Sulhatus Sayyidah, siswi XI IPA SMA 3 Annuqayah, Koordinator Desain Tim Sampah Plastik School Climate Challenge Competition British Council
Selama 4 hari, 22-25 April 2009, saya, Irul, dan Nujaimah belajar praktik menjahit dan desain pada M. Khathibul Umam. Meskipun semula sudah bisa menjahit, kami butuh pendalaman pengetahuan tentang teknik menjahit dan desain yang baik, terutama terkait dengan kegiatan kami akhir-akhir ini, yakni mengolah sampah plastik menjadi kerajinan.
Hari pertama, kami mencoba belajar teknik membuat tas laptop. Mulai dari pengguntingan sampah hingga proses pembuatan, semua sangat membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Karena jika dalam menggunting kurang rapi, cara menjahitnya akan semakin sulit. Begitupun cara penggabungan antara plastik yang satu dengan lainnya.
Pengguntingan pun beres. Dilanjutkan pada tahap merangkai plastik yang telah digunting, penjahitan, pembungkusan dengan plastik mika sebagai penguat, dan penambahan spon pada lapisan bagian dalam plastik agar laptop tetap aman. Kami tidak hanya diwajibkan menyimak dan melihat cara pembuatannya, tapi kami juga ditugaskan untuk langsung praktik. “Coba buktikan bahwa kalian memang paham dengan apa yang telah saya contohkan tadi,” ungkap M. Khathibul Umam.
Hari kedua kami mendapat materi lain yang lebih sulit dibandingkan hari pertama, yakni membuat tas sekolah. Kami tidak merasa kesulitan lagi untuk menggunting dan menggabungkan lembaran-lembaran plastik tersebut. Dalam pembuatan tas sekolah dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi. Jika kurang teliti dalam mengukur, akan terjadi ketidakserasian antara lembaran plastik depan dan belakang. “Agar keliling sisi samping pas dan rapi, terlebih dahulu ukur keliling pada salah satu lembaran plastiknya kemudian kurangi sekitar 4-5 cm,” terangnya. Wah, jadi bermain-main dengan angka nih, pikir saya.
Hari ketiga, kami belajar membuat tas ransel. Ketika diberi tahu akan membuat tas ransel, awalnya kami langsung mengeluh karena membayangkan betapa sulitnya membuat tas ransel. Karena kami hanya memperhatikannya saja, tidak langsung praktik. Di hari ketiga kami mendapat hambatan. Salah satu mesin jahit yang digunakan rusak dan butuh perbaikan yang memakan waktu cukup lama. Karena keterbatasan waktu, hingga hari keempat tas ransel yang dibuat belum rampung dan beliau harus kembali ke Yogyakarta. Tas ransel yang tak sempat terselesaikan akhirnya kami lanjutkan untuk diselesaikan sendiri. Alhamdulillah, akhirnya tas ransel pertama kami selesai juga. Ukurannya sangat besar.
Pengalaman belajar selama empat hari ini memberi banyak pengetahuan keterampilan baru bagi kami. Tentu, kami akan terus memperkayanya dalam praktik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar