21 Juli 2009

Tim Pupuk Organik SMA 3 Annuqayah Masuk 15 Besar Lomba SCC British Council


Anisah, siswi XII IPA SMA 3 Annuqayah, Koordinator Riset Tim Pupuk Organik School Climate Challenge Competition British Council

Tidak disangka, tepat pada hari Senin tanggal 13 Juli 2009 salah satu guru pembimbing kami, Tim Pupuk Organik School Climate Challenge (SCC) Competition British Council SMA 3 Annuqayah, yaitu Bapak Mahmudi, S.Sos menerima telepon dari Siswoyo selaku salah seorang tim verifikasi Lomba SCC British Council. Pak Siswoyo memberi kabar bahwa Tim Pupuk Organik SCC SMA 3 Annuqayah masuk 15 besar dari 71 tim proyek SCC yang sudah mengirimkan laporan ke panitia. Kabar tersebut merupakan kabar yang sangat membahagiakan bagi kami, Tim Pupuk Organik, dan juga dua tim SCC SMA 3 lainnya.

Menurut informasi yang kami terima, awalnya peserta lomba SCC ini sebanyak 183 tapi yang mengirimkan laporan hanya sebanyak 71 tim. Dari 71 tim tersebut dipilih 15 besar untuk kemudian akan diseleksi lagi menjadi 3 besar lagi sebagai pemenang.

Pada hari Rabu 15 Juli 2009, kami Tim Pupuk Organik kedatangan tamu dari Yayasan Kaliandra Sejati Pasuruan sebagai tim verifikasi lomba SCC ini. Beliau adalah Bapak Siswoyo dan Bapak Mas’ud selaku tim observer SCC. Maksud kedatangan mereka ingin menilai langsung (verifikasi) kegiatan tim kami selama 3 bulan sebelumnya. Apa sesuai dengan laporan yang kami kirimkan, dan bagaimana tindak lanjutnya.

Tepat pada pukul 08.30 WIB kami memulai acara kami dalam bentuk berdialog, yang tempatnya dilaksanakan di Laboratorium IPA SMA 3 Annuqayah. Acara tersebut dihadiri 2 orang tim obsever SCC dan kepala sekolah dari masing-masing lembaga yang ada di lingkungan Madaris 3 Annunqayah sekaligus juga dihadiri oleh dua tim SCC lainnya, yakni Tim Gula Merah dan Tim Sampah Plastik.

Sebagai pembuka, pertama terlebih dahulu kami saling memperkenalkan diri agar saling mengenal satu sama lain dan juga agar dapat memperkuat tali silaturrohim. Selanjutnya, salah satu di antara Tim Pupuk Organik menjelaskan sedikit tentang kegiatan proyek kami. Di antaranya kami menjelaskan mengapa kami memilih limbah pertanian khususnya jerami untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Sesudah kami menjelaskan, kedua tim observer SCC tersebut ingin melihat bukti-bukti kegiatan kami dan ingin melihat lahan kami yang akan dijadikan tempat percobaan dari hasil pembuatan pupuk kami.

Tapi sebelum pergi ke lahan tersebut, terlebih dahulu kami mengantarkannya ke tempat pembuatan pupuk kami dan sekaligus menunjukkan hasil dari pembuatan pupuk kami itu. Kami juga memperlihatkan bukti-bukti kegiatan kami ini dalam bentuk foto. Sesudah itu kami mengantarkannya ke lahan kami di lahan milik K.H. Ahmad Hazim, salah seorang guru SMA 3 Annuqayah. Setelah itu, kami juga mengantarkan tim observer ke Green House yang juga akan dijadikan tempat eksprimen hasil dari pupuk kami. Setelah dari Green House, kami semua langsung menuju ke ruang Laboratorium IPA kembali untuk makan-makan bersama. Kebetulan menunya hasil dari buatan Tim Gula Merah yang terdiri dari tattabun dan jubete, sedangkan minumannya terdiri dari la’ang dan poka’—semuanya berbahan gula merah.

Sekitar pukul 10.00 WIB kami berangkat ke dua daerah untuk melihat langsung hasil tanam para petani yang selama ini memakai pupuk organik. Pertama yang kami kunjungi yaitu ke Desa Bragung dulu. Kebetulan lahan tersebut milik Bapak Mahmudi sendiri selaku pembimbing kami (Tim Pupuk Organik). Selama 2 tahun ini beliau sudah memakai pupuk organik dan ternyata hasilnya lebih bagus dari pada memakai pupuk kimia.

