14 Juni 2008

Ketika Siswi SMA 3 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Jadi Pemulung: Selamatkan Lingkungan, Olah Sampah Jadi Souvener



ZAITURRAHIEM, Sumenep

Sampah tak selamanya jorok. Di tangan kreatif siswa, sampah berubah jadi tas, vas bunga, dan kotak surat. Karenanya, siswi SMA 3 Annuqayah tak malu menjadi pemulung. Mengapa?

Lima puluh dua siswi yang tergabung dalam Pemulung Sampah Gaul (PSG) bertekad selamatkan bumi. Mereka merasa sesak dengan tempat pembuangan akhir (TPA) di sekitar sekolah. Berkubik sampah menumpuk di TPA. Apalagi, timbunan sampah itu sebagian besar terdiri atas sampah nonorganik. Sampah jenis ini sulit musnah dengan sendirinya.
Para gadis belasan tahun itu langsung terjun ke TPA. Mereka memunguti sampah. Di antaranya, siswi itu membawa pulang gelas plastik bekas kemasan air mineral atau minuman suplemen. Aksi siswi ini pun menyita perhatian warga di sekitar sekolah. Sebab, mereka masih mengenakan pakaian seragam sekolah. Pemandangan ini berbeda dengan pemulung sebenarnya saat turun ke TPA.
Ketua PSG, Mu’awwanah mengakui ide tersebut muncul setelah mendengar cerita dari gurunya yang mengajar Bahasa Indonesia, M. Musthafa. Perempuan asal desa Daleman kecamatan Ganding mendengar ada seorang perempuan di Jakarta bernama Regina. Regina, katanya, mengolah sampah plastik menjadi barang kerajinan yang layak dijual. Misalnya, dia contohkan sampah plastik menjadi vas bunga, tas, dan souvener lainnya.
Dia menyadari Regina yang diceritakan Musthafa mengilhami dirinya dan rekan-rekannya. “Mulanya kami malu, gengsi, mau jadi pemulung.” Perempuan yang gemar baca buku itu menegaskan kegiatan tersebut dimaksudkan untuk selamatkan bumi dari kehancuran. Selama ini mayoritas warga banyak konsumsi barang-barang yang terbungkus plastik. Padahal, plastik sulit lebur dalam tanah karena berbahan nonorganik.
Untuk proses desain dan pembuatan, perempuan berjilbab itu akui tak punya pembimbing. Karenanya, dia dan teman-temannya berkreasi sendiri. Siswi berkarya dan mengolah limbah tidak untuk mengejar pasar. Tetapi, siswi hanya ingin memanfaatkan barang-barang yang dianggap tak berharga. "Kami melakukan ini (memulung sampah dan mengolah menjadi souvener) tanpa beban, santai," katanya.
Hal yang sama diakui guru Bahasa Indonesia SMA 3 Annuqayah, Musthafa. Menurutnya, siswi ingin sosialisasi dan penyadaran tentang efek sampah nonorganik. Lulusan UGM itu katakan warga tak sadar sampah nonorganik sulit hancur secara alami. Sejauh ini, katanya, siswa baru melangkah terkait pemanfaatan plastik di TPA sekitar sekolah. Menurutnya, kreativitas siswa hanya satu hal. Sebab, siswa membidik masyarakat agar mengurangi konsumsi barang yang terbungkus bahan kimia. "Termasuk plastik itu," terangnya.
Pria yang pernah bermukim di Jakarta itu katakan ada pemesan dari sekitar sekolah. Dia contohkan, jajaran muslimat, madrasah aliyah, dan lembaga lainnya di sekitar sekolah memesan souvener dari sampah. Musthafa akui cara mengolah sampah ini dibuat sederhana. Siswi memungut dan mencuci sampah sampai benar-benar bersih. Selanjutnya, sampah-sampah dikeringkan. Terakhir, siswa mendesain dan mengubah sampah menjadi tas, vas bunga, maupun tempat lampu dan souvener lainnya. (*)


Dikutip dari Radar Madura, Sabtu, 14 Juni 2008.

11 Juni 2008

Reformasi OSIS SMA 3 Annuqayah

Pada tanggal 7 Juni 2008, OSIS SMA 3 Annuqayah mengadakan reformasi. Adapun kegiatan ini bertujuan untuk membentuk kader-kader baru dan membuat SMA 3 Annuqayah lebih maju.

