08 Maret 2010

Bila Siswa dan Guru Merindukan Buku


Ummul Karimah, XII IPA SMA 3 Annuqayah

Gedung Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah masih tampak tegak mendongak menatap langit sampai Jumat (05/03) pukul 14.33 WIB kemarin, ketika dua sosok lelaki masuk ke dalam ruangan itu. Hanya lima menit, lalu bergeser setengah meter ke depan rak-rak buku di barat dan di timur. Karpet yang semula rapi kini telah terobrak-abrik.

Tidak seorang siswa pun sempat memperhatikan kejadian itu, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing berlepotan cat dinding berwarna hijau dan kuning. Kedua pak tukang itu dengan tekun menembeli gedung berlubang sebelum mengecatnya.

Namanya perpustakaan, tempat para siswa membuka jendela wawasan dan mengembangkan diri. Posisinya berada di tengah lokasi Madaris 3 Annuqayah menghadap ke arah selatan, lurus dengan gerbang utama. Perpustakaan itu selalu ramai pengunjung dari awal diresmikan pada tahun 2006 lalu. Namun, beberapa minggu terakhir ini ruangan yang berukuran 7 X 10 meter itu tampak sendiri dari waktu ke waktu yang sebenarnya bising. Tak ada yang tahu kondisi perpustakaan itu kecuali para pengurusnya.

Mamluatul Bariroh (21), salah satu staf perpustakaan, tak banyak menonjolkan kata-kata untuk masalah ini. Namun dia justru lebih menonjolkan aksi dengan mengadakan rapat pengurus perpus meski tanpa koordinator, sebab K.H. Ahmad Hazim, koordinator perpus tersebut telah memasrahkan perpustakaan itu sepenuhnya pada pengurus perpus periode 2010-1011. Akhirnya hasil rapat itu mendukung agar perpustakaan segera mendatangkan dokter untuk mendiagnosis dan mengobati segala yang sakit.

“Sebenarnya kami takut karena tak ada konfirmasi pada koordinator, tetapi ini mendesak dan harus segera. Kami tak mau siswa selalu bertanya-tanya kapan perpus akan dibuka,” ungkap Mamluah yang telah menjadi pengurus sejak perpus itu diresmikan.

Belakangan, lanjut santri PPA Karang Jati yang berasal dari Pakandangan itu, banyak sorotan dari para guru. Terutama guru Bahasa Inggris yang memerlukan tip untuk latihan listening. Hal itu sangat berpengaruh pada teknis proses KBM.

Hafiyatul Fajariyah (28), salah satu guru Bahasa Inggris di Madaris 3 Annuqayah mengaku sangat menyayangkan akan kondisi perpus yang seharusnya maksimal dalam membantu Bimsus (Bimbingan Khusus) persiapan UN kelas akhir. Meski, menurut ibu dengan satu anak itu, ia hanya guru harian Bahasa Inggris dan bukan guru Bimsus, namun ia mengaku iba akan kondisi yang memprihatinkan itu. “Sungguh ini tidak kami harapkan,” keluhnya dalam Bahasa Inggris.

Untuk meredakan hujan cemas dari seluruh penghuni Madaris 3 Annuqayah, maka diundanglah 2 orang pak tukang, Maimun (40), dan anaknya, Ma’mum, untuk memperbaiki perpus. Mungkin terdengar cukup aneh, karena dilihat sepintas dari gerbang, perpus itu masih tampak sehat dan indah.

Namun bila siapapun mendekat ke arah pintu akan tahu kalau kaca pintunya retak memanjang ke atas. Jangan sampai masuk, karena bila itu terjadi hati akan miris melihat dindingnya yang serba lubang, atau berlumut akibat atap bocor dan air hujan merembes masuk ke dalamnya. Kondisi ini akan membuat siapapun angkat bicara: separah inikah? Maklum, bangunan yang di dalamnya berisi 1800 buku itu telah berumur 4 tahun. Kurun waktu yang cukup lama untuk mengantarkan ratusan siswa dan puluhan guru dalam melewati jalan setapak menuju kebun wawasan.

Untunglah, setelah melihat gedung perpus direhab itu, seluruh siswa dan guru dapat menenangkan hati mereka yang resah oleh rasa rindu membaca buku.

Tidak ada komentar: