28 April 2013

Inspirasi dari A.S. Laksana

Lu’luil Maknun, XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Hari Sabtu kemarin, tepatnya pada tanggal 20 April 2013, saya pergi ke kantor sekolah untuk mengembalikan buku bacaan yang saya pinjam. Kebetulan waktu itu kepala sekolah ada di sana, sedang mengetik sesuatu—entah apa yang beliau ketik. Lalu beliau memberi tahu saya bahwa ada buku baru tentang cara bagaimana menulis fiksi.

Awalnya Saya tidak begitu tertarik dengan apa yang beliau katakan, karena saya pikir buku itu pasti sama saja dengan buku yang sebelumnya saya baca; mirip buku pelajaran Bahasa Indonesia, dan itu benar-benar membosankan.

Tiga hari sesudah itu saya memutuskan untuk membaca buku yang berjudul Creative Writing tersebut. Dan apa yang dikatakan buku itu persis dengan apa yang saya alami ketika sedang mulai menulis. Berpikir menulis yang baik, saya selalu merasa tidak punya waktu untuk menulis. Parahnya lagi, saya selalu mengedit sekaligus menulis. Dan itu membuat saya berkata “Cukup! Tak ada lagi menulis.”

Namun, apa yang dikatakan A.S. Laksana dalam buku berjudul Creative Writing itu membuat saya ingin segera menulis, menulis, dan menulis. Saya mencoba satu per satu teknik yang dia ajarkan: menulis cepat dan menggunakan strategi tiga kata.

Awalnya saya tidak percaya pada teknik ini. Tapi setelah mencoba, saya berhasil membuat cerita singkat dengan menggunakan tiga kata tersebut. Itu membuat kata-kata saya mengalir dengan sendirinya. Dan satu hal yang pasti, itu juga karena saya mau ‘menulis buruk’!!!

Sebelum membaca buku ini, saya selalu memaksakan diri saya menulis  kata-kata yang bagus, kata-kata yang menakjubkan, kata-kata yang puitis, dan itu membuat saya selalu mencoret kalimat-kalimat yang sudah saya buat. Apa yang terjadi ? Saya seratus persen merasa tertekan, pusing, dan itu benar-benar  membuat tulisan saya tidak selesai-selesai–atau lebih tepatnya saya tidak menghasilkan tulisan apa pun!

Selain itu, teknik ‘menulis buruk’ membuat saya berani menulis. Saya langsung saja ngocol menulis semaunya, seperti apa yang dikatakan A.S. Laksana, tidak peduli alurnya loncat-loncat, kata-katanya amburadul, toh pada akhirnya saya bisa memperbaiki (mengedit) tulisan saya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Ada satu lagi kebiasaan buruk saya; selama ini saya cenderung beranggapan bahwa menulis itu memerlukan kreativitas tersendiri–sebut saja bakat—dan tidak semua orang memiliki bakat itu. Hah, betapa frustasinya saya saat itu. Seolah-olah tidak ada lagi ruang buat saya untuk menulis, dan saya tidak akan pernah bisa menulis.

Tapi, membaca buku karya A.S. Laksana itu membuat saya sepenuhnya yakin bahwa menulis itu tidak perlu bakat, tidak perlu takdir. Apa pun hobi saya, apa pun pekerjaan saya, apa pun minat saya, saya pasti bisa menulis (dengan baik). Itu hanya soal disiplin diri saja. Jika saya terus berlatih dan membiasakan diri menulis di mana pun–di pasar misalnya–itu akan membuat saya bisa menulis.

Buku Creative Writing ini membuat wawasan mengenai cara penulisan fiksi yang saya miliki bertambah. Tentang bagaimana menciptakan karakter dalam setiap cerita yang saya buat, bagaimana saya bisa ‘menghidupkan’ karakter tersebut, apa fungsi dialog dalam sebuah cerpen/novel, dan sebagainya.  Saya juga pernah membuat cerpen dengan meniru cara orang lain menulis, yaitu diawali dengan pemandangan alam. Dan kalau dipikir-pikir itu memang membosankan.  

Sekarang saya tak perlu ruwet-ruwet menulis, karena saya merasa bebas. Bebas sebebas-bebasnya. Terima kasih A.S. Laksana.

27 April 2013

Belajar dengan Musik Itu Menyenangkan!!!


Lu’luil Maknun, XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Hari ini hari Sabtu, dan jam pertama saya pelajaran Bahasa Indonesia. Gurunya Bu Juwairiyah. Tentu saya sangat senang sekali, karena materi Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi favorit saya. Materi ini menurut saya sangat menarik, karena saya harus mengolah kata-kata untuk menjadi kalimat yang padu, dan dari kalimat tersebut lahirlah opini, artikel, tajuk rencana, naskah drama, dan sebagainya.

Materi kali ini membahas mengenai kalimat serapan. Setelah menerangkan materi tersebut, Bu Juwairiyah memberi tugas untuk dikerjakan kepada para siswa. Tugasnya berupa kata yang ada di Uji Kompetensi 4. Kata tersebut merupakan kata serapan yang masih belum diperbaiki dalam kaidah penulisan yang berlaku dalam Bahasa Indonesia.

Ketika mengerjakan 14 butir soal tersebut, banyak teman-teman yang kesulitan—tak terkecuali saya—dan banyak teman-teman yang bertanya kepada Bu Juwairiyah. Ketika membantu menjawab pertanyaan teman-teman yang sedang kesulitan, selain memberi penjelasan ulang, Bu Juwairiyah juga mengatakan bahwa untuk membiasakan diri dengan kalimat-kalimat tersebut, kita harus banyak membaca. Dengan membaca, kita akan terbiasa dengan kata-kata baru yang awalnya tidak diketahui maksud ataupun artinya.

Hah, lagi-lagi membaca. Membaca memang penting, dan saya sangat menyadari hal itu. Saya sangat bersyukur karena saya termasuk orang yang suka membaca buku—juga karena saya bersekolah di sekolah yang sangat menganjurkan budaya membaca.

Di sela-sela mengerjakan tugas yang menurut kami cukup njelimet itu, Bu Juwairiyah menawari kami memutar musik. Tentu saja kami senang, karena dengan sambil mendengarkan musik kami jadi santai dan tidak merasa tertekan.

Tiba-tiba saya jadi teringat dengan buku karya M. Mushthafa yang berjudul Sekolah dalam Himpitan Google dan Bimbel. Di sebuah bagian di sana dijelaskan bahwa salah satu cara yang beliau lakukan untuk menyelamatkan otak kanan ialah dengan mengiringi musik setiap kali beliau mengajar.

Beberapa pekan terakhir ini, mulai bermunculan guru-guru SMA 3 Annuqayah yang memutar musik ketika mengajar. Saya tidak tahu pasti dari mana datangnya kesadaran itu. Dan, sungguh, itu membuat teman-teman sekelas menikmati dengan leluasa materi tersebut.

Memang, belajar dengan musik itu menyenangkan.

26 April 2013

PSG Berbagi Kepedulian Lingkungan di Peringatan Hari Bumi

Lu’luil Maknun, XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Sehari sebelum merayakan hari jadi Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah yang ke-5, anggota PSG yang terdiri dari tiga tim, yaitu tim sampah plastik, tim pangan lokal, dan tim pupuk, berkumpul di depan kantor SMA 3 Annuqayah untuk membuat kreasi untuk perayaan ulang tahun yang bertepatan dengan peringatan Hari Bumi (22 April) itu.

Hasil kreasi yang mereka buat berupa kartu ucapan dan poster. Poster ini terbuat dari bahan-bahan organik dan bahan bekas, seperti dedaunan, ranting pohon, kardus, dan sampah plastik yang dikreasikan menjadi berbagai macam rupa dan bentuk. Poster tersebut berisi pesan, ajakan, dan himbauan untuk menjaga dan merawat lingkungan. Selain itu, poster tersebut berisi baraneka ragam gambar yang sarat dengan pesan-pesan untuk mencintai lingkungan.

Sebelum menyebarkan poster-poster dan kartu ucapan tersebut, seluruh anggota PSG SMA 3 Annuqayah mengunjungi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Pondok Pesantren Annuqayah yang berada di Bukit Lancaran. Mereka berangkat pada pukul 6 pagi dari sekolah.

“TPA yang sekarang sangat berbeda dengan TPA yang dulu. Karena sampahnya semakin banyak dan berserakan,” komentar Ulfa Wulandari, salah satu anggota tim pupuk ketika selesai mengunjungi TPA.

Setelah dari TPA, tim PSG mulai melakukan aksinya dengan meletakkan berbagai macam poster dan membagi-bagikan kartu ucapan. Poster tersebut diletakkan di tempat-tempat umum, seperti di kampus Instika, di pertigaan Toko Yayasan, dan di jalan umum lainnya.

Tim PSG juga berkeliling untuk mendengar suara para pecinta lingkungan. Suara tersebut ditulis di kertas karton yang sudah disediakan. Di atas kertas karton tersebut terpampang sebuah pertanyaan “Apa tindakan yang akan Anda lakukan untuk menyelamatkan Bumi?”

Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut tim PSG meminta jawaban ke setiap orang, mulai dari guru, dosen, siswa, mahasiswa, dan penjaga toko. Jawaban yang mereka tulis bermacam-macam. Ada yang menulis agar tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, melakukan reboisasi, dan agar supaya membawa tas sendiri ketika pergi berbelanja.

Aksi menyebarkan kartu ucapan dan penempelan poster tersebut selesai pada pukul 13.40 WIB.

20 April 2013

10 Kata per Hari Agar Mudah Belajar Bahasa Inggris


Lu’luil Maknun, XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

10 kata per hari merupakan program menghafal 10 kosakata Bahasa Inggris setiap hari. Awalnya saya berpikir bahwa 10 kata per hari bisa membuat saya sedikit demi sedikit memahami Bahasa Inggris sekaligus dapat menambah perbendaharaan kosakata Bahasa Inggris yang saya miliki.

Ide ini muncul ketika pada suatu hari saya sedikit kesulitan untuk menyerap penjelasan guru Bahasa Inggris saya. Saya lalu mencari cara bagaimana saya bisa menghafal kosakata yang ada di dalam buku Bahasa Inggris tersebut sehingga muncullah ide 10 kata per hari.

10 kata per hari memiliki jadwal tersendiri dalam rutinitas saya. Saya menjadikannya sebagai pembuka—untuk bacaan wajib saya yang harus saya baca (sesuai jadwal sekolah)— yaitu setelah selesai shalat Isyak, tepatnya pada pukul 19.00 WIB.

Tapi meskipun demikian, jadwal yang saya buat tersebut tidak konsisten,  karena terkadang saya disibukkan dengan aktivitas di luar sekolah—seperti kegiatan ekstrakurikuler, atau karena sedang mempersiapkan sebuah acara yang akan dilaksanakan sekolah maupun OSIS—sehinggga  kegiatan menghafal tersebut tidak terlaksana sesuai waktunya.

Program ini saya mulai pada tanggal 25 Maret 2013 tepatnya hari Senin. Kata yang saya hafalkan saya cari di buku Bahasa Inggris yang tidak saya mengerti  lalu saya mencari artinya di kamus secara manual. Awalnya, saya berpikir bahwa lebih praktis memakai kamus elektronik, karena waktu itu saya mempunyai program Kamus PD English berbasis java di HP saya. Namun saya lalu teringat pada perkataan guru saya, M. Mushthafa, bahwa kamus elektronik itu akan membuat kita manja dan tidak terbiasa dengan kamus. Akhirnya saya memutuskan untuk memakai kamus manual.

Karena beberapa alasan yang membuat saya sulit mengatur waktu, saya mulai menyusun jadwal baru saya. Dalam seminggu, 5 hari saya gunakan untuk menghafalkan kosa kata sedangkan dua harinya, yakni hari Ahad dan Jum’at, saya gunakan untuk latihan menerjemah.

Sempat terpikir oleh saya, berapa banyak kosa kata yang akan saya hafal jika saya melakukannya secara rutin? Dalam waktu satu minggu saya bisa menghafal 50 kosa kata, berarti dalam waktu satu bulan saya akan menghafal kurang lebih 220 kata. Bagaimana jika satu tahun?

Program ini masih terfokus pada kosakata Bahasa Inggris saja. Untuk tahun mendatang, saya mencanangkan program-program kebahasaan lain seperti istilah-istilah Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab yang tidak saya ketahui artinya.

10 April 2013

PSG Hadir ke Dungkek


Rohmatin, XII IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-GulukSabtu (30/3), Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah mengisi acara sosialisasi lingkungan dan praktik pembuatan tas dari sampah plastik di SMPN 1 Dungkek, Sumenep. Acara ini diselenggarakan oleh OSIS SMP Negeri 1 Dungkek.

Anggota PSG yang diutus berjumlah empat orang. Dua orang anggota PSG, Anisah dan Rohmatin, satu orang mantan ketua PSG periode 2010/2012, Indah Susanti, dan satu guru pembimbing PSG, Mus'idah Amin, S. Pd.I. 

Rombongan PSG berangkat sekitar pukul 12.10 WIB dari Guluk-Guluk. Dalam perjalanan ada sedikit hambatan yang mengakibatkan rombongan tidak tiba pada tempat yang dituju pada waktu yang telah dijadwalkan. Hambatan itu berupa derasnya hujan yang turun pada siang itu. Rombongan PSG tiba di SMP 1 Dungkek sekitar pukul 15.00 WIB.

Peserta yang mengikuti acara ini terdiri dari siswa putra dan putri yang berjumlah 28 orang. Semua peserta merupakan anggota OSIS yang terdiri dari kelas VII dan VIII. Tidak hanya itu, beberapa pembina OSIS dan pembina pramuka juga ikut berpartisipasi.

Acara dimulai pada pukul 15.20 WIB. Acara pembuka tidak jauh beda dengan acara-acara yang pernah dihadiri oleh anggota PSG, yaitu pembacaan ayat suci al-Qur'an, sambutan, serta ditutup dengan pembacaan doa.

Setelah acara pembuka selesai, acara dilanjutkan dengan sosialisasi lingkungan oleh anggota PSG. Kemudian dilanjutkan dengan game zone untuk menghilangkan kepenatan peserta. Karena game zone berakhir sekitar pukul 17.10 WIB. Akhirnya anggota PSG dan peserta sepakat untuk melanjutkan acara pada malam hari.

Pada malam harinya, sekitar pukul 19.30 WIB, acara dilanjutkan dengan praktik pembuatan tempat pensil dari sampah plastik. Dalam praktik ini semua peserta yang berjumlah 28 orang dibagi menjadi enam kelompok. Tiga kelompok putra dan tiga kelompok putri. Semua peserta sangat bersemangat sekali mengikuti praktik. Setiap kelompok memilih sampah plastik yang bagus dan cocok untuk dijadikan tempat pensil.

Setiap kelompok harus membuat satu tempat pensil. Namun, karena semangat peserta sangat tinggi, peserta tidak hanya membuat satu tempat pensil saja. Ada salah satu kelompok dari putra yang berjumlah sekitar 5 orang membuat tempat pensil satu per satu sehingga membuat jam praktik dan proses penjahitan lama. Acara berakhir sekitar pukul 21.00  WIB dan akan dilanjutkan pada esok harinya. Rombongan PSG bermalam di ruang kepala SMPN 1 Dungkek.

Esok harinya, Ahad (31/3), sebelum acara kajian lingkungan yang akan disampaikan oleh K. M. Mushthafa, S.Fil., M.A. dimulai, praktik pembuatan tempat pensil dilanjutkan. Setelah dianggap cukup dan penyaji kajian lingkungan telah hadir, kegiatan praktik ditutup.

Sebelum pulang, rombongan PSG memberikan kenang-kenangan satu tas kepada SMP Negeri 1 Dungkek yang diserahkan kepada ketua OSIS. Rombongan PSG pulang sekitar pukul 13.45 WIB.