29 Juli 2012

Puisi Esai Diperkenalkan di Annuqayah

Masluhatun, XII IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Di Indonesia, telah muncul genre baru dalam dunia sastra yaitu, puisi esai. Puisi esai merupakan gabungan dari dua karya tulis berbeda, yakni puisi dan esai. Berhubung puisi esai merupakan aliran baru dalam dunia sastra, maka diadakanlah Workshop Penulisan Puisi Esai di tiga tempat yaitu Bandung, Yogyakarta, dan Madura. Acara ini diadakan oleh Jurnal Sajak yang bekerja sama dengan Bengkel Puisi Annuqayah.

Awalnya workshop penulisan puisi esai di Annuqayah akan dilaksanakan setelah workshop di Yogyakarta. Karena acara yang dijadwalkan bertepatan dengan bulan Ramadan, pihak Annuqayah meminta agar workshop diadakan sebelum bulan Ramadan lantaran saat Ramadan Annuqayah akan sepi. Dan akhirnya workshop di Madura diadakan pada Sabtu (14/7) kemarin bertempat di kampus Instika Putra.

Beberapa siswa dan guru dari SMA 3 Annuqayah berkesempatan mengikuti acara ini.

Sebelum acara dimulai, K. M. Faizi, M.Hum., memberi sedikit pembukaan dan minta maaf karena acara terlambat dimulai berhubung penyaji pada acara tersebut sampai di Annuqayah pada hari Sabtu (14/7) pukul 01.10 WIB dini hari.

Dalam penyajian workshop ini, Jamal D. Rahman menjelaskan bahwa puisi esai saat ini merupakan percobaan dalam khazanah puisi Indonesia. Dan saat ini puisi esai masih belum menemukan penulis “brilian” seperti Chairil Anwar dan WS Rendra.

Yang menjadi pertanyaan salah seorang peserta workshop, mahasiswi Instika, adalah tentang perbedaan narasi dengan puisi esai. Jamal D. Rahman menjawab, “Puisi esai sebenarnya adalah puisi yang bercerita. Bedanya, puisi esai ditambah dengan catatan kaki.” Di sinilah catatan kaki berfungsi sebagai jembatan antara fiksi dan fakta.

Materi dari Jamal D. Rahman berakhir pukul 11.45 WIB. Penyajian dilanjutkan kembali pada pukul 14.00 WIB. Sebagian besar waktu digunakan Jamal D. Rahman untuk sesi tanya jawab.

Dalam Jurnal Sajak nomor 3 tahun II 2012, Denny JA memaparkan bahwa ada lima platform puisi esai. Pertama, puisi esai mengeksplorasi sisi batin individu yang sedang berada dalam sebuah konflik sosial. Kedua, puisi esai menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Ketiga, puisi esai adalah fiksi. Keempat, puisi esai tidak hanya lahir dari imajinasi penyair tapi hasil riset minimal realitas sosial. Dan kelima, puisi esai berbabak dan panjang.

Namun kelima platform di atas bukan hal yang wajib ada. Tapi hanya sebagai tuntunan yang mudah dikenali jika seseorang membuat puisi esai.

Untuk mendukung lahirnya puisi esai ini maka Jurnal Sajak mengadakan lomba menulis puisi esai yang digagas oleh Denny JA.

Sayangnya pada acara workshop kemarin keterlambatan dimulainya acara membuat beberapa sesi tidak terlaksana sebagaimana mestinya.

“Puisi yang bagus adalah puisi yang tidak mudah dilupakan,” kata Agus R. Sarjono, fasilitator pada Sabtu sore kemarin.


Tidak ada komentar: