27 April 2010

Kisah Haru Biru Terbitnya Teratai

Nurul Elmi, siswa XII IPA SMA 3 Annuqayah

Selasa (20/04) yang lalu, ba’da Isya’, Ummul Corn—salah satu kru Majalah Teratai—mendapat kabar dari Mus’idah Amien, guru SMA 3 Annuqayah, bahwa Majalah Teratai sudah selesai dicetak dan sudah dikirimkan oleh percetakan di Surabaya. Mus’idah juga memberi kabar bahwa sejak sore itu Majalah Teratai sedang dalam bahaya: terkatung-katung di tangan seorang penarik becak di Prenduan.

Saat itu pula kru Teratai langsung mengadakan rapat kecil-kecilan karena kebetulan beberapa kru sedang berkumpul, karena saat itu adalah malam pertama kegiatan OPTIMA 3 SMA 3 Annuqayah. Kami sempat merasa khawatir bagaimana jika seandainya ada yang mencuri atau sengaja merusak. Apalagi Mus’dah sedang sibuk sehingga tidak bisa meenjemputnya ke Prenduan.

Dengan beberapa pertimbangan akhirnya Mus’idah meminta bantuan Fahmi, salah satu santri Latee putra, untuk mengambilnya dari seorang penarik becak di Prenduan. Di tengah perasaan khawatir yang mendera, kami merasa sangat bahagia akhirnya Teratai terbit juga. Rasa puas atas beberapa rintangan yang menghadang lunas sudah.

Yang kami herankan mengapa percetakan begitu percaya kepada kami padahal kami belum membayar lunas biaya cetaknya. “Ini barokah dari perjuangan kita,” komentar Siti Nujaimatur Ruqayyah sambil tertawa. Beberapa orang kru sampai tidak tidur demi menunggu kabar selanjutnya. Tak lupa kami bersyukur karena bapak penarik becak itu begitu sabar menjaga Majalah Teratai dan Fahmi mau menolong kami dengan ikhlas. “Semoga tukang becaknya dan Fahmi diberi pahala yang besar oleh Allah,” ungkap Ummul Corn sambil menengadahkan tangannya layaknya orang berdoa.

Rasa khawatir dan deg-degan karena ingin cepat-cepat melihat wujud Teratai akhirnya terbayar keesokan harinya ketika Fahmi mengantarkan Teratai ke sekolah kami tanpa cacat sedikit pun. Ummul Corn dan Siti Nujaimah langsung menemui Fahmi ke kantor untuk berterima kasih sekaligus ingin melihat seperti apa wujud Teratai. Asna yang menjabat sebagai staf artistik Teratai tak sabar ingin melihat sampai bertariak-teriak histeris. “ Hore… Teratai terbit ,” katanya sambil berteriak histeris.

Meski ada sedikit kesalahan pada konsep sampul dan dalam keterangan rubrik Potret serta nama tokoh di rubrik cerpen tapi kami tidak kecewa. Ini karya kami! Di tengah-tengah waktu luang, kami mulai membenahi kesalahan-kesalahan itu sepert membuat catatan lain di rubrik Potret dan mengubah salah satu nama tokoh yang salah di rubrik Cerpen.

Keesokan harinya kembali terdengar kabar yang begitu menghancurleburkan benteng pertahanan kami. Betapa tidak, harga dari percetakan yang awalanya kami yakini bahwa satu eks Teratai terhitung cuma Rp 3.750,- ternyata Rp 5.300,-. Kami seperti di sambar petir, mengingat dana yang kami punya terbatas. “Bayar dengan apa ini kita jika semahal itu,” ujar Mus’idah pada teman-teman kru.

Hari Sabtu (24/04) kemarin, kru Teratai mengundang Afnan, lay-outer Teratai, untuk melakukan pertemuan dengan kami karena kami merasa bingung dalam menentukan harga. Dalam pertemuan itu kami menyepakati bahwa Teratai akan dijual dengan harga Rp 10.000,- untuk siswa SMA 3 Annuqayah sendiri dan Rp 7.000,- untuk yang lain. Dalam pertemuan itu kami juga mulai mengatur distribusi Teratai. Ada 7 lembaga di lingkungan Annuqayah yang memang telah menjadi mitra distribusi Teratai sejak edisi pertama. Selain itu ada sekitar 10 lembaga mitra Teratai di luar Annuqayah.

Malam harinya setelah selesai menentukan harga dan jalur distribusi, kru Teratai langsung menghitung dan mengira-ngira berapa jumlah Teratai yang akan disebarkan di berbagai tempat itu, dilanjutkan dengan membuat pamflet sebagai media promosi yang akan disebar di tempat-tempat tertentu sampai mata kami tak mampu lagi terbuka. Saat-saat mengkhawatirkan, mengharukan, dan membahagiakan sampai pada peristiwa lembur malam itu sampai saat ini tak kunjung beranjak dari memori kami, menyisakan ribuan rasa yang sulit dibahasakan.

Sampai saat ini, distribusi Teratai baru sampai pada tiga sekolah yang semuanya masih di lingkungan Annuqayah, karena sebagian kru yang notabene kelas akhir masih menunggu pelulusan dan lepas pisah siswa kelas akhir bersama di PP Annuqayah pusat. Rencananya sebelum bulan Mei semuanya sudah harus selesai didistribusikan karena Teratai terbit bulan April. “Biar tidak basi harus cepat didistribusikan,” ujar Mus’idah pada kami dengan semangat.

2 komentar:

M. Faizi mengatakan...

Iya, segera didistribusikan agar tidak tidak hialng percuma seperti raskin. Segera ya...
semoga sukses dan laku semua.

gilawaras mengatakan...

maaf, kami dari PUSAT DATA ANNUQAYAH akan mengambil tulisan ini untuk dimuat di kabar annuqayah, sebagai perwakilan berita yang dari madaris 3 annuqayah.