Acara ini sudah mendapat izin dari pihak sekolah. Dalam pelaksanaan kegiatan reformasi ini pihak sekolah memberikan 2 pilihan yaitu sebelum dan sesudah ujian. Akhirnya panitia reformasi memutuskan untuk melaksanakan sebelum ujian.

Ada tiga orang calon ketua OSIS SMA 3 Annuqayah, yakni Ummul Karimah, Siti Nujaimatur Ruqayyah, dan Zaitunah. Ketiga calon ketua OSIS ini melewati beberapa tahapan proses pemilihan, di antaranya penyampaian visi dan misi pada tanggal 5 Juni 2008 yang ditempatkan di Aula Utama Madaris 3 Annuqayah. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih dua jam dan semua siswi aktif dalam mengikuti penyampaian visi dan misi.

Pada hari pencoblosan, semua warga SMA 3 Annuqayah datang berduyun-duyun ke tempat pemungutan suara, mulai dari siswi, guru, dan TU. Ummul Karimah akhirnya menang mendapatkan 111 suara, disusul oleh Nujaimah 33 suara, dan Zaitunah 12 suara.

Pada saat memberi sambutan setelah Ummul terpilih, H Moh Ya’kub, SE, Kepala SMA 3 Annuqayah mengatakan bahwa reformasi OSIS dan pencoblosan ini adalah pembelajaran berdemokrasi bagi siswi SMA 3 Annuqayah pada khususnya, dan seluruh warga SMA 3 Annuqayah pada umumnya. Beliau berharap agar OSIS dapat terus lebih maju.

Ditulis oleh Ulfatul Lu’luah (XB), Husnul Khotimah (XI IPA), Maltufah (XB).

Madura Channel Meliput Kegiatan PSG


Oleh Zulhatus Sayyidah

Selasa, 10 Juni 2008 kemarin, kami komunitas Pemulung Sampah Gaul (PSG) Madaris III Annuqayah kedatangan tamu dari salah satu stasiun televisi swasta, Madura Channel. Kedatangannya ke sekolah kami bertujuan untuk meliput hasil kerajinan sampah plastik yang kami buat selama ini, yang kira-kira telah mencapai lebih dari 20 buah kerajinan. Wartawan dari Madura Channel itu menanyakan tentang latar belakang serta tujuan dari diadakannya PSG dan tentang aktivitas utama PSG, yakni membuat kerajinan dari sampah plastik. Wartawan Madura Channel itu mewawancarai salah satu anggota PSG yang dilanjutkan dengan pengambilan gambar hasil kerajinan sampah plastik.
Berita yang meliput kegiatan PSG ini kemudian ditayangkan di Madura Channel sore harinya, tepatnya jam empat sore. Anak-anak PSG nonton bareng di kantor MTs 3 Annuqayah Sabajarin. Ternyata setelah berita itu ditayangkan, ada salah satu teman guru kami yang antusias dan ingin belajar bagaimana cara membuat kerajinan dari sampah plastik. Teman guru kami itu mengatakan bahwa Muslimat NU Sumber Payung Ganding tertarik untuk belajar. Sebenarnya kami siap untuk mengajari mereka yang ingin tahu bagaimana cara membuat kerajinan dari plastik. Dengan semakin banyaknya orang yang membuat kerajinan dari sampah plastik, maka tentunya sampah plastik yang ada di lingkungan sekitar akan berkurang, dan itu berarti bisa menyelamatkan bumi dari ancaman bahaya sampah plastik yang kian bertambah.
Akan tertapi, berhubung kami akan menghadapi ujian semester dan harus belajar dengan giat, maka kami harus menunda rencana tersebut. Karena selain harus ikut menyelamatkan bumi, kami sebagai siswa juga harus belajar dengan giat agar nantinya bisa berguna untuk diri sendiri, orang lain, bangsa dan negara. Tapi kami berjanji, setelah ujian selesai, kami siap datang berbagi pengalaman kami membuat kerajinan dari sampah plastik.

Zulhatus Sayyidah, siswi X A SMA 3 Annuqayah, anggota Pemulung Sampah Gaul (PSG).

