27 Februari 2013

Buku Karya Ny Fairuzah Dibedah di SMA 3 Annuqayah


Susantie Octavia (XI IPA) & Ulfa Wulandari (XI IPS 1)

Guluk-Guluk—Hari Rabu 20 Februari SMA 3 Annuqayah mengadakan acara bedah buku Makanan Sehat dalam al-Qur’an karangan Nyai Fairuzah Tsabit, S.Ag, M.A. Bedah buku yang dilaksanakan di Aula Madaris III Annuqayah ini mendatangkan dua narasumber selain penulis buku, yakni  Nyai Fadhilah Khunaini Mukhtar dan Riza Anami.

Pukul 08.15 WIB acara dibuka. Setelah membaca ummul Qur’an, acara dilanjutkan dengan lantunan ayat suci al-Qur’an. Setelah itu Paduan Suara SMA 3 Annuqayah menyanyikan Mars Madaris III Annuqayah. Selanjutnya sambutan dari Ketua OSIS dan K. M. Mushthafa, S.Fil, M.A. selaku kepala sekolah.

Dalam sambutannya disampaikan bahwa tujuan diadakannya bedah buku Makanan Sehat dalam al-Qur’an ini karena buku tersebut merupakan karya Nyai Fairuzah Tsabit, guru SMA 3 Annuqayah pemegang materi al-Qur’an. Yang kedua, SMA 3 Annuqayah memiliki perhatian secara khusus pada bidang al-Qur’an. Sedangkan alasan yang ketiga, karena siswa SMA 3 Annuqayah yang semuanya perempuan kelak akan menjadi kunci kesehatan bagi keluarga.

Dalam pemaparan Nyai Fairuzah, disampaikan bahwa dalam hal makanan tak cukup dengan sehat saja. Sebagai umat Nabi Muhammad hendaknya orang Islam memperhatikan makanan sehat sesuai dengan kaidah-kaidah yang terkandung dalam al-Qur’an baik dari segi cara memperoleh maupun mengkonsumsinya.

Nyai Fadhilah Khunaini Mukhtar menyampaikan, saat ini makanan yang beredar di masyarakat tidak terkontrol sehingga tidak tercapai keseimbangan gizi. Selain harus menyeimbangkan gizi, masyarakat juga harus mengetahui apa yang dikatakan halal itu, apa yang dikatakan thayyib itu, dan bagaimana cara memakannya.

Menurut Riza Anami, ada tiga aspek dalam makanan, yakni: alamiah, ilmiah, dan ilahiah. Persoalan hidup yang paling mendasar banyak yang berangkat dari persoalan makanan.

Sehat sering kali diidentikan dengan obat dan dokter. Namun, salah satu ahli kesehatan mengatakan bahwa orang yang sehat atau sakit dapat dilihat dari segi makanannya. Kenapa? Karena, sumber kesehatan terdapat pada makanan.

Perlu diketahui orang dataran tinggi Himalaya umurnya mencapai 120-140 tahun. Ternyata setelah diteliti mereka biasa makan buah dan sayuran segar. Lain halnya dengan orang Madura yang tidak mau makan sayur. Padahal sayur-sayur tersebut ada di pekarangan rumahnya dan kalau untuk dimasak tidak perlu mengeluarkan uang. Begitu juga dengan orang Eskimo yang tiap harinya makan ikan laut sehingga jantungnya bagus-bagus.

Jadi kalau ingin hidup sampai 100 tahun lebih dengan jantung yang sehat, tirulah makanan orang dataran tinggi Himalaya dan orang Eskimo.

Setelah kedua penyaji selesai membedah buku Makanan Sehat dalam al-Qur’an, Lu’luil Maknun selaku moderator membuka beberapa termin pertanyaan baik itu untuk para undangan maupun siswa SMA 3 Annuqayah sendiri.

Acara berakhir sekitar pukul 12.00 WIB.

18 Februari 2013

FFJ Hampir Kacau Gara-Gara Listrik Padam

Jamilatur Rohma, XA SMA 3 Annuqayah

Guluk-guluk—Pada hari Jum’at, 15 Februari 2013, diselenggarakan lanjutan kegiatan Festival Film Jurnalistik (FFJ) yang juga dilaksanakan di Laboratorium (LAB) IPA SMA 3 Annuqayah.

Dua film yang diputar waktu itu adalah Shattered Glass dan Bang Bang Club. Dua film ini tidak kalah menarik dari tiga film sebelumnya. Bahkan banyak undangan dan peserta FFJ yang lebih suka terhadap kedua film ini.

Film itu dibuka dengan adegan Stephen Glass (pemeran utama dalam film Shattered Glass) yang sedang memberi motivasi di SMA tempatnya sekolah dulu berkaitan dengan dunia jurnalistik. Di depan kelas, ia menekankan bahwa seorang jurnalis harus menulis beritanya sesuai dengan fakta. Ironisnya, di akhir film ini terungkap bahwa 27 dari 40 artikel yang dibuatnya adalah fiktif. Hal itu terungkap setelah artikelnya yang berjudul “Hack Heaven” diterbitkan.

Acara berjalan sebagaimana mestinya. Tapi pada pemutaran film yang kedua, Bang Bang Club, yang rencana diputar pada pukul 13.30 WIB, kendala mulai tampak. Dan itu berkaitan dengan hal yang paling menentukan dalam terlaksananya kegiatan ini. Kendalanya berupa listrik padam. Akhirnya pemutaran film juga harus diundur sampai listrik menyala kembali dan banyak undangan dan peserta yang tidak datang.

Listrik menyala sekitar pukul 14.00 WIB sedangkan jumlah undangan dengan peserta hanya bersisa 20 orang. Alternatifnya, panitia menghubungi pondok-pondok di Sabajarin dan mengajak para santri yang tidak punya kegiatan untuk menghadiri kegiatan FFJ.

Walaupun ada kendala yang dihadapi panitia, kegiatan FFJ tetap terlaksana sebagaimana mestinya. Bahkan pada pemutaran film Shattered Glass juga hadir wartawan dari Koran Madura.

Undangan dan peserta cukup aktif dalam menanggapi dan bertanya seputar film yang ditonton ataupun seputar dunia jurnalistik.

16 Februari 2013

Nonton Bareng Film Jurnalistik


Masluhatun, XII IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Kamis, 7 Februari 2013 di SMA 3 Annuqayah diadakan sebuah kegiatan bertajuk Festival Film Jurnalistik (FFJ). Kegiatan ini berlangsung pada pukul 13.30-16.30 WIB di Laboratorium IPA SMA 3 Annuqayah.

Kegiatan ini berawal dari salah satu kegiatan OSIS yaitu Sekolah Menulis yang dibimbing oleh K. M. Mushthafa, S.Fil., M.A. setiap hari Jumat sore. Pada hari Kamis 31 Januari 2013, K. M. Mushthafa telah mengungkapkan keinginannya untuk mengadakan FFJ ini.

Pada awalya FFJ ini rencananya akan dilaksanakan selama empat hari berturut-turut dari Kamis sampai Ahad (7-10 Februari 2013), dengan memutar lima film jurnalistik. Namun, karena terbentur dengan kegiatan yang lain maka jadwal kegiatan diubah: film Mad City diputar Kamis, 7 Februari 2013, All the President’s Men dan Veronica Guerin diputar Jumat, 8 Februari 2013, dan film Shattered Glass dan Bang Bang Club diputar Jumat, 15 Februari 2013.

Dari tiga film yang sudah diputar pada dua hari pertama, yang paling menguras emosi para penonton, sampai ada yang menangis, adalah film Veronica Guerin. Salah satu pertanyaan yang muncul, “Apakah semua tokoh dalam film itu (Veronica Guerin) benar-benar nyata atau fiksi?” Pertanyaan ini dilontarkan oleh Jamilatur Rohma, siswa kelas XA SMA 3 Annuqayah.


Selain siswa SMA 3 Annuqayah yang mengikuti kegiatan sekolah menulis, turut diundang pula OSIS SMA/MA dan MTs putri se-Annuqayah, pengurus majalah dan buletin putri se-Annuqayah, pengurus pondok putri se-Annuqayah, dan delegasi dari setiap kelas SMA 3 Annuqayah.

