21 Februari 2010

Nurul Islah, Kamu Di Mana?

Ekatur Rahmah, XII IPA SMA 3 Annuqayah

Ahad (14/02) yang lalu, tim Pemulung Sampah Gaul (PSG) Madaris 3 Annuqayah menghadiri undangan di Nurul Islah, Serah, Bluto, Sumenep. Sebelumnya, bersama Ibu Musidah S.Pd.I., guru pembimbing, kami melakukan persiapan untuk presentasi di acara tersebut.

Pada pukul 13.00 WIB, kami berangkat menuju Nurul Islah, lembaga yang akan kami kunjungi kali ini. Di tengah perjalanan kami mengalami sedikit kesulitan menuju tempat tersebut berhubung kawasan tersebut adalah kawasan baru. Hal ini diungkapkan oleh Indah Susanti, ketua PSG. “Kami merasa tersesat, sebab di antara kami belum pernah ke sana jadi kami sangat mengalami kesulitan,” tuturnya.

Setelah kami bertanya kepada beberapa orang yang kami temui di jalan, akhirnya pada pukul 14.30 WIB kami sampai di tempat tujuan. Awalnya kami menduga pesertanya adalah siswa SMA/mahasiswa seperti pada presentasi sebelumnya di Bluto. Ketika kami melakukan presentasi, dugaan kami meleset. “Ternyata pesertanya adalah siswa SMP yang sebenarnya kalau dilihat dari ukuran tubuh mereka lebih cocok masih duduk di bangku SD,” tambah Indah dengan tertawa.

Pada akhirnya presentasi yang sudah kami persiapkan sebelumnya kurang maksimal. Para peserta yang jumlahnya sekitar 30 siswa yang mayoritas belum banyak memahami tentang Global Warming itu terlihat bingung. Saat kami memaparkan bahaya sampah, akhirnya kami pun kebingungan dan memilih menggunakan bahasa Madura untuk memudahkan mereka memehami presentasi kami. Tapi dari kejadian tersebut kami mendapatkan sebuah pelajaran, bahwa kami harus lebih siap lagi ke depannya.

Bersama menguningnya langit senja, kami meninggalkan Nurul Islah dengan harapan apa yang telah kami lakukan dan kami perjuangkan dapat bermanfaat bagi mereka, sehingga generasi alam berwawasan lingkungan terus tumbuh dan terus tumbuh.

11 Februari 2010

Tim PSG Madaris 3 Annuqayah “Hadapi” Mahasiswa Bluto

Ummul Karimah, XII IPA SMA 3 Annuqayah

Tim Pemulung Sampah Gaul atau PSG Madaris 3 Annuqayah menghadiri undangan AMPB (Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Bluto), Ahad (07/02) Kemarin. Acara tersebut dilaksanakan oleh pemuda Bluto dalam rangka penyadaran akan isu pemanasan global dengan difokuskan pada bahaya sampah plastik. “Kami rasa PSG Madaris 3 yang pas untuk mengisi acara ini,” tutur Fauzi, salah satu pengurus AMPB.

Sementara itu, Indah Susanti selaku ketua PSG periode 2010-2011 sempat mengaku was-was untuk menggerakkan anggota dalam presentasi, sebab yang dihadapi bukanlah lagi siswa, melainkan mahasiswa. Namun atas dasar percaya diri dan yakin, 8 orang tim PSG bersama 1 pembimbing meluncur menuju kawasan Aeng Baja Raja, Bluto.

“Syukurlah. Meski anggota baru ternyata mereka bisa presentasi dengan baik di hadapan mahasiwa,” ungkapnya.

Acara yang dihadiri oleh 33 pemuda Bluto dan bertempat di balai desa itu berjalan cukup lancar dan menarik, sebab usai 8 anggota tim PSG presentasi bergiliran, peserta berebut untuk bertanya dan berkomentar. “Jadi acara tidak vakum,” ungkap Mus’idah, pembimbing PSG yang ikut serta dalam acara tersebut.

Dalam perjalan acara, juga sempat dihiasi dengan suasana tegang. Ini terjadi dikarenakan pihak PSG dalam presentasinya mengatakan agar mahasiswa Bluto tidak hanya sekedar menatap nasib bumi, tetapi seharusnya melakukan aksi untuk menyelamatkan alam. Selain itu juga agar ‘mahanya’ tak kalah pada siswa.

“Bumi ini bukan warisan, melainkan titipan untuk cucu tersayang,” kata Yuli dalam presentasinya. Hal ini membuat ketua panitia acara tersebut menanggapi kalimat tersebut. “Jujur, kalimat yang disampaikan oleh adik tadi seolah menampar kami. Kami berjanji untuk benar-benar menyelamatkan alam,” katanya dengan muka merah dan nada serius.

Suasana kembali reda dan santai saat sampai pada sesi praktik pembuatan tas. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing didampingi oleh tim PSG. Sesi ini peserta diajari bagaimana menyusun dan menggunting plastik agar tas tampak rapi dan indah. Selain itu mereka juga diajari sekilas tentang cara menjahit dengan baik, walaupun salah satu anggota sudah ada yang bisa menjahit.

Akhirnya pada pukul 13.25 WIB tim PSG berpamitan pulang. Tentunya setelah ketiga kelompok yang menggunakan 2 mesin itu merampungkan tugas mereka. “Saya tidak menyangka acara sampai sejauh ini,” pungkas Indah setelah menyerahkan kenang-kenangan tas untuk AMPB.