28 Desember 2011

Kelas XII Belajar Adobe Photoshop dan CorelDraw

Ruka'iya, siswa kelas XII IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Untuk pertama kalinya guru pengajar Seni Budaya yang kini sedang mengajar siswi kelas XII baik IPA maupun IPS  di SMA 3 Annuqayah mengadakan suatu proses pembelajaran yang begitu menyenangkan. Dalam metode pembelajarannya kali ini, beliau mengundang seseorang yang cukup berpengalaman dalam bidang seni, khususnya dalam bidang mengolah gambar dengan menggunakan komputer.

Kali ini guru pengajar seni budaya yang bernama M. Mushthafa, S.Fil., M.A membuat sensasi baru dalam metode pembelajaran yang digunakan terhadap murid-muridnya. Seperti yang telah kita ketahui, mayoritas para guru apabila sedang mengajar pasti terpaku pada buku yang akan dipelajari. Namun beliau tidak. Karena selain terpaku pada buku juga berisi wawasan-wawasan umum yang tidak membuat anak-anak itu gaptek.

Kegiatan belajar mengolah gambar dengan komputer (yakni dengan program  Adobe Photoshop dan CorelDraw) ini berlangsung selama dua kali tatap muka dengan penyaji yang berbeda, yakni pada hari Sabtu dan Ahad, 24-25 Desember. Penyaji yang diundang sebagai pemberi materi pada pertemuan pertama yakni, K. Muhammad Affan, S.Ap. Beliau memaparkan tentang Adobe Photoshop. Tempatnya di Laboratorium IPA SMA 3 Annuqayah.

Dalam pemaparannya beliau menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu Photoshop  agar siswa bisa punya gambaran awal. Pada saat dimulai  beliau langsung menjelaskan di hadapan para siswa dengan menggunakan LCD proyektor sehingga dapat memudahkan penjelasannya.

Photoshop adalah program visual (gambar) dan dapat mengasah otak kanan (imajinasi, emosional).  Pada kesempatan kali ini siswa belajar dan praktik langsung dengan tiga pembahasan yaitu memasang efek pada gambar dan teks, menggambar sederhana, dan memoles gambar (edit gambar).

Setelah pembahasan selesai, para siswa dapat menikmati langsung bagaimana caranya menggunakan Photoshop seperti yang telah dipaparkan penyaji. Media pembelajaran yang digunakan untuk praktik ialah komputer. Ada dua komputer dan dua laptop. Sehingga siswa dibagi menjadi empat kelompok. Siswa yang hadir bukan hanya siswa kelas XII saja melainkan dari kelas X dan XI juga ikut hadir sebagai undangan yang memang diminta sendiri oleh guru pengajar Seni Budaya.

“Para siswa begitu senang dengan dilaksanakannya acara ini karena merasa menemukan sesuatu yang baru dan tidak mudah bosan dengan suasana pendidikan yang menggunakan cara seperti itu-itu saja. Seperti halnya duduk di bangku sekolah dan harus mendengarkan penjelasan guru tanpa adanya media lain yang dapat menarik minat siswa agar supaya senang dengan materi yang diterangkan. Tentunya juga bermanfaat bagi siswa,” tutur Wiwin Wahyuni, siswi kelas XII IPA.

Selain itu, dari asyiknya praktik, siswa lupa waktu jam pulang. Kebetulan ketika acara ini berlangsung, hari-hari sekolah tak seperti biasanya dan pelajaran belum aktif dikarenakan SMA 3 Annuqayah baru selesai mengadakan ujian semester ganjil dan saat itu masih diadakan remedi untuk siswa yang nilainya di bawah rata-rata.

Pada hari berikutnya, yakni hari Ahad, materinya tentang CorelDraw yang dipaparkan oleh Badrus Shaleh. Beliau sangat berpengalaman dalam hal itu. Ia banyak berkarya dengan CorelDraw.

Ketika memaparkan beliau mengatakan bahwa hidupnya dibiayai dari CorelDraw. Dia juga termasuk perintis CorelDraw di Annuqayah. Spontan siswa tercengang dan mengucapakan “wow…” serempak. Hal itu tambah membuat siswa bergairah untuk terus menyimak penjelasannya dan tak mau ketinggalan.

Pembahasan sesi CorelDraw membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan materi hari pertama. Pelajaran CorelDraw di hari itu ada lima pembahasan  tapi karena waktunya tidak cukup sehingga berkurang satu menjadi empat yakni, membuat sampul majalah , membuat logo, membuat poster, dan membuat file JPG/BMP.

Dari hari pertama dan hari kedua, pada saat siswa sedang praktik, para penyaji masih membimbing dan mendampingi termasuk juga guru pengajar Seni Budaya, M. Mushthafa. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih memahami secara langsung materi yang sudah diberikan.

Seusai acara, pengajar Seni Budaya mengharapkan agar ada tindak lanjut dari diadakannya acara ini, yakni dengan membentuk kelompok yang mendalami Photoshop dan CorelDraw, karena di Annuqayah putri belum ada kelompok yang secara mendalam dapat menggunakan Adobe Photoshop dan CorelDraw.

27 Desember 2011

Geliat Dakwah Islam di Norwegia

Masluhatun, siswi kelas XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Sehari setelah ujian semester gasal di SMA 3 Annuqayah usai, kegiatan seri diskusi video conference lintas-benua, kembali hadir di SMA 3 Annuqayah bertempat di laboratorium IPA. Acaranya tepatnya dilaksanakan pada hari Sabtu (24/12) siang.

Seri diskusi yang kelima kali ini mengangkat tema “Geliat Dakwah Islam di Eropa” bersama Abdillah Suyuthi, seorang mahasiswa S3 jurusan Teknologi Kelautan di NTNU, Trondheim, Norwegia.

Pria yang sudah lebih lima tahun belajar di kota Trondheim, Norwegia, ini menyampaikan materinya dengan berbagi pengalamannya selama berapa di Eropa. Suyuthi menyampaikan beberapa hal tentang masyarakat Norwegia maupun masyarakat Eropa pada umumnya.

Berhubungan dengan tema dakwah Islam di Eropa, Suyuthi mengatakan bahwa dia menjadi imam shalat di masjid di Trondheim. Dia juga bercerita bahwa saat ini masjid di kota itu bertambah satu lagi.

“Tidak mudah menemukan tempat untuk digunakan sebagai masjid. Tempat yang baru ini adalah bekas diskotik,” tuturnya.

Suyuthi juga bercerita bahwa ia pernah menikahkan seorang pasangan yang mempelai prianya beragama non-Islam. Sebelum akad nikah, mempelai pria terlebih dahulu masuk Islam (membaca syahadat), baru setelah itu keduanya dinikahkan.

Acara diskusi ini berlangsung selama sekitar 2 jam. Pesertanya murid SMA 3 Annuqayah, utusan dari beberapa sekolah di Annuqayah, termasuk juga mahasiswa. Ada dua peserta putra dari pengurus pesantren.

Masalah yang muncul pada diskusi kali ini berupa turunnya hujan sebelum acara yang mestinya dimulai jam 13.30 WIB. Sehingga diskusi dimulai pada jam 14.10 WIB, setengah jam lebih lambat dari jam yang sudah ditentukan. Masalah lain adalah koneksi internet yang sedikit bermasalah sehingga menyebabkan suara Abdillah Suyuthi kadang terputus-putus. Namun poin-poin penting dari apa yang dikemukakan Suyuthi dapat dipahami dengan cukup baik oleh peserta. Ini terbukti dari banyaknya pertanyaan peserta saat sesi tanya-jawab.

Akhirnya, sebelum acara ini ditutup, peserta member aplaus untuk Abdillah Suyuthi yang telah menjadi penyaji di seri diskusi video conference lintas benua ini.

16 Desember 2011

Shalat Gerhana di SMA 3 Annuqayah

Masluhatun, siswi kelas XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—OSIS SMA 3 Annuqayah Sabtu malam (10/12) yang lalu mengadakan shalat gerhana bersama. Menurut perhitungan Lajnah Falakiyah Annuqayah sebagaimana tercantum di kalender Annuqayah 2011, pada malam itu memang akan terjadi gerhana bulan total yang dapat dilihat dari Asia (termasuk Indonesia), Australia, dan Afrika (kecuali bagian barat). Karena itu, OSIS SMA 3 Annuqayah telah menyiapkan acara ini satu bulan sebelumnya. Shalat gerhana dilakukan bersama di mushalla putri Al-Furqaan.

Pada acara ini, panitia turut mengundang beberapa sekolah mitra, seperti MA Annajah I (Karduluk), SMA Al-Muqri (Prenduan), MA Raudlah Najiyah (Ganding), SMA Baitur Rahmah (Ganding),  pimpinan lembaga pendidikan di Annuqayah, pengurus daerah Annuqayah, ketua PCNU, MWCNU Guluk-Guluk, PKK, PAC Muslimat NU, kepala desa Guluk-Guluk, camat Guluk-Guluk, Sekcam Guluk-Guluk, guru Madaris 3 Annuqayah, BEM Instika, DPM Instika, LPM Instika, Racana Siti Khadijah, pengasuh di daerah Madaris 3 Annuqayah, dan masyarakat di sekitar Sabajarin.

Dalam sambutan kepala sekolah, beliau menyampaikan latar belakang kegiatan ini yang memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Beliau menegaskan bahwa gerhana bulan dalam acara ini akan dikaitkan dengan agama, ilmu pengetahuan (sains), dan seni.

Sebelum shalat gerhana (khusuf) dilaksanakan, K.H. Bushiri Ali Mufi selaku imam terlebih dahulu menjelaskan bahwa rukuk pada shalat khusuf harus lebih lama dari biasanya. Juga bahwa dalam satu rakaat ada dua ruku’. Sebelumnya, para undangan telah diberi lembaran informasi yang dibagikan oleh panitia yang memuat keterangan tentang shalat khusuf.

Shalat khusuf ini saja berlangsung selama 20 menit dengan sedikit masalah yang tidak berarti. Setelah salam dan dzikir, K.H. Bushiri Ali Mufi menyampaikan khotbah.

Saat sebagian besar yang hadir malam itu melaksanakan shalat khusuf berjamaah, baik putra atau putri, sebagian kecil siswi Madaris 3 Annuqayah dan undangan putri yang berhalangan shalat mengisi waktu dengan meneropong bulan ditemani beberapa panitia yang juga berhalangan. Sayangnya bulan saat itu tidak terlihat jelas karena terhalang  mendung. Setelah jamaah yang shalat selesai, mereka kembali ke tempat acara.

Mendekati jam sebelas malam, film Cosmic Voyage diputar setelah sebelumnya dibacakan beberapa puisi dari buku kumpulan puisi Permaisuri Malamku, karya M. Faizi yang dibawakan oleh tiga siswi SMA 3 Annuqayah.

Setelah film selesai diputar, undangan dan siswi masih berkesempatan melihat gerhana bulan yang tinggal separuh, menggunakan teropong bulan.

Di saat semuanya menyaksikan gerhana bulan yang hampir berakhir, ada dua siswi lagi yang membacakan puisi yang sama dengan sebelumnya.

Acara berakhir menjelang tengah malam.

“Saya sangat terkesan sekali dengan pelaksanaan acara gerhana ini. Saya juga bersyukur sekali karena dapat melaksanakan shalat gerhana berjamaah. Sejak dulu saya tak pernah melaksanakan shalat gerhana. Baru kali ini saya melaksanakannya,” kata Siti Ruqayyah, salah seorang masyarakat Sabajarin saat diwawancarai di kediamannya.

12 Desember 2011

PSG Mengisi Pelatihan Lingkungan di Al-Falah Lenteng

Masluhatun, siswi kelas XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Tim sampah plastik Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuayah kembali mendapat undangan untuk memberi pelatihan di sebuah pondok pesantren, yaitu di Pondok Pesantren Al-Falah, Lenteng Barat, pada hari Jum’at (02/12) pekan lalu.

Awalnya, Wardi, salah satu alumni PP Al-Falah yang berteman dengan salah satu anggota PSG, yaitu Yuliatin, meminta kepada Yuliatin dan tim sampah plastik PSG untuk memberi pelatihan di PP Al- Falah. Setelah dirundingkan dan disetujui oleh anggota tim dan pembina, akhirnya berangkatlah tim sampah plastik yang beranggotakan Indah Susanti, Qurratul Aini, Yuliatin, Ummamah, dan didampingi guru SMA 3 Annuqayah, Mus’idah Amin, S.Pd.

Peserta yang hadir adalah siswa dari kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sampai XI Madrasah Aliyah (putra-putri). Materi yang disampaikan tidak banyak karena peserta lebih berantusias untuk langsung praktik membuat kerajinan dari sampah plastik.

Saat penyampaian materi hanya ada satu orang yang bertanya, yaitu ketua OSIS MA. Sementara peserta yang lain lebih tertarik pada praktiknya. Selama praktik, tim PSG mengambil kesempatan untuk memberikan materi secara tidak langsung, dengan berdiskusi ataupun tanya-jawab.

“Saya prihatin melihat wawasan mereka tentang lingkungan yang sangat minim. Dan di sana tidak ada satu pun tempat sampah yang terihat,” kata Indah Susanti, siswa kelas XII IPA SMA 3 Annuqayah.

Acara yang berlangsung selama setengah hari itu mendapat penerimaan yang baik dari pihak PP Al-Falah sehingga acara berjalan lancar.

OSIS SMA 3 Annuqayah Meriahkan Malam Gerhana Bulan

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

OSIS SMA 3 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep menyelenggarakan acara Gerhana Bulan, Sabtu (10/12) malam. Mata acaranya: shalat gerhana, pembacaan puisi-puisi M Faizi dari antologi Permaisuri Malamku, pemutaran film dokumenter pendek tentang astronomi Cosmic Voyage, dan teropong bulan.

Acara yang cukup meriah tersebut ditempatkan di depan halamanPerpustakaan Madaris III Annuqayah. Pada kesempatan itu, hadir ratusan siswi, guru, ketua PC NU Sumenep H Pandji Taufiq, danmasyarakat sekitar pesantren.

Dalam sambutannya, kepala SMA 3 Annuqayah, M Mushthafa, menyatakan bahwa acara tersebut berpangkal pada idenya. Selanjutnya, dia menginstruksikan kepada pengurus OSIS untuk melaksanakannya.

“Sebenarnya, ide acara ini sudah menggelayuti pikiran saya setahun yang lalu. Ketika itu sedang berlangsung gerhana bulan. Saya memotretnya di bukit Lancaran sebelah tenggara Annuqayah. Sayangnya, saya tidak shalat,” ujar M Mushthafa.

Dari kesadaran itu, timbul keinginan kuat dari M Mushthafa untuk menggelar acara yang salah satunya berisikan shalat khusufi al-qamari (shalat gerhana bulan) secara berjamaah.

“Bulan Juni kemarin juga ada gerhana bulan. Terjadi pada tengah malam, sehingga tak memungkinkan untuk menggelar acara seperti ini,” tambahnya.

Tiga Sudut Pandang

“Melalui acara ini, saya mengajak semua hadirin untuk memaknai gerhana bulan dari bermacam sudut pandang: agama, seni, dan ilmu (sains),” ujar M Mushthafa.

Dari sudut pandang agama, lanjut kiai muda yang juga dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah itu, akan dijelaskan tata cara pelaksanaannya secara singkat oleh salah satu pengasuh Annuqayah, KH Bushiri Ali Mufi.

Selain itu, M Mushthafa juga mengutip hadis Nabi berkenaan dengan gerhana bulan: “Matahari dan bulan itu adalah ayat dariayat-ayat Allah. Keduanya tidak gerhana karena kematian orang. Dari itu, kalau kalian melihat gerhana maka shalatlah.”

Dari sabda tersebut, tegas M Mushthafa, tersirat pelajaran agar umat Islam tidak berpikir takhayul yang nantinya dapat memudarkan warna keimanan.

Dari sudut pandang seni, gerhana bulan tersebut akan diserapi dengan pembacaan puisi Permaisuri Malamku karya pengasuh muda Annuqayah, M Faizi.

Karya tersebut memiliki dua keistimewaan. Pertama, di dalamnya secara khusus bercerita tentang peristiwa-peristiwa langit dan kejadian di malam hari. Kedua, karya tersebut telah mengantarkan M Faizi diundang baca puisi di Berlin, Jerman. Karena dibacakan di Jerman, di dalamnya ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. 

"Bertafakkurlah dengan cara Anda sendiri,” kata M Faizi ketika memberikan sambutan.

Direktur Madaris III Annuqayah tersebut berbagi pengalaman bahwa buku Permaisuri Malamku itu berlandaskan pada hasil perenungannya yang mendalam. Selain itu, juga berangkat dari upaya menemukan perbedaan dalam berkarya.

Adapun dari sudut pandang ilmu (sains), gerhana bulan tersebut akan diteropong secara cermat.

“Di sini sudah tersedia 2 alat teropong dan kita akan memanfaatkannya untuk menyaksikan keagungan Allah,” katanya.

Tidak hanya itu, di dalam acara yang dimulai sehabis Isya’ itu juga digelar pemutaran film Cosmic Voyage (Jelajah Kosmis). Film ini memberikan gambaran tentang kondisi awal mula kehidupan, alam semesta, pemuan teleskop dan mikroskop, galaksi bima sakti, dan atraksi bintang gemintang yang tentu membuat mata malas untuk berkedip.

Pioner Pelajar NU

Oleh panitia, ketua PC NU Sumenep H Pandji Taufiq juga diberi waktu sambutan oleh panitia. Pak Pandji, panggilan akrabnya, merendahkan hati dalam sambutannya.

“Saya tetap santri yang kebetulan diberi tugas mengabdi di NU,” katanya.

Mengutip pernyataan KH M.A. Sahal Mahfudz, Pak Pandji menyatakan bahwa pesantren dengan NU tak ada perbedaan.

“NU adalah pesantren besar dan pesantren adalah NU kecil,” katanya lugas.

Lebih lanjut, Pak Pandji mengutarakan harapannya agar para siswi SMA 3 Annuqayah mampu menjadi pioner beridirinya pelajar NU di Annuqayah.

“Kami sangat berharap agar SMA 3 Annuqayah menjadi pioner untuk mengembangkan organisasi pelajar NU. Dalam hal ini ialah IPNU dan atau IPPNU,” tandasnya.

Seusai acara, sebagian besar peserta dan undangan tidak langsung pulang. Mereka masih menikmati indahnya malam gerhana bulan melalui alat-alat yang sudah disediakan oleh panitia.

 Berita ini dikutip dari blog Pondok Pesantren Annuqayah.

05 Desember 2011

Komputer Juga Bisa Terkena Disleksia


Masluhatun, siswi kelas XI IPS 1 SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Hari  Jum’at (02/12) kemarin, seri diskusi video conference lintas-benua kembali hadir di SMA 3 Annuqayah. Kali ini bersama narasumber Harwintha Yuhria Anjarningsih, yang saat ini sedang menempuh S3 di University of Groningen, Belanda. Acara ini bertempat di laboratorium IPA SMA 3 Annuqayah dan dimulai pada pukul 14.00 WIB.

Tema yang diangkat adalah “Disleksia pada Anak-Anak”. Disleksia sendiri terdapat dua macam, yaitu developmental dyslexia (bawaan sejak lahir dan keturunan) dan acquired dyslekxia (karena faktor lain).

Pengertian disleksia menurut Harwintha adalah ketika seorang anak kesulitan dalam membaca dan tentunya akan sulit dalam menulis. Disleksia bukan karena seorang anak memiliki IQ rendah. Tapi karena ada latar belakang psikologis yang kurang baik.

Disleksia memiliki ciri-ciri, yaitu membaca terbata-bata, membaca pelan sekali , dan tertinggal dari anak sebayanya. Anak yang punya masalah disleksia kadang memiliki kelebihan, seperti Albert Einsten.

Acara ini semula dimoderatori oleh M. Mushthafa, guru SMA 3 Annuqayah, tapi di  pertengahan acara beliau harus digantikan oleh guru yang lain karena ada acara lain yang tidak bisa ditinggal.

Secara teknis, pelaksanaan seri diskusi lintas-benua yang keempat ini memiliki kekurangan. Di antaranya, peserta tidak segera datang dan suara narasumber yang terdengar tercekat-cekat kurang jelas. Yang terakhir ini mungkin karena jaringan internet di sekolah yang sedang bermasalah. Berbagai usaha sudah dicoba tapi tetap saja suara yang terdengar kadang terputus-putus. Terpaksa peserta mendengar suara Harwintha dengan kurang jelas. Tetapi peserta tetap berusaha untuk memahami apa yang disampaikan oleh Harwintha.

Antusiasme yang ditunjukkan peserta cukup baik. Beberapa pertanyaan muncul disela-sela presentasi Harwintha dan di akhir prestasi yang dijawab dengan baik. Walaupun dengan suara yang terputus-putus.

Tentang hal ini, ada siswa yang berkomentar lucu. “Ternyata komputer juga bisa terkena disleksia,” katanya. Peserta yang lain berkomentar bahwa tema ini sangat cocok untuk guru-guru di tingkat sekolah dasar. “Alangkah baiknya jika acara ini diadakan kembali khusus untuk guru-guru Madrasah Ibtidaiyah di sekitar sini,” kata Mus’idah Amin, guru di SMA 3 Annuqayah yang memoderatori diskusi ini.

Diskusi yang diikuti oleh sekitar 25 orang ini berlangsung tidak lebih dari dua jam. Kemudian ditutup oleh Mus’idah Amin dengan singkat menjelang pukul 16.00 WIB.