Setiap sebuah film selesai ditonton ada sesi dialog agar siswa dan undangan dapat berbagi komentar dan pertanyaan tentang film yang baru ditonton.

08 Februari 2013

Tamu Sepeda

M. Faizi, Direktur Madaris III Annuqayah



HARI RABU, 27 Nopember 2012, kami kedatangan 4 orang tamu dari Jakarta. Mereka adalah Ahmad Rizali (panggilannya Nanang, aneh, ya!), Liza (istri Pak Nanang), Tedi K. Wardhana dan juga istrinya, Sekar. Mereka datang ke Annuqayah sebagai tamu. Ini mungkin biasa saja. Yang tidak biasa adalah karena mereka datang dengan mengendarai sepeda.

Sore hari Rabu, saya menerima sebuah panggilan.
“Pak, ini dari Sekar, rombongan Pak Nanang.”
“Iya, posisi Anda di mana?”
“Di sekitar sekolah-sekolah, dekat masjid.”
“Ya, tunggu, saya segera ke situ.”

Saya heran, mengapa Pak Nanang bisa lupa lokasi Annuqayah padahal kedatangan dia ke Guluk-Guluk ini bukan kali pertama. Rupanya, setelah saya menjumpai rombongan, saya tahu kalau mereka masuk komplek pesantren dari utara, bukan dari arah timur sebagaimana biasanya. Langsung saya menyalami Pak Nanang. Saya perhatikan, pakaiannya basah. Tanpa pikir panjang, saya bertanya.

“Wah, selamat datang kembali, Pak Nanang. Kena hujan di mana?”
“Hujan? Tidak, kok. Cuaca cerah sepanjang perjalanan.”
“Itu kaos Anda kok basah?”
“Weleh, ini basah oleh keringat.”

Saya tersadar, mereka pasti capek karena mengayuh sepeda dari Ketapang (Sampang) sejak pagi setelah semalam bermalam di rumah Imam Junaedi. Mereka berangkat hari Selasa dari Bangkalan. Berdasarkan keter bagasi yang saya temukan, sepeda ini mereka bawa naik Garuda Indonesia dari Jakarta. ‘Perjalanan sepeda ontel yang cukup jauh’, batin saya.

Pak Nanang bersama rombongan akhirnya bernalam di rumah penginapan Pondok Pesantren Annuqayah. Esoknya, Kamis, 28 Nopember, Tedi K. Wardhana mengisi pelatihan fotografi. Pelatihan bertema “Pelatihan Fotografi dengan Kamera Ponsel” ini bertempat di komplek SMA 3 (Putri) Annuqayah. Adapun peserta terdiri dari siswa dan guru di lingkungan PP Annuqayah. Ada pula beberapa yang datang dari lembaga pendidkan sekitar (untuk membaca laporan tentang pelatihan fotografi, sialakan ikuti tautan ini).

Mendampingi Pak Tedi, hadir di acara itu Eko Prasetyo dari Jawa Pos. Dia memberikan materi bagian kepenulisan. Acara ini berlangsung seharian. Peserta sangat antusias, terutama pada sesi praktek. Muhammad Mushthafa selaku kepala SMA 3 Annuqayah, yang notabene juga dikenal sebagai penggerak “naik sepeda” di lingkungan kami, mengawal acara ini hingga selesai menjelang sore.

Rombongan meninggalakan Annuqayah pada hari Jumat, 30 Nopember 2012. Sebelum berangkat, saya kembali bertanya
“Ngayuh lagi ke Surabaya, Mas?”
“Ya, ndak lah, itu terlalu heroik,” balas Pak Nanang sambil tertawa.

Rombongan kembali ke Surabaya menggunakan angkutan umum. Kami mengantarkan mereka ke Prenduan. Semula mereka menunggu patas. Namun karena bis yang ditunggu tak kunjung lewat, juga karena adanya pertimbangan ingin merasakan penyeberangan Kamal-Perak dengan kapal ferry, akhirnya mereka pun memilih naik minibus saja, menuju Kamal. Sementara sepeda-sepeda mereka diangkut dengan mobil bak terbuka.

(KETERANGAN: 3 foto di atas oleh Sekar Dinihari; 2 foto lainnya oleh saya, M. Faizi)


Tulisan ini dikutip dari sini.