07 Juni 2008

Perjalanan Sampah Plastik


Oleh Khazinah

Meninjaklanjuti aksi Hari Bumi 22 April 2008 yang lalu, setelah melalui proses pemilahan dan pencucian, kemudian terkumpullah sampah plastik yang sudah bersih. Aksi kami (Pemulung Sampah Gaul, atau PSG) selanjutnya adalah: tiap kelompok bermusyawarah tentang karya apa saja yang akan dibuat. Mulanya kami tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah plastik yang begitu banyak itu. Tidak ada pembimbing khusus yang mengajari kami tentang bagaimana cara membuat kerajinan dari plastik. Tapi, meskipun demikian, kami para PSG tetap bersemangat mencari ide untuk membuat sampah plastik menjadi sesuatu yang lebih berharga. Dalam benak kami tertancap kata-kata penyemangat: saya bisa, saya harus bisa, saya pasti bisa.

Pada awalnya kerajinan plastik yang kami rancang itu dibuat secara manual. Meskipun dengan cara manual, ternyata kami bisa menghasilkan beberapa macam bentuk kerajinan dari plastik seperti tas, dompet, tempat alat tulis, dan sebagainya. Hasilnya tidak begitu mengecewakan, meskipun tidak seperti yang diperjualbelikan di toko-toko kerajinan. Tapi itu adalah sebuah kebanggaan bagi kami yang telah ikut berpartisipasi mengurangi polusi sampah yang kian membludak.

Pada proses pembuatan kerajinan plastik, semangat kami sempat surut, karena sulitnya mendapatkan peralatan dan perlengkapan yang kami butuhkan untuk lebih mempercantik hasil kerajian sampah plastik. Bahkan ketika beberapa dari teman kami mencari toko yang menjual peralatan dan perlengkapan tersebut, mereka sempat kelimpungan sebab di daerah kami sangat sulit menemukan toko yang menjual peralatan dan perlengkapan untuk mengolah kerajinan sampah plastik Karena sulitnya mendapatkan peralatan dan perlengkapan tersebut, maka kami terpaksa menggunakan bahan seadanya yang sekiranya dapat mempercantik hasil kerajinan kami. Kami menggunakan pita, selang, benang siyet, plastik mika, risleting, dan alat-alat sederhana lainnya.

Ternyata hasilnya cukup memuaskan. Bahkan, setelah melihat hasil kerajinan sampah plastik yang kami buat, banyak lembaga lain yang ingin belajar dari kami tentang pemanfaatan sampah menjadi sesuatu yang layak pakai.Terkait dengan ini, maka pada tanggal 4-5 Juni 2008 kemarin dua orang anggota PSG diutus untuk menyalurkan sedikit ilmu dan pengalamannya untuk melatih teknik pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan. Dua orang anggota PSG itu mengajari siswi-siswi Madrasah Aliyah 1 Annuqayah putri yang juga punya kepedulian lingkungan. Beberapa sekolah lain sudah menghubungi kami dan ingin belajar tentang pengolahan sampah plastik, di antaranya Madrasah Aliyah Annajah I Karduluk.

Dalam satu pekan terakhir, pengerjaan kerajinan sampah plastik ini semakin mendapat angin segar. Selain tersedianya peralatan pendukung yang lebih baik, seperti tali tas 'beneran', anak-anak PSG secara berkala dan intensif saat ini digembleng khusus untuk peningkatan mutu dan desain kerajinan oleh Lora Khathibul Umam yang kebetulan sedang berlibur—beliau kuliah di Jogja.

Dan alhamdulillah saat ini kami bisa menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya dan sudah layak untuk dijual. Sampai saat ini hasil karya kami sudah terkumpul sangat banyak dari berbagai model dan bentuk mulai dari tempat pensil yang berbentuk persegi empat hingga segi tiga.

Kabar terakhir, hasil kerajinan kami mendapat perhatian khusus dari pihak sekolah. Insya Allah, di ajang lomba menjelang pembagian rapor bulan depan, di Madaris 3 akan diadakan Pameran Karya Siswa yang di antaranya akan menampilkan hasil kerajinan kami. Bahkan, kemarin kami mendapat kabar bahwa aktivitas kami akan diliput oleh Madura Channel, televisi lokal di Madura.

Teman-teman PSG, jangan berhenti berkarya!

Khazinah, siswi XI IPS SMA 3 Annuqayah, anggota Pemulung Sampah Gaul (PSG).