09 Mei 2010

Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah Praktik Membuat Telur Asin


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Sabtu sore, 1 Mei 2010, Sanggar Pelangi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah mengadakan kegiatan praktik membuat telur asin. Kegiatan yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini sebenarnya sudah dijadwal beberapa minggu sebelumnya, tapi harus antri terlebih dahulu karena ada beberapa film pendidikan yang belum selesai tayang dan telah dijadwal sebelumnya di Sanggar Pelangi.

Proses pembuatan telur asin sangat sederhana dan gampang. Pertama, abu dicampur air secukupnya. Kemudian masing-masing anak mengambil beberapa genggam abu yang telah dibasahi itu dan dicampur dengan garam secukupnya. Setelah itu, telur kemudian dibungkus plastik dan disimpan selama seminggu.

Mega Eka Suciyanti, tutor kegiatan ini, menyarankan anak-anak membubuhi sendiri takaran garamnya. “Saya sengaja sarankan mereka untuk membubuhi sendiri garamnya. Nanti setelah telur direbus mereka akan tahu kadar asinnya. Di sinilah pembelajarannya buat mereka,” katanya, menjelaskan.

Pada hari Sabtu 8 Mei 2010, anak-anak berkumpul kembali untuk memasak telur asin yang seminggu sebelumnya mereka simpan. Dalam proses akhir ini tampak hadir dua orang fasilitator MI 3 Annuqayah lainnya, Siti Mailah dan Fatimatuzzahrah. Mereka membantu mempersiapkan peralatan untuk memasak.

“Peralatan yang dibutuhkan sederhana, yakni tungku, panci untuk memasak, dan wadah untuk tempat telur,” kata Mailah. “Dan prosesnya sangat sederhana. Tapi jika tidak pernah mencoba langsung mereka tidak akan bisa,” sambung Fatim.

Kegiatan ini dimulai pukul 15.30 WIB dan berakhir pukul 17.00 WIB, diikuti 13 anak-anak MI dari berbagai kelas. “Setelah ini Sanggar Pelangi berencana akan mencoba lagi membuat telur asin tapi tidak menggunakan debu, melainkan dengan air dan garam saja,” kata Mega menutup kegiatan sore itu.

05 Mei 2010

Sampah untuk Penelitian Sains

Ummul Karimah, siswa XII IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Reputasi jurusan IPA yang cukup disegani di sekolah mestinya dibarengi dengan kreativitas. Hal semacam ini dapat terlihat dalam aktivitas pembelajaran di jurusan IPA SMA 3 Annuqayah.

Senin (3/5) kemarin, tampak kerumunan siswa di depan kelas XI IPA bersama satu orang guru, Syaiful Bahri, sedang melakukan penelitian cara menghasilkan tegangan listrik dengan sampah bahan organik dalam pelajaran fisika. Suasana riuh oleh suara siswa dan suara sesuatu yang sedang diulek.

“Saat ini saya beri mereka pelajaran baru tentang pemanfaatan sampah dan buah-buahan yang mengandung asam untuk menghasilkan tegangan listrik. Kebetulan di sini ada pohon belimbing yang sedang lebat. Jadi mereka memanfaatkan belimbing. Selain itu, mereka saya ajak untuk memulung tembaga dan seng di gudang,” kata Syaiful Bahri.

Lho kok? Ternyata, buah-buahan yang mengandung asam dapat menghasilkan tegangan listrik. Itu dibuktikan oleh siswa XI IPA SMA 3 Annuqayah. Caranya, mereka kumpulkan belimbing busuk yang mereka pungut dari halaman dhalem Ny. Hj. Wardatun, pengasuh PPA Al-Furqan Sabajarin. Kemudian mereka mencari barang rongsokan seperti tembaga, seng, dan dua kabel kawat berukuran setengah meter. Selain itu, mereka juga menggunakan alat bantu volt meter yang berfungsi mengukur tegangan listrik dan satu lampu bermuatan 3 watt.

Setelah barang-barang yang diperlukan terkumpul, lalu mulailah mereka melakukan penelitian. Belimbing yang telah dihaluskan dimasukkan pada dua botol berukuran 600 ml. Mereka celupkan dua kabel kawat pada dua botol tersebut.

Hasilnya, jarum volt meter menunjuk pada angka 6, yakni tenaga yang dihasilkan cukup tinggi. Dengan menggunakan sistem rangkaian seri, lampu menyala sangat terang. Raut wajah siswa kelas XI IPA pun menyala seperti lampu itu. Mereka sangat antusias, karena meski pertama kali mencoba mereka langsung bisa menghasilkan 6 volt.

Iir, Sapaan akrab Siti Muniratul Himmah menjelaskan bahwa semakin lama belimbing halus itu dibiarkan, maka semakin banyak tegangan listrik yang dihasilkan.“Hore berhasil! Senang sekali pelajaran kali ini. Selain bisa tahu tentang sains, saya juga bisa belajar dengan alam,” tambah Iir.

Cholilah, yang juga merupakan salah satu siswa kelas XI IPA, tak tinggal diam dalam mengikuti pelajaran kali ini. Menurutnya pelajaran ini sangat seru dan mengasyikkan. Lebih-lebih saat ia harus memungut belimbing busuk dan mencari barang rongsokan di gudang.

“Pelajaran ini juga membuat kita tersadar bahwa ternyata barang sampah sekalipun juga dapat kita manfaatkan. Kalau nanti lampu padam, saya akan manfaatkan buah-buahan di sekitar untuk menghasilkan tegangan listrik,” komentar Cholilah sekaligus mengungkapkan keinginannya.

04 Mei 2010

Antre Membaca, Siswa Menyemut

MARAK Madaris 3 Annuqayah Menyambut Karya Siswa

Ummul Karimah, XII IPA SMA 3 Annuqayah


MARAK (Mading Raksasa). Dari namanya saja sudah menunjukkan bahwa mading ini bukanlah mading biasa. Mading ini sangat kontras dengan mading "padas" umumnya yang menggunakan bahan sterofoam dan berukuran kecil. Bagaimana mading ini bermula?

Bias warna kedua mading di dua sisi tembok antara Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah dan kelas VI MI 3 Annuqayah terlihat menawan dari kejauhan. Kedua tembok tersebut selalu menjadi perhatian orang-orang yang memasuki kawasan Madaris 3 Annuqayah. Gang yang asalnya tak punya fungsi lebih itu telah berubah menjadi latar berlepotan cat dinding penuh seni.

Dengan dibalut warna dominan biru laut dan biru langit serta gambar perahu batik cokelat di antara rumput-rumput hijau berbunga, tembok berukuran 6,5 meter tersebut tampak tersulap menjadi hidup, asyik, dan penuh keakraban.

Memang, 3 kali MARAK telah menjalani operasi plastik. Tapi baru kali ini tubuhnya benar-benar dapat memikat hati orang-orang, baik yang berdomisili di lingkungan Madaris 3 sendiri maupun pengunjung yang bertamu atau sekadar singgah dan berlalu di antara rerumput dan kotak-kotak inspirasi yang melekat pada kedua tembok tersebut.

Mading di dua sisi tembok yang diberi nama MARAK tersebut telah diciptakan sekitar 3 tahun yang lalu, tepatnya diresmikan pada tanggal 15 Agustus tahun 2008. Penggagasnya adalah siswa SMA 3 Annuqayah yang lulus pertengahan 2008. Rahmatin namanya.

Munculnya inisiatif penciptaan mading tersebut bermula dari keprihatinan Rahmatin atas semangat menulis dan membaca siswa yang kian hari kian menurun. Lalu ia mengutarakan ide menciptakan mading raksasa tersebut pada Direktur Madaris 3 Annuqayah. Karena dirasa manarik dan dapat memicu kreativitas siswa, akhirnya K M. Faizi memberi izin kepada Rahmatin untuk mewujudkan idenya itu.

Saat bekerja, para siswa yang 100% adalah perempuan disadarkan pada emansipasi. Mereka tak meminta bantuan sedikit pun pada kaum lelaki. Mereka arungi siang dan malam bersama cat-cat yang muncrat pada baju dan menempel pada tangan mereka. “Semua untuk Madaris 3,” ungkap Rahmatin, lirih.

Menurut Ernawati MR, penanggung jawab MARAK saat ini (periode ketiga), dari pengamatan yang dilakukan, pengunjung paling banyak yaitu pada periode ke-1 dan ke-3. Sedangkan pada periode kedua semangat siswa tampak berkurang. Pasalnya, terlalu banyak kotoran kucing yang ada di lokasi MARAK sehingga menyebabkan MARAK sepi pengunjung.

“Saat ini, kami mengusahakan untuk eksis. Saya amat senang dengan semangat yang telah mengalir lagi pada urat-urat siswa. Itu saya lihat saat mereka antre dan menyemut untuk membaca,” tutur Erna.

03 Mei 2010

OPTIMA 3 2010 Yang Penuh Kesan

Nurul Elmi, siswa XII IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Orientasi Pengabdian Terapan Intelektual Madaris 3 atau yang lebih dikenal dengan sebutan OPTIMA 3 sudah berakhir sejak satu minggu yang lalu. Kegiatan yang mulai digagas sejak 2008 lalu atas prakarsa Dewan Direktorat Madaris 3 Annuqayah itu bertujuan untuk memberi pembekalan kepada siswa kelas akhir SMA 3 Annuqayah.

KH Ahmad Hazim, S.Sos, S.Pd sebagai SC dalam kegiatan itu dalam sambutannya mengatakan bahwa OPTIMA tak lain bertujuan untuk meningkatkan sumber daya alumni. Hamilatun, ketua panitia, juga sependapat dengan K Hazim. Dia juga menambahkan bahwa OPTIMA adalah sebuah kesempatan untuk belajar bersama dan menggali potensi diri.

Ummul Karimah, salah satu peserta, juga berkomentar, “OPTIMA itu penting sebagai bekal kita untuk menghadapi dunia luar yang serba penuh tantangan sehingga nantinya kita bisa menjadi generasi bangsa yang dinamis,” ungkapnya saat acara pembukaan.

Jumlah peserta OPTIMA 3 tahun 2010 ini secara keseluruhan 56 orang yang terdiri dari 28 orang dari Program IPA dan 29 dari Program IPS. Setiap peserta dikenakan biaya konstribusi sebesar Rp 65.000,- dan setiap peserta mendapatkan satu tas OPTIMA dan Block note.

OPTIMA kali ini dilaksanakan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah Pra-OPTIMA yang dilaksanakan dari hari Jum’at 16 April sampai dengan hari Ahad 18 April. Dan tahap kedua adalah OPTIMA yang dimulai sejak hari Selasa 20 April dan berakhir pada hari Sabtu 24 April lalu. Dalam tahap pertama peserta terlebih dahulu dikenalkan pada latar belakang OPTIMA serta visi dan misi OPTIMA. Kemudian ditahap kedua peserta mulai dikenalkan pada banyak hal, tentang dunia sosial kemasyarakatan, manajemen pendidikan, agama dan lain sebagainya.

OPTIMA kali ini sedikit berbeda dari yang tahun lalu. Kali ini panitia menganjurkan peserta OPTIMA untuk bermalam di tempat yang telah disediakan yaitu di Lab IPA SMA 3 Annuqayah selama empat malam. Semua peserta begitu antusias karena dapat berkumpul lagi seperti pada kegiatan Ramadan vil Madaris bulan puasa lalu. “Aku jadi ingat dengan kenangan RvM,” kata Nurul Ifadhah.

Materi yang disampaikan juga cukup relevan dengan kebutuhan peserta. Pada pagi hari sampai siang diisi dengan materi umum, seperti kepribadian, menggali potensi diri, membangun jaringan, manajemen pendidikan, kepemimpinan, dan sebagainya. Sore harinya kegiatan sowan kepada pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah di lingkungan Sabajarin secara bergiliran yang diisi dengan nasihat-nasihat agama dan doa-doa. Kemudian pada malam harinya paserta diajak untuk mendalami materi agama, seperti meneladani kehidupan Nabi, dan sebagainya. Semua rangkaian kegiatan mulai dari pembukaan, materi, sampai penutup dilaksanakan di Aula Madaris 3 Annuqayah.

Sebelum malam puncak, peserta terlebih dahulu diberi kuisioner untuk melihat sejauh mana hasil yang dicapai. Dari seluruh peserta hampir 50% rata-rata menyukai materi pemimpin profesional dengan narasumber KH Muhammad Husnan A. Nafi’, salah satu pengasuh muda dan dosen STIK Annuqayah. Alasannya bermacam-macam, ada yang karena lucu dan berpenampilan menarik, ada juga yang karena orangnya lincah dan cara penyampaiannya lugas.

Dalam angket itu peserta juga harus memilih siapa di antara peserta yang paling disenangi. Seluruh peserta mengisi kolom itu dengan nama Siti Mailah dan Asna, karena keduanya memang terkenal lincah, lucu, kompak dan memiliki selera humor yang tinggi.

Kegiatan itu ditutup dengan acara pentas seni yang dilaksanakan pada Jum’at malam, 23 April di depan Lab IPA SMA 3 Annuqayah. Acara itu diisi dengan pembacaan Surat Yasin bersama yang dipimpin oleh Nyai Thayyibah, pengasuh PPA Karang Jati, dan penampilan-penampilan serta pengumuman peserta terbaik.

Peserta terbaik Optima secara berurut adalah Siti Nujaimatur Ruqayyah (XII IPA), Ummul Karimah (XII IPA), dan Faizah (XII IPS). Malam itu sekaligus sebagai malam yang paling bersejarah, malam terakhir yang menyisakan tangis perpisahan.

Keesokan harinya Sabtu 24 April sebelum pulang para peserta kembali mengikuti acara pembukaan magang OPTIMA. Acara yang berlangsung sederhana dan ringkas itu mengawali langkah peserta OPTIMA untuk menerapkan apa yang telah didapatkannya sebagai bentuk pengabdian terhadap Madaris 3 Annuqayah tercinta. Dalam acara itu, Sumbulatun, TU SMA 3 Annuqayah, membacakan Surat Keputusan magang OPTIMA dan Mus’idah Amien, Waka Kesiswaan, membacakan tata tertib magang OPTIMA.

Magang OPTIMA dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu di MI 3, MTs 3, SMA 3, MRC, dan Perpustakaan . Magang OPTIMA secara resmi dimulai sejak hari Rabu 28 April sampai tanggal 27 Mei nanti. Di akhir tugas setiap kelompok harus melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan selama magang.