27 Januari 2009

Siswa SMA 3 Annuqayah Menyaksikan Gerhana Matahari Cincin


Siti Nujaimatur Ruqayyah & Ummul Karimah (XI IPA SMA 3)

SUMENEP—Sepuluh siswa SMA 3 Annuqayah hadir pada acara Pesta Sains Gai' Bintang Astronomi Club Sumenep untuk menyaksikan gerhana matahari cincin dengan menggunakan teropong di Labang Mesem Sumenep, Senin (26/01/09) kemarin. SMA 3 Annuqayah diundang secara khusus oleh panitia. Sepuluh siswa yang dipilih oleh sekolah untuk hadir adalah mereka yang memiliki nilai prestasi istimewa untuk bidang studi Fisika dan atau Geografi.
Gerhana matahari cincin yang tergolong langka itu adalah kejadian luar biasa yang telah membuat para siswa heboh dan menggebu-gebu ingin menyaksikannya. Sayangnya mereka tidak bisa melihat gerhana matahari dengan mata telanjang. Menurut informasi yang didapatkan, gerhana matahari dapat membuat mata seseorang buta. Jika ingin melihat gerhana matahari harus menggunakan alat khusus. Selain dengan teropong, di sana juga disediakan alat berbentuk kacamata yang terbuat dari klise dan dilapisi alumunium. Alat ini juga bisa digunakan untuk melihat gerhana matahari secara lebih jelas dan langsung.
Maka alangkah senangnya para siswa SMA 3 Annuqayah yang terpilih untuk dapat menghadiri undangan Gai’ Bintang Astronomi Club tersebut. Mereka berangkat dari SMA 3 Annuqayah pada pukul 14.00 WIB dengan didampingi Syaiful Bahri, S.Ag. dan Mus’idah, S.Pd.I, guru di SMA 3 Annuqayah. Kira-kira menjelang 15.00 WIB mereka telah tiba di tempat acara.
Suasana masih sepi. Rupanya rombongan SMA 3 Annuqayah adalah peserta yang datang paling awal. Panitia langsung memberikan alat yang berbentuk kaca mata kepada mereka. Senangnya bukan main saat mereka mendapatkan alat itu dan langsung memakainya. Namun saat itu matahari masih dalam keadaan normal.
Sekitar pukul 16.00 WIB hingga 16.30, gerhana matahari terjadi, meski tidak 100%, sehingga bentuk matahari tak lagi bulat sempurna. Rombongan dari SMA 3 Annuqayah menyaksikan baik dengan teropong maupun dengan kacamata khusus. Pada sekitar pukul 16.30 WIB, posisi gerhana mencapai 30 %.
“Sebenarnya kejadian ini adalah pertanda kebesaran Tuhan, yang juga pernah terjadi pada masa Rasulullah,” kata Januar Herwanto, pengundang sekaligus Direktur Lembaga Gai' Bintang Astronomi Club, memberikan penjelasan. “Dan karena itulah kami mengundang Anda semua untuk menyaksikan kebesaran Tuhan secara langsung,” tambahnya.
Mus'idah, guru pendamping dari SMA 3 Annuqayah, merasa sangat puas dengan keterlibatan anak-anak dalam acara ini. "Mereka sangat aktif bertanya dan berdiskusi dengan Tim dari Gai' Bintang, sehingga saya kira mereka tidak hanya mendapatkan pengalaman baru, tetapi juga informasi berharga lainnya yang sangat mendukung kepada pembelajaran di sekolah," ujarnya dengan bersemangat.
Tentunya rugi sekali bagi mereka yang tidak menyaksikan dan tidak merenungkan kejadian ini. Seperti yang terjadi di sekitar Taman Bunga, banyak orang yang tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi saat itu. Mereka lebih memilih duduk santai menikmati keindahan alam di sore hari. Sementara itu…
Seperti tak ingin ketinggalan dengan rekan-rekannya yang menyaksikan gerhana matahari cincin dengan teropong, pada saat yang bersamaan siswa-siswa Madaris 3 Annuqayah lainnya juga mengadakan acara nonton bareng gerhana matahari cincin di sekolah. Meski menggunakan alat sederhana, acara tersebut cukup heboh karena siswa yang datang berbondong-bondong, mengantri giliran sambil berteriak-teriak girang tanda tak sabar ingin segera melihat citra gerhana matahari cincin. Walau begitu, siswa diatur untuk tertib.
Alat tersebut dibuat oleh siswa SMA 3 Annuqayah sendiri yang didampingi oleh guru SMA 3 Annuqayah. Alat sederhana yang terbuat dari kardus berukuran panjang 1 m, lebar 27 cm dengan lubang atas untuk mata lurus dengan lubang berdiameter sekitar 1 mm pada jarak dari tepi, dapat menampilkan citra matahari pada permukaan dalam di bidang bawah. Alat sederhana ini dibuat atas dasar panduan salah seorang dosen ITB yang ditemukan setelah mencari informasi di internet.
Sebelumnya siswa diberi penjelasan mengenai cara menggunakan alat tersebut. Zulhatus Sayyidah, yang memberi keterangan, menjelaskan di tengah halaman. “Cara pakainya yaitu membelakangi matahari dan dimiring-miringkan sampai citra matahari masuk dan membentuk bayangan di dasar kotak,” katanya.
Acara nonton bareng ini dimulai sekitar pukul 15.30. Beberapa saat setelah bentuk matahari mulai menyusut di salah satu sudutnya, tanpa sengaja salah satu siswa SMA 3 Annuqayah yang hadir, Thoyyibah kelas XII IPA, menemukan tampakan bulatan-bulatan terang cahaya berbentuk bulan sabit di bawah pohon. Dalam keadaan biasa, cahaya matahari yang menembus rimbun dedaunan itu berbentuk bulatan-bulatan sempurna. Akan tetapi, karena gerhana, bentuknya berubah menjadi bulan sabit. Bulatan-bulatan kecil itu tampak lucu dan menggemaskan saat angin meniup pepohonan. Bayangannya pun seolah menari dan bergoyang-goyang.
Thoyyibah langsung berkomentar mengenai kejadian ini, “Menakjubkan! dan ini menggambarkan kekuasaan Tuhan yang begitu indah.”
Cukup lama siswa menanti gerhana matahari cincin tampak secara sempurna, namun tanda-tanda bulatan hitam yang hampir menutup permukaan matahari semakin menggeser keluar dari lingkaran bulatan matahari.
Setelah siswa tak sabar menanti dan bertanya-tanya, akhirnya terjelaskan bahwa hanya daerah-daerah tertentu yang dapat menyaksikan gerhana cincin secara penuh. Yaitu: Banten, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah. Adapun di wilayah-wilayah lainnya hanya akan dapat dilihat gerhana matahari sebagian dengan penutupan piringan matahari lebih dari 50 persen.

20 Januari 2009

Kisah Pilu Anak-Anak di Medan Perang


An’amah, PPA Al-Furqaan Putri

GULUK-GULUK—Hari Ahad (18/01/09) kemarin sekitar pukul 08.30 wib Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah mengadakan pemutaran film berdurasi 95 menit berjudul Turtles Can Fly. Acara ini dihadiri oleh sekitar 41 peserta dari berbagai delegasi: OSIS SMA 3 Annuqayah, OSIS MTs 3 Annuqayah, OSIS MA 1 Annuqayah, LPM STIK Annuqayah serta beberapa pengurus perpustakaan dari berbagai komplek di Annuqayah, dan lain-lain.
Sebelum menyaksikan film ini bersama-sama, Siti Nujaimatur Ruqoyyah, siswi XI IPA SMA 3 Annuqayah, tampil membacakan satu cerpen karya Asma Nadia berjudul “Merah di Jenin”, sebuah cerpen yang mengisahkan tragedi keluarga muslim Palestina yang diserbu tentara Israel.
Turtles Can Fly, yang disutradari oleh Bahman Ghobadi, ini pernah memenangi beberapa penghargaan pada tahun 2004: San Sabastian International Film Festival Best Film dan San Paulo International Film Festival International Jury and Audience Award. Dan, pada tahun 2005 film ini kembali menyabet beberapa penghargaan: Rotterdam International Film Festival Audience Award, Chichago International Film Festival Special Jury Award, Tbilisi Internatonal Film Festival Golden Prometheus Best Film dan Berlin Film Festival Best and Feature Film and Peace Film Award.
Berlatar belakang Suku Kurdi yang menggambarkan tentang kemiskinan, kepedihan dan bagaimana beratnya menjalankan kehidupan dalam peperangan, film ini berkisah tentang sekelompok anak yang menghidupi diri mereka dengan menggali ranjau-ranjau darat yang tersebar di sekitar mereka di sebuah kamp pengungsi di desa Kanibo dalam tekanan rezim Saddam Hussein dimana kehidupan di sana sangat terbatas. Termasuk betapa sulit dan sangat terbatasnya mendapatkan informasi melalui saluran televisi di tengah simpang-siurnya isu bahwa Amerika akan menyerang Irak.
"Setelah nonton film ini saya merasa menjadi anak yang sangat beruntung sekali tinggal di Indonesia yang terbebas dari perang walaupun belum sepenuhnya 'merdeka'," komentar Ummul Karimah, ketua OSIS SMA 3.
Setelah menyaksikan bersama film ini, para hadirin memberi apresiasi. Ada yang berpendapat bahwa sebenarnya film yang dirilis tahun 2004 ini tidak terlalu menguras emosi. Cerita juga dibangun tidak begitu kuat, namun, sang sutradara, Bahman Ghobadi mampu menutupinya dengan iringan instrumen yang cukup menggugah dan menyentil perasaan.
Ada pula yang menyayangkan mengapa Ghobadi tidak menampilkan apa yang terjadi pada Satellite dan rakyat Irak—pada garis besarnya—setelah pasukan Amerika tiba di Irak.
Namun, apapun alasannya, perang tetap akan menyisakan derita kemanusiaan dan hanya akan menimbulkan luka masa lalu yang akan begitu sangat menyakitkan dalam jiwa anak-anak yang merasa tak lagi memiliki masa depan cukup cerah. Kira-kira demikianlah kesimpulan apresiasi para peserta acara nonton bareng ini, yang memang selaras dengan tujuan diadakannya acara pemutaran film ini.

10 Januari 2009

SAI Support Sekolah Berbasis Lingkungan

Radar Madura, Sabtu, 10 Januari 2009

SUMENEP-Said Abdullah Institute (SAI) memberi dukungan moral terhadap SBL (sekolah berbasis lingkungan). Salah satunya ke SMA 3 Madaris Annuqayah, Guluk-Guluk, yang dianggap peduli lingkungan dan limbah.
Berdasarkan data, SMA 3 Annuqayah ini memberi kompetensi pembelajaran tambahan terhadap peserta didiknya. Yakni, sekolah mewajibkan siswa memiliki tanaman asuh di sekolahnya. Setiap siswa bertanggung jawab atas hidup matinya pohon yang ditanam.
Selain itu, siswa menjadi "pemulung" sampah nonorganik. Sampah itu kemudian diolah menjadi souvenir. Seperti, tas, vas bunga, miniatur meja-kursi makan, hiasan dinding, dan lainnya.
Pembina SAI MH Said Abdullah menilai, SMA 3 Annuqayah enak ditiru dan perlu. Sekolah ini memiliki nilai plus. Yakni, sekolah ikut menyelamatkan bumi dengan cara menanam tanaman di lingkungan sekolahnya yang memberikan hawa sejuk di sekolah.
Selain itu, sekolah mendidik siswanya untuk bertanggung jawab. Minimal, mereka memulai yang bermanfaat bagi ekosistem dan lingkungan sekitarnya.
Manfaat lainnya, kata Said, sekolah mendidik siswanya kreatif. Buktinya, siswa tidak malu menjadi "pemulung" dan mengolahnya kembali menjadi benda yang bermanfaat. Karena itu, anggota DPR RI ini memberikan apresiasi. Sebab, di zaman ini banyak orang enggan berbuat hal-hal kecil yang manfaatnya besar.
Apalagi, jika sekolah membangun jaringan untuk pemasaran karya siswanya. "Saya respek dengan sekolah yang inovatif dan kreatif," kata Said usai tukar cinderamata dari sekolah ke SAI dan sebaliknya.
Sebelumnya, penanggung jawab SMA 3 Annuqayah, Musthafa, mengaku mengikutkan siswanya ke berbagai pelatihan. Baik di tingkat regional maupun nasional.
Buah dari keseriusan ini, SBL di SMA 3 Annuqayah mengikuti berbagai kegiatan. Bahkan, dalam bulan ini ikut dalam lomba sekolah berwawasan lingkungan yang digelar British Council. "Jika menang, mungkin kami menjadi duta SBL yang harus terbang ke luar negeri," kata lulusan filsafat UGM ini optimistis.
Usai tukar cinderamata, rombongan SAI yang terdiri atas MH Said Abdullah (pembina), Yanuar Herwanto, Habib Amak, Habib Bidin, KH Muhadjir (fungsionaris), Didik Prasetiono (mantan KPU Jatim), Bambang Prayogi, dan Hunain Santoso (pendukung SAI) membezuk pengasuh Ponpes Annuqayah, KH Mahfud Husaini dan KH Hamidi Hasan yang sedang sakit. Acara diakhiri dengan salat Jumat di masjid ponpes. (abe/advertorial)

URL: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=56569