23 Juni 2012

Malam Penutupan Kemah Lingkungan (2) Penuh Lakon



Masluhatun, XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Rabu (20/06) adalah hari terakhir Kemah Lingkungan (2). Peserta dan panitia di acara penutupan menampilkan drama, samman dan teater.

Jam 08.15 WIB materi pertama sekaligus materi terakhir bertemaNilai-nilai Islam dan konservasi lingkungan” yang disampaikan oleh K.H. A. Hanif Hasan selama kurang lebih 2 jam.

Setelah materi selesai, acara dilanjutkan dengan pendalaman materi dan presentasi tentang apa yang sudah diminta oleh panitia, yakni hasil observasi ke TPA Batuan.

Setelah beristirahat, peserta kembali ke Laboratorium IPA. Dalam kegiatan “refleksi dan tindak lanjut”, semua peserta diminta untuk membuat apa tujuan dan apa tindak lanjut peserta setelah pulang dari kegiatan kemah yang telah diikuti. Peserta juga diminta menyampaikan pesan, kesan, kritik, dan masukan. Setelah selesai, waktu yang tersisa digunakan panitia dan peserta untuk latihan pada pementasan saat penutupan kemah.

Malam penutupan diawali dengan pembacaan ayat suci al-Quran. Kemudian perwakilan dari panitia dan peserta Kemah Lingkungan (2) menyampaikan pesan dan kesan selama mengikuti kegiatan ini. Setelah itu satu persatu dari setiap tenda menampilkan sebuah lakon dengan tema lingkungan.

Penampilan dibuka dengan samman dari Sanggar Tikar SMA 3 Annuqayah. Kemudian dilanjutkan dengan lakon-lakon dari setiap tenda. Di sela-sela penampilan tersebut, Turmidzi Jaka yang hadir pada acara penutupan kemah membacakan puisi dan syair lagi. Dan semua penampilan tersebut diakhiri dengan teater dari Sanggar Tikar.

Kegiatan terakhir adalah nonton bareng film Burning Season yang merupakan acara penutup pada malam itu.

22 Juni 2012

Membabat Bau TPA Sumenep



Masluhatun, XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pada hari Selasa (19/06) pagi, peserta Kemah Lingkungan (2) bersiap untuk berangkat ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Batuan, Sumenep. Kegiatan ini sudah dijadwalkan agar bisa berangkat sepagi mungkin, sehingga rombongan berangkat sekitar jam 07.00 WIB dengan menempuh waktu kurang lebih 45 menit untuk sampai di TPA.

Di TPA Sumenep peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan TPA tersebut. Peserta kemah mewawancarai para pemulung, pengelola dan penjaga TPA, sopir pengangkut truk sampah, dan penduduk yang bermukim tidak terlalu jauh dari TPA tersebut.

TPA ini beroperasi sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu dengan luas 3,1 hektar. Daerah yang paling aktif mengirimkan sampah adalah daerah kota Sumenep, Batuan, dan Kalianget. Setiap harinya ada sekitar 15 truk sampah dengan seluruh volume sampah sekitar 142 meter kubik.

Satu kilogram sampah yang dikumpulkan oleh pemulung, yang mayoritas perempuan, hanya dihargai sekitar Rp. 500,- saja. Menurut Syaifuddin, Kepala SD Torbang 3, sekolah yang berada di dekat TPA, para petani di sekitar TPAmengatakan bahwa sampah-sampah di TPA bisa menyuburkan sawahnya. Padahal sampah-sampah itu mengandung bahan-bahan yang berbahaya. Hal itu disebabkan karena minimnya pendidikan penduduk. Selain itu pemulung mengaku tidak terlalu terganggu dengan bau sampah dari TPA.

Setelah kurang lebih 2 jam di TPA Sumenep, rombongan pulang ke SMA 3 Annuqayah.

Selama 2 jam berikutnya peserta diminta untuk membuat rangkuman dan analisis sosial dari hasil observasi dan wawancara saat di TPA Ssumenep.

Sedangkan pada siangnya diisi dengan materi tentang masalah pertanian dan pangan oleh K. Muhammad Affan, S. Ap. Pembahasannya walau meluas namun inti dari apa yang dibahas adalah tentang pertanian dan pangan hubungannya dengan soal lingkungan.


Malam harinya diputar film dokumenter Food Inc. Acara nonton bareng selesai sekitar jam 23.30 WIB. Kemudian semua peserta (yang tersisa) masuk ke tenda masing-masing untuk tidur.

21 Juni 2012

Semua Terkait Sampah

Ummu Naqiyatin, XI IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pada hari kedua Kemah Lingkungan (2) PSG SMA 3 Annuqayah, kegiatan pagi peserta setelah shalat subuh sekitar jam 05.00 WIB melakukan senam sehat dan go clean di sekitar halaman Madaris 3 Annuqayah.

Pada pukul 08.30 wib peserta mengikuti materi tentang “jejak ekologi” oleh K.M. Mushthafa, S. Fil, M. A. sebagai bekal untuk melakukan riset ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Batuan, Sumenep.

Materi kedua disampaikan oleh H. Dauri, S.Ag. yang membahas tentang “analisis sosial” (Ansos). Materi yang disampaikan berisi tentang pengertian ansos, cara-cara untuk melakukan ansos yang terdiri dari 7 langkah, dan hal-hal penting yang terkait dengan gejala sosial yaitu kesadaran, perilaku, dan situasi.

Pada materi ansos, peserta melakukan diskusi kelompok tentang suatu masalah sebagai praktik dan pendalaman.

Setelah materi kedua selesai, semua peserta segera meninggalkan tempat acara, yakni laboratorium IPA dan istirahat ke tenda masing-masing.


Sekitar jam 14.30 WIB, dilakukan pendalaman materi yang dipimpin oleh panitia. Untuk mengurangi kebosanan peserta kemah, panitia memberi motivasi dan semangat. Pendalaman materi pada pagi sebelumnya dari setiap kelompok disampaikan dengan metode yang bermacam-macam dan mengasyikkan.

Banyak kejadian lucu yang terjadi yang disebabkan oleh berbagai hal dan di antaranya ketidaksiapan peserta untuk menyampaikan materi, catatan peserta kurang, dan sebagainya.

Pendalaman materi diakhiri dengan penampilan dari panitia yang dilakukan dengan spontan dan jenaka namun berbobot.

Malamnya diisi dengan nonton bareng film dokumenter tentang sampah dan pemulung sampah. Sebelumnya panitia menampilkan sebuah lakon tentang anak-anak PSG saat sedang berbelanja di Toko Yayasan Annuqayah.

Saat kemah, sempat ada beberapa peserta yang sakit, tidak betah, dan sebagainya, sehingga membuat peserta yang lain dan panitia sempat kebingungan.

20 Juni 2012

Kemah Lingkungan (2) PSG Dibuka dengan Meriah


Ummu Naqiyatin, XI IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Tahun ini SMA 3 Annuqayah dapat melaksanakan Kemah Lingkungan yang kedua, dilaksanakan pada 17-20 Juni 2012. Pada minggu sore sebelum malam pembukaan, peserta telah berdatangan untuk mengikuti Kemah Lingkungan (2) yang bertempat di halaman SMA 3 Annuqayah.

Pada siang sebelum penbukaan Kemah Lingkungan (2) dilaksanakan, panitia mengadakan rapat dengan setiap divisi, untuk memeriksa perkembangan persiapan acara penbukaan Kemah Lingkungan (2). Di akhir rapat panitia melakukan doa bersama untuk kelancaran kegiatan yang berlangsung selama 4 hari ini. Kemudian rapat ditutup dengan membaca surat yasin bersama dan membaca hamdalah.

Pada jam 15.30 WIB, peserta mulai berdatangan dengan membawa barang-barang yang dibutuhkan selama mengikuti kemah. Peserta yang sudah datang diminta untuk masuk ke Laboratorium IPA untuk pembagian kelompok dan penentuan tenda.

Setelah melaksanakan shalat isya’, peserta kemah berkumpul di depan Laboratorium IPA untuk mengikuti acara pembukaan. Pembawa acara pada pembukaan adalah Mus’idah Amin, S.Pd, dan Ummul Karimah. Untuk memeriahkan acara, sebelum dimulai, ada beberapa penampilan dari PSG.

Acara pembukaan ini dihadiri oleh Edi Yulianto dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep. Pembukaan juga dihadiri oleh Turmidzi Jaka, seniman asli Madura, yang diundang secara tidak langsung oleh panitia. Turmidzi Jaka diminta untuk memberikan kata-kata motivasi kepada peserta dan membacakan sebuah syair.

Pada pembukaan ini, Paduan Suara Madaris III Annuqayah (Paramarta) menyanyikan 4 buah lagu. Setelah semua acara selesai, sampailah pada acara inti yaitu ceramah lingkungan yang disampaikan oleh K.M. Mushthafa, S. Fil, M. A. Pemaparannya berjudul  “Mengukur dampak kehadiran manusia terhadap lingkungan”.

Acara pembukaan selesai sekitar jam 22.00 WIB. Semua undangan pulang sedangkan peserta dan panitia kemah bersiap untuk istirahat.

Sangat disayangkan kegiatan Kemah Lingkungan (2) tahun ini tidak dihadiri oleh mitra SMA 3 Annuqayah. Padahal persiapan Kemah Lingkungan (2) kali ini lebih matang dan lebih meriah dari pada tahun sebelumnya.

14 Juni 2012

Perpisahan Kelas Akhir SMA 3 Annuqayah


Ruka'iya, XII IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pada tanggal 8 Juni 2012, siswi kelas akhir SMA 3 Annuqayah mengadakan perpisahan yang berjudul "Lepas Kenang " bertempat di Laboratorium IPA dengan dekorasi sederhana namun berjalan dengan baik dan sukses.

Lepas kenang ini bertujuan untuk mengenang semua kebersamaan yang telah tiba di persimpangan jalan hingga tiba waktunya semua siswi kelas akhir menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Entah itu melanjutkan ke lembaga perguruan tinggi atau kerja maupun menikah.

Acara juga sebagai bentuk silaturrahim dengan dewan guru dan teman-teman kelas akhir.

Paduan Suara Madaris III Annuqayah (Paramarta) juga ikut tampil menyemarakkan acara ini dengan menyanyikan beberapa lagu, di antaranya berjudul Terima Kasih Madaris III, Hymne Guru, Perpisahan dan tak lupa pula Shalawat Nabi.

Ketika lagu perpisahan dinyanyikan sebagian besar siswi merasa hatinya bergetar dan tersentuh mendengarkan sajak-sajak perpisahan. Bahkan, ada siswi yang meneteskan air matanya.

“Hari ini adalah pertemuan terakhir setelah proses belajar selesai dan ujian telah kita lalui. Namun saya tak akan pernah melupakan SMA 3 Annuqayah yang telah mendidik dan membimbing dengan ikhlas,” tutur Qurratul Aini, siswi XII IPS.

Pada saat Kepala SMA 3 sambutan, beliau memperingatkan kepada seluruh siswa kelas akhir bahwa perjalanan masih panjang dan belum berhenti sampai di sini. Yang penting adalah mempertahankan hal berharga yang sudah dimiliki terutama berkaitan dengan identitas santri yang terkenal dengan akhlakul karimahnya.

Panitia juga menghadirkan penceramah yang memberikan tausiyah, yakni K.H. Muhammad Husnan A. Nafi', S.Ag., M.Pd. Di awal, beliau menyinggung kriteria  seorang penceramah, di antaranya harus bergelar “kiai haji”, harus lucu, penampilan meyakinkan dengan banyak mengeluarkan ayat al-Qur'an, dan sebagainya.

Banyak  hal yang dipaparkan beliau, di antaranya tentang orang yang akan selamat pada zaman akhir, tanda-Tanda zaman akhir, barakah dan keikhlasan. Beliau juga memaparkan tentang cara menentukan lembaga perguruan tinggi yang baik. Selain itu, karena audiennya kelas XII, rata-rata umurnya sudah matang dan cukup dewasa, beliau memaparkan Kriteria cowok idaman. Menurut beliau kriteria cowok idaman di antaranya paling tampan, paling kaya, dari keturunan yang paling berpengaruh. Namun dari ketiga hal itu ada yang paling penting dan utama yakni agama dan akhlaknya yang baik, seperti alumni annuqayah.

“Dari awal hingga usai terkesan lucu deh, membuat perut saya geli dan ketawa lepas. Saya suka dengan pemaparan beliau,” tutur Indah Susanti, siswi XII IPA.

"Saya sebagai salah satu siswi kelas akhir mengucapkan terima kasih atas jasa baik Bapak dan Ibu Guru, beserta semua yang telah berjasa membantu kami selama kami menuntut ilmu dan tak lupa ucapan maaf kepada semua guru atas kesalahan-kesalahan yang telah kami lakukan selama menjadi siswi,” demikian kesan dan pesan dari perwakilan kelas akhir yang disampaikan Ernawati, siswi XII IPA.

Acara terakhir ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin langsung oleh K.H. Muhammad Husnan A.Nafi'. Setelah itu acara sowan kepada guru perempuan. Agar tertib dan rapi,maka siswi dipandu untuk membentuk barisan sedang para guru berjejer di depan. Sedangkan guru laki-laki langsung keluar meninggalkan acara tersebut. Dan Kepala Sekolah menyempatkan untuk memutar lagu "Perpisahan" karangan K. Muhammad Affan, S.Ap. dan yang membawakan adalah R.Restu Wulandari , alumnus SMA 3 Annuqayah.

Kemudian deraian air mata siswi mengalir.

“Sebagian besar siswi menangis penuh penyesalan, menyesali sikapnya terhadap guru, terkadang bergurau dan tidak mendengarkan pejelasan guru. Begitu juga kala bertengkar dengan teman dan waktu yang begitu cepat berputar, hingga tiba saatnya memisahkan kita,” tutur Novia Verawati, siswi XII IPA.

“Sungguh begitu berat meninggalkan SMA 3 Annuqayah dan kebersamaan ini,” sambung Af-idatun Hasanah, siswi XII IPS.

Seusai acara, siswi kelas akhir tidak langsung pulang. Mereka masih ingin menikmati kebersamaan. Lalu pembacaan puisi pun dimulai dan setelah itu mereka semua bergilir untuk saling maaf-maafan. Kemudian konsumsi yang diberikan panitia berupa nasi, dimakan bersama

“Selamat tinggal putih abu-abu,” tutur Liana Wahidah, siswi XII IPA.

03 Juni 2012

Mengantar Sang Juara

Farhatin Habibah bersama guru Matematika MTs 3 Annuqayah, H Hazin, B.A.
M. Faizi, Direktur Madaris III Annuqayah

 
“Pak, pulangnya lewat Karduluk, ya, Pak!”

“Wah, nggak mungkin, Dik. Ini sudah malam, sudah hampir jam 5. Nanti saya ditanyain orang rumah,” kata sopir itu, menolak ajakan anak-anak MTs 3 Annuqayah, peserta olimpiade yang diselenggarakan oleh Kankemenag Sumenep.

“Tapi, kasihan ini, Pak. Kami ingin membawa berita kemenangan Farhatin Habibah, teman kami ini, pada orang tuanya di Karduluk,” kata anak-anak, teman Titin—panggilan Farhatin—merengek-rengek kepada sopir L300 yang mereka sewa.

Akhirnya, mungkin juga karena kasihan, sopir putar balik. L300 biru itu melewati jalan lingkar, tembus ke Jalan Raya Sumenep-Pamekasan. Hitungannya, cara ini buang waktu dan buang solar. Kembali ke Guluk-Guluk lewat jalur selatan itu sama artinya buang-buang jarak sekitar 10-an kilometer. Lebih dari itu, sopir tentu lelah karena mereka berangkat jam 8 pagi dari sekolah. Karena sopir telah setuju, anak-anak bersorak gembira. Bapak-ibu Farhatin akan senang luar biasa menyambut putrinya yang datang sebagai juara, pikir mereka. Terbayang ibu Titin sibuk membuat teh. Sementara sang ayah melayani dua guru pendamping, Pak Hazin dan Pak Naufan, dengan seyum tak henti-henti dikulum.

Akan tetapi, tiba-tiba terdengar isak tangis di kursi belakang. Pak Hazin menoleh. Farhatin menangis sesenggukan.

“Ya, kamu harus bersyukur, Nak, karena telah menjadi juara pertama. Teman-teman yang lain ini peringkat belasan saja.” Pak Hazin menyambut tangis bahagia itu. Dia mafhum, sebab, selama ini, belum pernah satu pun siswi dari madrasah tempat beliau mengajar memperoleh juara di bidang Matematika.

Mobil terus melaju dan Titin masih menangis.

“Kenapa, Tin?” Pak Hazin mulai curiga. Adakah salah seorang temannya telah mencuranginya? Adakah di antara teman Titin yang mengancamnya? Adakah dia takut pada sesuatu yang berada di luar keinginannya? Pertanyaan-pertanyaan itu tidak terjawab.

“Sudah, nggak perlu menangis. Kami semua akan mengantarkan kamu ke rumah, menemui orang tuamu, dengan piala ini. Mereka pasti bahagia.”

* * *

Pak Hazin berjalan di depan, di belakang Farhatin yang menjadi penunjuk jalan, disusul Pak Naufan, dan keempat belas anak yang lain. Mereka telah tiba di lokasi menjelang Maghrib.

Seorang ibu menyambut mereka dalam keadaan kaget tak percaya. Ia ingin tersenyum, tapi ada suasana batin lain yang membuat senyum itu tertahan. Pak Hazin mengalihkan pandangan. Semua anak menunduk. Sontak, tenggorokan mereka menjadi kering mendadak.

Apa yang mereka lihat? Rumah itu tak berlepa tanpa beranda. Lantainya tanah, pun tidak rata. Dindingnya burbur, terkelupas di sana-sini. Semua tamu dipersilakan masuk ke “beranda” dalam. Ya, beranda yang menjadi satu dengan kamar dan dapur. Perkakas-perkakas tampak berserakan. Si ibu menghilang. Farhatin terdiam.

Tak ada percakapan kala itu. Semua tercekat. Mereka baru sadar, mereka telah datang pada saat yang tidak tepat. Lalu, si ibu datang tergopoh-gopoh membawa tikar dari tetangga sebelah. Jangankan meja-kursi, tikar pinjaman yang ia bawa itu tak cukup untuk mempersilakan duduk para tamu yang mengantar sang juara, putrinya ini.

Untunglah, Pak Hazin segera berinisiatif, ia berkata pelan pada anak-anak. “Nak, kalian sebagian duduk, secukupnya. Yang lain biarlah berdiri.” Lalu berkata pada ibu, “Bu, tidak perlu repot. Kami hanya ingin mengabarkan bahwa putri Ibu meraih juara ke-1 Matematika dalam olimpiade yang diselenggarakan oleh Kankemenag di Sumenep. Anak-anak yang lain ini juga ikut serta, namun mereka berada di peringkat belasan. Hanya Titin  yang juara pertama.”

“Iya, Pak. Terima kasih,” jawab si ibu dalam bahasa Madura. “Minta maaf, ya, Pak. Bapaknya Titin tidak bisa menyambut Bapak karena dia baru saja berangkat 3 hari lalu ke Kalimantan untuk mencari nafkah.”

“Oh, tidak apa-apa, Bu. Ini sudah cukup. Kami juga minta sambung doa karena Titin akan menjadi perwakilan Sumenep untuk penyisihan di tingkat provinsi, di Surabaya.”

Mestinya, si Ibu akan girang alang-kepalang mendengar berita ini. Namun, barangkali perasaan sedih melihat tamu yang berdiri (karena memang tidak ada tempat untuk duduk), tanpa jamuan, tanpa minuman, lebih kuat menguasai perasaannya. Titin dan ibu sama-sama diam. 

“Ini, Bu, untuk Ibu,” kata Pak Hazin segera ambil keputusan untuk menyerahkan amplop berisi uang pembinaan itu pada si ibu. Perlu diketahui, hadiah untuk Titin sebagai juara pertama Matematika pada Olimpiade Matematika, Sains, dan Agama adalah uang tunai Rp.150.000.

Adzan Maghrib telah berkumandang. Teja merah di ufuk barat mewarnai suasana batin semua orang yang ada di sana. Ibu terharu tak bisa bicara apa-apa. Pak Hazin kini mulai mengerti makna tangisan Titin di mobil tadi. Farhatin pun kembali ke pondok bersama teman-temannya. Juara matematika itu berjalan tertunduk, sambil berusaha mereka-reka: jika “perasaan bahagia sebagai juara” dikalikan dengan “perasaan sedih karena ia bersama ibunya tak bisa menyambut guru dan teman-temannya”, berapakah jumlahnya? Itulah pertanyaan matematis yang tidak ia jumpai dalam soal olimpiade siang tadi.

Farhatin Habibah (paling kiri) berfoto bersama para juara yang lain.


Tulisan ini semula dipublikasikan di sini.