30 Juni 2010

OSIS SMA 3 Annuqayah Adakan Acara Bertajuk Sharing of Experience: 284 Days in Europe


Khadijah, alumnus MTs 3 Annuqayah

Dalam rangka menyambut kedatangan M. Mushthafa—salah satu guru SMA 3 Annuqayah—dari Eropa, OSIS SMA 3 Annuqayah mengadakan acara Sharing of Experience: 284 Days in Europe pada Kamis (24/06) yang lalu. Acara ini dihadiri oleh sekitar lebih 200 peserta yang terdiri dari mahasiswa STIK Annuqayah, beberapa guru dan siswa SMA 3 Annuqayah, dan peserta undangan yang mewakili beberapa lembaga yang ada di Annuqayah.

Acara yang berlangsung di Aula Madaris 3 Annuqayah ini dan dimulai pada pukul 08.30 WIB berjalan cukup meriah dan disambut antusias oleh para undangan maupun peserta.

“Acara ini sudah lama saya tunggu-tunggu. Saya harap dengan dilaksanakannya sharing ini teman-teman akan termotivasi untuk juga semangat belajar dalam meraih mimpi,” ujar Siti Nujaimatur Ruqayyah, salah satu peserta yang hadir lebih awal dari para undangan.

M. Mushthafa mempresentasikan program beasiswa Erasmus Mundus. Beasiswa ini merupakan program kerja sama dan mobilitas dalam bidang pendidikan untuk mempromosikan Uni Eropa sebagai pusat keunggulan ilmu di dunia.

“Beasiswa ini juga bertujuan untuk mendorong dan membuka kesempatan kepada mahasiswa ataupun mahasiswi lulusan S1 yang memenuhi syarat untuk mengikuti program Magister Erasmus Mundus,” tambahnya.

Selanjutnya M. Mushthafa memberikan arahan yang terkait dengan prosedur dan segala hal yang berhubungan dengan beasiswa Erasmus Mundus, mulai dari cara mengajukan beasiswa, siapa saja yang dapat mengajukan dan bagaimana proses penyeleksian, dan sebagainya.

Setelah presentasi disampaikan, para peserta berebut untuk bertanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut beraneka ragam. Salah satu pertanyaan dilontarkan oleh M. Nasiruddin, salah satu guru SMA 3 Annuqayah. Ia bertanya bolehkah apabila saat menuntut ilmu di Eropa kita membawa istri dan anak?

“Boleh saja. Karena salah satu teman saya mendapat beasiswa dan tinggal bersama anak dan istrinya. Bahkan anak dan istri mereka bisa mendapat subsidi dari negara,” papar M. Mushthafa menjawab pertanyaan Nasiruddin.

Acara ini diakhiri dengan pembagian door prize dari Uni Eropa. