setengah meter. Selain itu, mereka juga menggunakan alat bantu volt meter yang berfungsi mengukur tegangan listrik dan satu lampu bermuatan 3 watt.

Setelah barang-barang yang diperlukan terkumpul, lalu mulailah mereka melakukan penelitian. Belimbing yang telah dihaluskan dimasukkan pada dua botol berukuran 600 ml. Mereka celupkan dua kabel kawat pada dua botol tersebut.

Hasilnya, jarum volt meter menunjuk pada angka 6, yakni tenaga yang dihasilkan cukup tinggi. Dengan menggunakan sistem rangkaian seri, lampu menyala sangat terang. Raut wajah siswa kelas XI IPA pun menyala seperti lampu itu. Mereka sangat antusias, karena meski pertama kali mencoba mereka langsung bisa menghasilkan 6 volt.

Iir, Sapaan akrab Siti Muniratul Himmah menjelaskan bahwa semakin lama belimbing halus itu dibiarkan, maka semakin banyak tegangan listrik yang dihasilkan.“Hore berhasil! Senang sekali pelajaran kali ini. Selain bisa tahu tentang sains, saya juga bisa belajar dengan alam,” tambah Iir.

Cholilah, yang juga merupakan salah satu siswa kelas XI IPA, tak tinggal diam dalam mengikuti pelajaran kali ini. Menurutnya pelajaran ini sangat seru dan mengasyikkan. Lebih-lebih saat ia harus memungut belimbing busuk dan mencari barang rongsokan di gudang.

“Pelajaran ini juga membuat kita tersadar bahwa ternyata barang sampah sekalipun juga dapat kita manfaatkan. Kalau nanti lampu padam, saya akan manfaatkan buah-buahan di sekitar untuk menghasilkan tegangan listrik,” komentar Cholilah sekaligus mengungkapkan keinginannya.

04 Mei 2010

Antre Membaca, Siswa Menyemut

MARAK Madaris 3 Annuqayah Menyambut Karya Siswa

Ummul Karimah, XII IPA SMA 3 Annuqayah


MARAK (Mading Raksasa). Dari namanya saja sudah menunjukkan bahwa mading ini bukanlah mading biasa. Mading ini sangat kontras dengan mading "padas" umumnya yang menggunakan bahan sterofoam dan berukuran kecil. Bagaimana mading ini bermula?

Bias warna kedua mading di dua sisi tembok antara Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah dan kelas VI MI 3 Annuqayah terlihat menawan dari kejauhan. Kedua tembok tersebut selalu menjadi perhatian orang-orang yang memasuki kawasan Madaris 3 Annuqayah. Gang yang asalnya tak punya fungsi lebih itu telah berubah menjadi latar berlepotan cat dinding penuh seni.

Dengan dibalut warna dominan biru laut dan biru langit serta gambar perahu batik cokelat di antara rumput-rumput hijau berbunga, tembok berukuran 6,5 meter tersebut tampak tersulap menjadi hidup, asyik, dan penuh keakraban.

Memang, 3 kali MARAK telah menjalani operasi plastik. Tapi baru kali ini tubuhnya benar-benar dapat memikat hati orang-orang, baik yang berdomisili di lingkungan Madaris 3 sendiri maupun pengunjung yang bertamu atau sekadar singgah dan berlalu di antara rerumput dan kotak-kotak inspirasi yang melekat pada kedua tembok tersebut.

Mading di dua sisi tembok yang diberi nama MARAK tersebut telah diciptakan sekitar 3 tahun yang lalu, tepatnya diresmikan pada tanggal 15 Agustus tahun 2008. Penggagasnya adalah siswa SMA 3 Annuqayah yang lulus pertengahan 2008. Rahmatin namanya.

Munculnya inisiatif penciptaan mading tersebut bermula dari keprihatinan Rahmatin atas semangat menulis dan membaca siswa yang kian hari kian menurun. Lalu ia mengutarakan ide menciptakan mading raksasa tersebut pada Direktur Madaris 3 Annuqayah. Karena dirasa manarik dan dapat memicu kreativitas siswa, akhirnya K M. Faizi memberi izin kepada Rahmatin untuk mewujudkan idenya itu.

Saat bekerja, para siswa yang 100% adalah perempuan disadarkan pada emansipasi. Mereka tak meminta bantuan sedikit pun pada kaum lelaki. Mereka arungi siang dan malam bersama cat-cat yang muncrat pada baju dan menempel pada tangan mereka. “Semua untuk Madaris 3,” ungkap Rahmatin, lirih.

Menurut Ernawati MR, penanggung jawab MARAK saat ini (periode ketiga), dari pengamatan yang dilakukan, pengunjung paling banyak yaitu pada periode ke-1 dan ke-3. Sedangkan pada periode kedua semangat siswa tampak berkurang. Pasalnya, terlalu banyak kotoran kucing yang ada di lokasi MARAK sehingga menyebabkan MARAK sepi pengunjung.

“Saat ini, kami mengusahakan untuk eksis. Saya amat senang dengan semangat yang telah mengalir lagi pada urat-urat siswa. Itu saya lihat saat mereka antre dan menyemut untuk membaca,” tutur Erna.