27 April 2014

DPRD Baru Diharap Peduli Literasi di Sekolah



Koran Madura, 25 April 2014

Sumenep—Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Satria Dharma berharap, anggota DPRD periode 2014-2019 mendukung pengembangan budaya literasi dengan menyediakan anggaran yang cukup untuk pengadaan buku dan pengembangan literasi. Selama ini, buku-buku bacaan yang digelontorkan ke sekolah-sekolah dinilai masih jauh dari harapan.

"Anggota dewan terpilih yang nanti segera dilantik, saya harap bisa ikut andil mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung berkembangnya budaya literasi atau baca-tulis di sekolah-sekolah," harapnya saat menjadi pembicara dalam seminar tentang penguatan jejaring literasi di sekolah yang diselenggarakan SMA 3 Annuqayah Guluk-Guluk, Kamis (24/4).

Menurutnya, indeks budaya literasi di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan lebih rendah dibanding Malaysia yang dulu pernah banyak mendatangkan guru dari Indonesia. "Masyarakat kita sekarang terutama anak-anak sekolah sudah lebih banyak nonton televisi daripada membaca atau menulis. Jadi benar bila ada seorang pemerhati pendidikan mengatakan bahwa kita ini hidup di zaman dengan alat-alat yang canggih namun dengan peradaban primitif," terangnya berapi-api.

Satria juga berharap kepada sekolah dan orangtua untuk mendorong anak didiknya akrab dengan bahan bacaan. Di sekolah, para guru secara khusus harus membuat program-program yang bisa merangsang siswa gemar membaca dan menulis. "Misalnya dengan cara mewajibkan siswa membaca satu judul buku setiap minggu, atau arisan buku, atau lomba menulis," jelasnya.

Ditanya cara menyiasati minimnya anggaran di sekolah untuk pengadaan buku bacaan, Satria menyarankan beberapa hal untuk mendapatkan buku gratis. "Bisa dengan arisan buku, bisa dengan menjalin hubungan kerja sama dengan penerbit, bisa dengan program tukar baca, atau apa sajalah yang penting siswa bisa membaca dan terus terangsang untuk menulis," paparnya.

Di kabupaten Sumenep, beberapa sekolah sudah memulai program penguatan literasi. Bahkan beberapa di antaranya dilakukan dengan cara berjejaring dengan sekolah-sekolah lain. Salah satunya dilakukan oleh SMA 3 Annuqayah Guluk-Guluk dan MA Nasyatul Muta'allimin Gapura.

"Kita harus memulainya dari sekolah, sebab memang dari sinilah penanaman budaya literasi bangsa ini paling mungkin dilakukan. Bila di sekolah saja tidak ada budaya literasi yang kuat, bagaimana kita bisa berharap pada lingkungan di luar saja?" ujar M. Mushthafa, Kepala SMA 3 Annuqayah.

Di SMA 3 Annuqayah hsudah beberapa tahun terakhir memiliki program perpustakaan masuk kelas. Caranya, sekolah membuat literatur-literatur singkat yang disarikan atau disalin dari buku, koran dan jurnal. Selanjutnya literatur yang panjangnya hanya sekitar 3000 hingga 5000 karakter itu diserahkan kepada siswa untuk dibaca setiap hari selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

Sementara di kecamatan Gapura, MA Nasyatul Muta'allimin menggagas sebuah perkumpulan dengan sekolah-sekolah di sekitarnya.  Anggotanya berjumlah 13 madrasah aliyah. "Ini semacam forum sharing yang kita isi dengan kegiatan dan diskusi yang lebih menitikberatkan pada upaya nyata meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah," terang A. Dardiri Zubairi, Kepala MA Nasyatul Muta'allimin Gapura.

Pria yang juga Sekretaris Tanfidziah PCNU Sumenep ini berharap upaya penanaman budaya literasi ini mendapat dukungan dari pada pengambil kebijakan. Sehingga apa yang dilakukan sekolah sebagai ujung tombak semakin terasa manfaatnya untuk pendidikan secara umum di Sumenep (Beth).

Tidak ada komentar: