Jamilatur Rohma, XA SMA 3
Annuqayah
Guluk-Guluk—Ahad, 10 Maret 2013 di SMA 3 Annuqayah diselenggarakan
kegiatan bedah buku yang berjudul Sekolah dalam Himpitan Google dan Bimbel karya M. Mushthafa. Kegiatan ini bukan kegiatan yang diselenggarakan
OSIS, tetapi merupakan
program sekolah. Kegiatan ini dihadiri
oleh sebagian besar penggiat pendidikan khususnya daerah Guluk-Guluk, Ganding, dan juga
dihadiri oleh sebagian
pengurus pondok daerah di Annuqayah.
Dalam sambutannya, K. M. Mushthafa selaku
kepala SMA 3 Annuqayah menyambahkan bahwa kegiatan
ini diselenggrakan karena berkaitan dengan visi sekolah, dan di dalam buku yang dibedah ini dipaparkan visi
pendidikan dan hal-hal mendasar yang
selama ini memang jarang disentuh.
Narasumber dalam
acara ini adalah K. Muhammad Ali Fikri yang
merupakan kepala MA 1 Annuqayah dan
H. Abd. Wahid
Hasan, dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Keislaman Annuqayah yang secara khusus
mendalami pendidikan spiritual.
Pada awal diskusi M. Mushthafa, pengarang
serta moderator dalam acara ini, memberitahukan bahwa sebenarnya buku ini hanyalah kumpulan tulisan
yang ditulis pada dua periode yaitu sebelum dan sesudah dia menjadi guru. Di dalam
kumpulan tulisan tersebut ada juga karangan yang ditulis ketika penulis masih kelas 1 di MA 1 Annuqayah. Menurut penulis, buku ini
hanyalah semacam cacatan
harian saja.
Ada beberapa kesimpulan yang dipaparkan K. Muhammad Ali Fikri dari
beberapa materi buku ini. menurutnya, buku ini
merupakan refleksi paling mendalam dan paling riil yang terjadi di sekitar
kita. Beliau menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bertujuan untuk
mempertinggi derajat manusia. Menurutnya,
pendidikan harus selalu kontekstual dan progresif. Tapi plagiasi serta
gelar-gelar palsu sudah membudaya dan sudah masuk pada tradisi intelektual
sehingga membuat praktik
pendidikan semakin
kacau.
Sementara itu, H.
Abd. Wahid Hasan menyampaikan bahwa ada
beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari buku ini. Di antaranya dia menyebutkan 3
kata kunci yang mendera pendidikan sekarang yaitu pragmatisme, materialisme, dan plagiarisme.
H. Abd. Wahid
Hasan melanjutkan bahwa menurutnya ada 3 ruh paling mendasar dalam pendidikan berbasis Islam, yaitu pengetahuan
yang cukup, kebijaksanaan yang mendasar, dan rasa cinta yang mendalam. Jika ketiga komponen ini ada dalam diri setiap guru maka pendidikan di Indonesia akan lebih baik.
Pada waktu diskusi ini berlangsung ada beberapa kendala yang muncul
yaitu hujan deras beserta dengan petirnya sehingga listrik padam. Acara yang dimulai sekitar pukul 9.30 WIB ini kemudian
ditutup pada sekitar pukul 12.15 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar