04 Mei 2010

Antre Membaca, Siswa Menyemut

MARAK Madaris 3 Annuqayah Menyambut Karya Siswa

Ummul Karimah, XII IPA SMA 3 Annuqayah


MARAK (Mading Raksasa). Dari namanya saja sudah menunjukkan bahwa mading ini bukanlah mading biasa. Mading ini sangat kontras dengan mading "padas" umumnya yang menggunakan bahan sterofoam dan berukuran kecil. Bagaimana mading ini bermula?

Bias warna kedua mading di dua sisi tembok antara Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah dan kelas VI MI 3 Annuqayah terlihat menawan dari kejauhan. Kedua tembok tersebut selalu menjadi perhatian orang-orang yang memasuki kawasan Madaris 3 Annuqayah. Gang yang asalnya tak punya fungsi lebih itu telah berubah menjadi latar berlepotan cat dinding penuh seni.

Dengan dibalut warna dominan biru laut dan biru langit serta gambar perahu batik cokelat di antara rumput-rumput hijau berbunga, tembok berukuran 6,5 meter tersebut tampak tersulap menjadi hidup, asyik, dan penuh keakraban.

Memang, 3 kali MARAK telah menjalani operasi plastik. Tapi baru kali ini tubuhnya benar-benar dapat memikat hati orang-orang, baik yang berdomisili di lingkungan Madaris 3 sendiri maupun pengunjung yang bertamu atau sekadar singgah dan berlalu di antara rerumput dan kotak-kotak inspirasi yang melekat pada kedua tembok tersebut.

Mading di dua sisi tembok yang diberi nama MARAK tersebut telah diciptakan sekitar 3 tahun yang lalu, tepatnya diresmikan pada tanggal 15 Agustus tahun 2008. Penggagasnya adalah siswa SMA 3 Annuqayah yang lulus pertengahan 2008. Rahmatin namanya.

Munculnya inisiatif penciptaan mading tersebut bermula dari keprihatinan Rahmatin atas semangat menulis dan membaca siswa yang kian hari kian menurun. Lalu ia mengutarakan ide menciptakan mading raksasa tersebut pada Direktur Madaris 3 Annuqayah. Karena dirasa manarik dan dapat memicu kreativitas siswa, akhirnya K M. Faizi memberi izin kepada Rahmatin untuk mewujudkan idenya itu.

Saat bekerja, para siswa yang 100% adalah perempuan disadarkan pada emansipasi. Mereka tak meminta bantuan sedikit pun pada kaum lelaki. Mereka arungi siang dan malam bersama cat-cat yang muncrat pada baju dan menempel pada tangan mereka. “Semua untuk Madaris 3,” ungkap Rahmatin, lirih.

Menurut Ernawati MR, penanggung jawab MARAK saat ini (periode ketiga), dari pengamatan yang dilakukan, pengunjung paling banyak yaitu pada periode ke-1 dan ke-3. Sedangkan pada periode kedua semangat siswa tampak berkurang. Pasalnya, terlalu banyak kotoran kucing yang ada di lokasi MARAK sehingga menyebabkan MARAK sepi pengunjung.

“Saat ini, kami mengusahakan untuk eksis. Saya amat senang dengan semangat yang telah mengalir lagi pada urat-urat siswa. Itu saya lihat saat mereka antre dan menyemut untuk membaca,” tutur Erna.

Tidak ada komentar: