12 Desember 2013

Bincang Inpirasi Bersama Pengajar Muda Indonesia



Jamilatur Rohma, XI IPS 2 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Inspirasi bisa didapat dari mana saja dan dengan beragam cara. Pada hari Rabu tanggal 4 Desember lalu, OSIS SMA 3 Annuqayah mendatangkan M. Nurul Ikhsan, seorang alumnus PP Annuqayah untuk berbagi inspirasi di SMA 3 Annuqayah. Dia adalah salah satu peserta dalam program Indonesia Mengajar yang digagas rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan.

Acara bincang-bincang yang dilaksanakan di Laboratorium IPA SMA 3 Annuqayah ini dimulai pukul 14.00 WIB. Ia memulai dengan menceritakan pengalamannya sebelum kuliah yang penuh perjuangan.

“Saya pernah menjadi penjual koran, penjual buku, dan juga menulis sewaktu di Jogja,” ungkap Nuyung, sapaan akrabnya.

Dia menambahkan dulu dia masih harus mengganggur satu tahun sebelum mendaftarkan diri di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta karena tak punya biaya. Setelah menjadi seorang mahasiswa, Nuyung aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan.

Karena para siswa dan undangan ada yang tidak mengenal tentang program Indonesia Mengajar, Nuyung menjelasakan bahwa itu adalah sebuah program yang bertujuan untuk mencerdasakan anak bangsa dengan cara mengirim putra-putri terbaik Indonesia ke daerah-daerah pelosok Indonesia untuk mengajar di Sekolah Dasar. Kenapa di SD? Karena SD kekurangan guru 61% dari jumlah yang diharapkan. Kriteria sebagai calon peserta dalam program tersebut adalah IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) harus di atas 3 , punya sikap kepemimpinan, mampu berkomunikasi dengan baik, dan juga tangguh.

Ia juga menambahkan bahwa 52 peseta Indonesia Mengajar yang terpilih diseleksi dari ribuan pendaftar. Nuyung diberangkat 10 November 2012 ke Majene, Sulawesi Barat, setelah mendapat pelatihan intensif.

Majene, tempatnya mengajar, sebenarnya adalah perkampungan yang semua warganya masih memiliki hubungan kekerabatan satu dan lainnya. Dari tempatnya tinggal, ia masih harus berjalan 2 km ke sekolah tempatnya mengajar. Selanjutnya, Nuyung mengisahkan suka-duka selama setahun mengabdi di sana.

"Jadi orang sukses saja tidak cukup. Kita juga harus jadi orang mulia. Caranya adalah dengan berbagi untuk sesama," kata Nuyung, yang menjadi salah satu inspirasi menarik pada perbincangan sore itu.

Peserta bincang inspirasi sangat antusias karena gaya penyampaian yang santai dan juga dibantu beberapa foto dan video yang diputar disaat acara. Pada sesi pertanyaan, para peserta menanyakan berbagai hal mulai dari cara mendaftar menjadi peserta program Indonesia Mengajar, keadaan penduduk di Majene, dan beberapa hal yang kurang jelas atau terkait video yang diputar.

Acara bincang inspirasi ini selesai pukul 15.50 WIB.

06 Desember 2013

Rahmatus Shalihah, Peserta Terbaik Oskar 2013



Jamilatur Rohma, XI IPS 2 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Jumat, 29 November 2013, orientasi untuk calon anggota Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah akan berakhir. Karena hari Jumat sekolah libur, maka hari sebelumnya panitia mengumumkan agar semua anggota berkumpul pukul 05.30 WIB.

Di pagi itu, panitia yang datang lebih awal tampak sangat risau karena pukul 05.35 WIB tidak ada satu pun anggota yang datang dan hujan deras yang mengguyur Guluk-Guluk pagi itu belum menampakkkan tanda akan berhenti. Tapi panitia harus kembali dibuat kagum dan harus percaya terhadap semangat para peserta, karena beberapa saat setelah itu, satu persatu anggota tiba di tempat yang sudah ditentukan panitia walaupun hampir semua baju mereka basah kuyup. Akhirnya pada pukul 05.45 WIB sebagian besar peserta Orientasi Sanggar Tikar (Oskar) tiba di tempat.

Setelah itu semua panitia mengajak semua anggota untuk melakukan olah tubuh yang biasanya selalu dilakukan oleh semua anggota Sanggar Tikar setiap kali berkumpul. Namun ternyata peserta masih banyak yang kesulitan saat olah tubuh untuk mengikuti gerakan-gerakan yang dipraktikkan oleh panitia. Para peserta masih kurang bisa untuk berkonsentrasi saat melakukan meditasi.

“Masih banyak yang kaget saat kami menggebrak meja atau menyentuh mereka, malah ada yang tersenyum,” kata Kak Ulfa, ketua Sanggar Tikar.

Setelah pemanasan, para peserta diberi waktu untuk istirahat sebelum melanjutkan pada kegiatan berikutnya. Sesuai agenda, setiap kelompok harus menampilkan sebuah penampilan sekreatif mungkin. Pada saat menampilkan kreasi, tiba-tiba saja banyak santri dari pondok di sekitar sekolah yang ikut menonton. Pertamanya hanya beberapa santri tapi setelah itu semakin banyak yang menonton. Suasana pun semakin riuh dan peserta Oskar semakin bersemangat karena tepuk tangan dari penonton.

Setelah penampilan masing-masing kelompok selesai, panitia kembali menguji nyali semua peserta. Panitia meminta semua peserta untuk keluar dari ruangan. Setiap kelompok ditangani oleh beberapa panitia. Selanjutnya panitia menguji keberanian dan ketanggapan peserta Oskar dengan berbagai cara seperti berteater atau puisi spontan, akting menangis, menjadi kakek-kakek, dan masih banyak lagi.

Agenda terakhir di hari itu adalah penyampaian materi oleh tiga narasumber yang sekaligus adalah pembina Sanggar Tikar yaitu: Muhammad Affan, Homaidi, dan Mahendra Cipta.

Dalam pemaparannya, Kak Homaidi mengatakan bahwa teater itu adalah obat dan juga sebagai pelampiasan emosi yang bisa menghasikan sebuah karya. Sedangkan menurut K. Moh. Affan, teater adalah aktivitas melatih semua rasa kemanusiaan kita sehingga dengan berteater kita akan bisa lebih manusiawi. Kak Mahendra juga menambahkan bahwa dengan teater kita dapat mengubah sesuatu yang biasa menjadi hal yang luar biasa.

Kak Mahendra juga menambahkan bahwa jika kita berusaha menyelami teater sebenarnya kita sedang menyelami kehidupan (jagat besar) yang mengelilingi kita dan semuanya itu adalah pengetahuan.

“Jika kalian menangkap pengetahuan itu, maka kalian akan menjadi orang yang bijaksana,tuturnya.

Setelah penyampaian materi selesai, acara dilanjutkan dengan sesi pertanyaan. Karena penyaji memaparkan dengan gaya yang santai dan tidak bersifat formal, antusiasme peserta dalam sesi pertanyaan ini sangat baik sekali, dibuktikan dengan banyaknya penanya yang bertanya terkait dengan materi atau dengan dunia teater yang belum diketahui.

Salah satu pertanyaan peserta adalah “apa yang paling menakutkan dalam hidup.” Kak Mahendra dkk. kembali memberi jawaban. Yang paling menakutkan adalah hilangnya harapan. Karena jika manusia tidak memiliki harapan maka tidak akan ada kehidupan, dan orang yang membunuh kehidupan dia punya dosa yang besar.

Setelah itu para penyaji melanjutkan dengan meminta setiap kelompok untuk membuat yel-yel dalam waktu 5 menit. Setelah membuat yel-yel para peserta dilatih untuk bisa menyelami peran secara spontan. Peserta diminta bergabung dengan kelompoknya, setelah itu peserta diberi perintah untuk membuat bentuk dengan menggunakan tubuh mereka, seperti menjadi mobil atau menjadi pohon yang ditiup angin.

Setelah penyajian selesai, para panitia segera mengambil alih untuk mengumumkan siapa yang menjadi peserta terbaik dalam acara Orientasi Sanggar Tikar. Setelah melakukan diskusi panjang, panitia menetapkan Rahmatus Shalihah sebagai peserta terbaik Oskar 2013 dan dengan diiringi tepuk tangan riuh Kak Ulfa sebagai ketua memberikan bingkisan kepada Rahmah.

Setelah itu semua peserta dan panitia bersalaman. Semua panitia menjelaskan jika selama ini mereka bersikap keras itu tidak lain karena tuntutan tugas dan mengajarkan sikap disiplin pada semua peserta.

Acara ini berakhir pada pukul 16.25 WIB.

30 November 2013

Sanggar Tikar Merekrut Anggota Baru


Jamilatur Rohma, XI IPS 2 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Rabu, 27 November 2013, Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah mengadakan acara orientasi untuk calon anggota baru. Acara yang berlangsung selama 3 hari ini disingkat Oskar (Orientasi Sanggar Tikar).  Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring anggota baru Sanggar Tikar yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Acara dibuka pada pukul 14.00 WIB. Kepala SMA 3 Annuqayah, K. M. Mushthafa, S.Fil., M.A.  dalam sambutannya di acara pembukaan memaparkan bahwa mengasah diri di bidang seni itu dapat mengantarkan kita pada pribadi yang lebih baik. Dia mengharapkan agar peserta bisa memanfaatkan kesempatan ini sebagai belajar karena ruang belajar yang tidak formal seperti ini yang terkadang bisa memberikan sesuatu yang lebih menarik dari pada ruang belajar yang formal.

Kepala Sekolah sangat apresiatif atas kegiatan Sanggar Tikar dan juga menyampaikan terima kasih kepada ketua panitia, Siti Wahidah, karena telah sukses menyiapkan dan mengadakan orientasi perdana ini.

Setelah acara pembukaan, para peserta harus mengikuti prosedur pendaftaran untuk mengikuti orientasi sebagaimana yang telah dirancang panitia. Terdapat empat posko yang akan menguji mental para peserta terkait dengan keinginan serta semangat peserta untuk menjadi anggota baru di Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah. Posko-posko itu adalah: posko pengenalan, bakat, eksplorasi, dan yang terakhir posko pendaftaran.

Di posko pertama mereka akan ditanyai beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan dunia seni, alasan kenapa tertarik kepada dunia seni, dan juga pertanyaan kenapa memilih mendaftar di Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah.

Setelah di posko pengenalan, para peserta beralih ke posko kedua yaitu posko bakat. Pada posko ini mereka ditanyai tentang bakat yang sudah mereka miliki atau bakat apa yang ingin mereka kembangkan ketika nanti menjadi anggota tetap Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah.

Banyak di antara para peserta yang memiliki bakat menyanyi. Tapi setelah panitia meminta menyanyi lagu-lagu daerah sangat sedikit dari mereka yang bisa menyanyikannya dengan lengkap.

Dan setelah itu pada posko eksplorasi yang menurut beberapa peserta sangat sulit ini mereka dituntut untuk bisa menjiwai peran apapun yang diberikan panitia. Di sini para peserta memperlihatkan semua kemampuan yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan layak tidaknya mereka menjadi anggota tetap Sanggar Tikar dan juga sebagai syarat agar dapat menuju posko terakhir yaitu posko pendaftaran.

Di posko terakhir, para pesrta wajib membayar uang kontribusi sebesar Rp 7.000,- kepada panitia. Lalu peserta diminta untuk memasuki ruangan lagi untuk mengikuti penyampaian materi yang akan diberikan oleh Indah Susanti, alumni dan juga salah satu pembimbing di Sanggar Tikar periode 2013/2014.

Kak Indah, sapaan akrab untuknya, menyampaikan bahwa Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah berdiri tanggal 21 Desember 2009. “Dan sebagai komunitas baru kami masih tidak punya pembimbing,” tutur mahasiswi Instika itu.

Tapi para penggiat Sanggar Tikar itu tetap bersemangat untuk menjadikan Sanggar Tikar tetap bertahan walaupun masih sedikit dukungan dari para guru. Dan akhirnya di tahun 2012 salah satu guru di SMA 3 Annuqayah, Muhammad Affan mengusulkan seorang pembimbing untuk komunitas itu.

Dengan adanya kak Humaidi, salah satu pembimbang Sanggar Tikar, antusiasme para “pejuang seni” di Sanggar Tikar semakin besar. Mereka bertekad semakin mengibarkan nama Tikar agar semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Kak Indah menyelesaikan pemaparan tentang sejarah berdirinya Sanggar Tikar yang diikuti tepuk tangan  oleh peserta.

Acara Oskar untuk hari pertama berakhir pukul 16.30 WIB.


31 Oktober 2013

Puisi Raudal Tanjung Banua Dibedah di SMA 3 Annuqayah



Jamilatur Rohma, XI IPS 2 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Hari Senin, 28 Oktober 2013, OSIS SMA 3 Annuqayah menyelenggarakan Bedah Buku Puisi dengan judul Api Bawah Tanah karya Raudal Tanjung Banua. Acara yang dilaksanakan di Laboratorium IPA SMA 3 Annuqayah ini berlangsung cukup meriah.

Setelah acara pembukaaan yang dimulai pukul 14.00 WIB, acara kedua adalah pembacaan puisi oleh Nur Wahidah Idris. Dan setelah itu langsung dilanjutkan dengan diskusi yang diserahkan langsung kepada penyaji sekaligus pengarang buku tersebut yaitu Raudal Tanjung Banua.

Pada awal dikusi, dia menyampaikan bahwa daerah pertama yang ingin didatangi setalah penerbitan bukunya itu adalah Madura, karena salah satu inspirasi pada pembuatan bukunya adalah kekayaan yang ada d pulau garam ini baik budaya maupun masyarakatnya.

Dia memaparkan bahwa seorang penyair harusnya pernah mengalami proses kreatif. Proses kreatif sendiri bisa dari diskusi kecil-kecilan, membaca buku ataupun dengan melakukan perjalanan seperti dirinya.

Karena pesantren di antaranya menjadi tempat lahir bibit-bibit unggul di bidang sastra, Raudal menekankan bahwa penyair ketika menulis puisi harus mempertimbangkan persoalan faktual negaranya. Jadi di dalamnya bukan hanya ada keindahan kata tapi juga harus ada perpaduan makna.

Penulis yang sempat melanjutkan studinya di Yogyakarta itu menambahkan bahwa puisi harus punya daya kejut dan daya pencerahan yang akan menjadi identitas dalam karya sastra itu sendiri.

Setelah diskusi penyaji memberi kesempatan kepada para peserta yang seluruhnya adalah siswa SMA 3 Annuqayah untuk bertanya. Pada sesi ini para peserta sangat aktif mengajukan beberapa pertanyaan tentang puisi dan tentang proses kreatif penulis.

Acara bedah buku ini selesai pukul 15.50 WIB.