03 Juni 2009

Dengan Kreativitas, Sampah-Sampah Plastik itu Tak Terbuang Begitu Saja


Sulhatus Sayyidah, siswi XI IPA SMA 3 Annuqayah, Koordinator Desain Tim Sampah Plastik School Climate Challenge Competition British Council

Sampah-sampah plastik yang terkumpul di Markas Tim Proyek SCC berasal dari berbagai tempat di sekitar kami, seperti dari pengelola warung/kantin/pusat belanja, dari kelas-kelas di lingkungan Madaris 3 Annuqayah, hasil memulung dari TPA (20 Maret lalu), pondok sekitar sekolah, dari guru, dan sebagainya.

Ketika kami mengunjungi salah satu toko di lingkungan Annuqayah, Raihan, salah satu penjaga Toko Mubarok Annuqayah, menawarkan sampah plastiknya yang sengaja dikumpulkan untuk kami buat kerajinan. Mereka semangat untuk mengumpulkan sampah plastiknya. Akan tetapi kami tidak bisa mengambilnya secara rutin. Karena untuk menuju toko Mubarok, kami harus mendapatkan izin dari pengasuh. Selain dari Toko Mubarok, kami juga mendapatkan sampah plastik dari Toko Yayasan Annuqayah.

Rumah tangga sekitar sekolah juga ikut berperan dalam penyediaan sampah plastik di tim kami. Bungkus minyak goreng dan deterjen merupakan salah satu dari sampah rumah tangga yang mereka sumbangkan. Kami tidak secara langsung mendatangi mereka. Tapi mereka sendiri yang berinisiatif, menawarkan, dan mengantarkan langsung pada kami karena bagi mereka daripada dibuang dan menjadi sampah yang mengotori lingkungan lebih baik dimanfaatkan ulang menjadi benda unik dan gaul.

Jam istirahat di sekolah biasa digunakan guru-guru di sekolah kami untuk berkunjung ke markas (bengkel kerja) kami. Karena pada jam-jam istirahat, kami selalu meluangkan waktu untuk sekadar menyapu, menggunting plastik, ataupun menjahit. Kedatangan mereka ke markas kami tak hanya berkunjung saja, tapi juga kadang sambil membawa sampah plastik dari rumahnya. Mayoritas sampah yang mereka bawa adalah bungkus sabun cuci dan makanan ringan.

Pondok di sekitar sekolah juga menjadi target kami. Siti Mailah, koordinator Seksi Kebersihan PP Annuqayah Karang Jati Putri, ikut membantu kami dalam mengumpulkan sampah plastik. Kebetulan dia juga terlibat di proyek SCC, yakni di Tim Pupuk Organik. Sebelum mengantarkan ke Markas, biasanya ia terlebih dahulu memilah sampah-sampah yang sekiranya masih bisa dimafaatkan ulang. Terdapat aneka ragam plastik yang ia kumpulkan. Mulai dari bungkus permen, sabun cuci, pasta gigi, bahkan bungkus pembalut pun ia kumpulkan.

Dari berbagai sumber itulah, sampah-sampah plastik tersebut kami olah menjadi kriya kerajinan, seperti tas, dan sebagainya. Produksi pertama dimulai sejak 7 April 2009. Target produksi dalam program kami ini mengalami keterlambatan, karena markas (bengkel kerja) yang semula diprioritaskan akan rampung pada pertengahan Maret, ternyata tidak selesai.

Sambil menunggu renovasi usai, kami hanya bisa mempersiapkan alat dan bahan produksi. Setelah sekian hari menunggu rampungnya markas, pada 29 Maret 2009 kami bahu-membahu membersihkan maskas yang berukuran 3,5 m persegi tersebut. Dua buah Mesin, 5 kardus sampah plastik yang telah dicuci, dan alat-alat menjahit lainnya yang semula disimpan di rumah salah satu guru SMA 3 Annuqayah kami pindah ke markas. Tuhan kembali menguji kesabaran kami. Belum sempat memproduksi sebuah tas pun, ternyata salah satu mesin yang akan langsung kami gunakan rusak dan 1 mesin jahit lainnya butuh perbaikan ulang.

Tas pertama produksi kami adalah tas yang dibuat dari bungkus permes KIS, dengan desain yang sangat sederhana. Terus semangat dan berusaha merupakan salah satu usaha kami untuk memproduksi tas yang lebih indah dan baik agar dapat mengurangi angka pertambahan sampah yang terus melonjak. Walaupun hanya dengan 1 buah mesin jahit yang tak sempurna itu kami bisa memproduksi tas kedua, yang dibuat dari bungkus makanan ringan Serena Snack. Hasilnya bisa dibilang lebih baik dari sebelumnya.

Akhirnya, pada hari Ahad, 12 April 2009, kedua mesin bermasalah tersebut diperbaiki pada salah seorang tetangga di sekolah kami yang ahli, yakni Bapak Ismail. Berkat bantuannya, akhirnya kami bisa berkreasi kembali.

Jam istirahat sekolah merupakan waktu yang sangat berguna untuk kami. Selain bisa memproduksi tas, kami juga bisa membimbing siswa yang berminat untuk belajar menjahit. Tidak hanya siswa SMA, siswa MTs pun tak segan untuk belajar menjahit di markas kami.

Selain itu kami mendapat pinjaman sebuah mesin jahit dari salah satu rumah tangga di sekitar sekolah yang kebetulan tidak termanfaatkan. Hal ini sangat membantu proses berjalannya kegiatan produksi.

Dalam perjalanan produksi, sempat ada seorang guru dari sekolah lain di lingkungan Annuqayah, yakni dari Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putra, yang ikut menyumbangkan sampah plastik untuk diolah menjadi tas. Bahkan dia menyatakan keinginannya untuk menjalin kerja sama: dia memasok sampah plastik, kami membuat tas, dan kemudian dijual dengan harga tertentu.

Dalam jangka waktu 52 hari, yakni hingga akhir Mei, kami berhasil membuat 18 tas, 4 tempat pencil, 2 tempat laptop, dan 1 dompet. Tentu saja, tas-tas dan hasil karya yang lain bukan tujuan utama kami. Ini hanya alat saja, untuk mengingatkan bahwa sampah plastik bisa dimanfaatkan, karena jika tidak, ia bisa membahayakan lingkungan kita.

2 komentar:

Roudhotul Athfal mengatakan...

suwer SMA3 sekarang tambah keren, perubahannya naik drastis. siiiiiiiiiiiiiiiiipppppppppp
sukses untuk SMA3 tercinta

SEMANGAT 2010.OKseruyanhilir

Roudhotul Athfal mengatakan...

klo bisa hasilnya dijual ya?
rara sih pengen beli.tolong disisain ya,nanti klo rara ada waktu pasti akan datang langsung ke markas untuk membeli produk yang keren ini.