Selanjutnya kami langsung menuju ke Desa Berekas Deje yang bertempat di dhelemnya K.H. Masyhuda, salah seorang guru SMA 3 Annuqayah. Kebetualan di sana yang selama ini memakai pupuk organik adalah Nyi. Zulfa, putri dari beliau sendiri. Setelah sampai di sana, kami masih duduk sebentar untuk menghilangkan rasa lelah kami. Kemudian kami diajak oleh beliau untuk melihat langsung hasil tanam beliau yang selama ini memakai pupuk organik dan setelah dilihat langsung ternyata hasilnya lebih bagus dari pada yang memakai pupuk kimia. Tapi sebelum beliau memakai pupuk organik, beliau memakai pupuk kimia dengan menggunakan lahan yang lain hanya untuk sebagai perbandingan, lebih bagus yang mana antara memakai pupuk kimia dengan memakai pupk organik. Dan setelah dilihat langsung ternyata hasilnya lebih bagus yang memakai pupuk organik dibandingkan dengan memakai pupuk kimia.

Kunjungan kami ke dua tempat itu bersama tim observer SCC berakhir sekitar pukul 14.00 WIB. Kami langsung kembali ke sekolah. Setelah sampai di sekolah, ternyata tim observer SCC langsung minta izin kepada kami untuk pulang, karena mereka masih ada tugas lain yang harus diselesaikan.

09 Juli 2009

Building Environmental Awareness

Locating in the midst of rural but transitional society to modern way of life, SMA 3 Annuqayah (Guluk-Guluk, Sumenep, East Java, Indonesia) tries to promote ecofriendly lifestyle by disseminating information and awareness concerning to the hazard of plastic rubbish among schools and communities.


Unmanaged waste and landfills

Annuqayah Islamic Boarding, religious educational institution established on 1887, is now growing up in a rural community in Madura Island. More than six thousand students enroll on various educational activities every day.

Unfortunately, waste and landfill management didn’t become a priority agenda in this boarding. Landfills spread out unpleasent odor among residence of people. Sometimes, people burn the waste, and the smoke was very irritating.

Based on this fact, SMA 3 Annuqayah tries to appeal awareness of the people so that they will take a concrete contribution to manage their waste and give a simple, consistent, and integrative responses to the climate challenge.


Plastic waste reduced

Initiating by some students and teachers, SMA 3 Annuqayah held socialization in several school communities and people association around Sumenep district and also had collected plastic rubbish from landfill near the school as a campaign against plastic rubbish.

The campaign had succeed decreasing plastic rubbish around school and people’s neighbourhood by reuse the rubbish to be creative accessories, like school bag, pencil case, etc. The production of these handicraft was just as a medium to arise people’s awareness about the hazard of plastic rubbish. The school had received good support from school communities and people to reduce increasing volume of plastic rubbish by collecting the rubbish and give it to our team to be reused.

Over the coming times we expect that in Annuqayah:

• Waste and landfill will be well-managed
• Efficient use of plastic so that the increasing waste of it will be reduced
• Institutions at Annuqayah apply ecofriendly policies
• People have good awareness to conduct with nature


Creating bags using plastic waste

06 Juli 2009

Tim SCC dan Klub Astronomi Hadir di Stan Madaris 3 Annuqayah dalam Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah 1-4 Juli 2009

Pengunjung stan Madaris 3 Annuqayah di HIMA 2009 sedang melihat-lihat foto dan arsip-arsip berbagai unit kegiatan. Tampak pengunjung sedang berbincang dengan Ekatur Rahmah dan Sulhatus Sayyidah (siswi SMA 3 Annuqayah).

Para santri/siswi pengunjung stan sedang antre beramai-ramai untuk menyaksikan bulan dan bintang dengan teropong Klub Astronomi Madaris 3 Annuqayah.


Siti Nujaimatur Ruqayyah presentasi tentang bahaya sampah plastik. Di bagian latar, diputar video kegiatan Tim Sampah Plastik SCC SMA 3 Annuqayah.


Salah seorang pengunjung stan tampak sedang antusias mengamati contoh hasil pupuk organik hasil produksi Tim Pupuk Organik proyek SCC SMA 3 Annuqayah.


Tim Gula Merah presentasi tentang konservasi gula merah dan gula siwalan serta produk makanan tradisional berbahan gula merah. Pada sesi ini Tim Gula Merah juga berbagi resep membuat "tattabun" dengan para pengunjung stan. Tattabun yang dibuat ludes terjual tak lebih dari 30 menit!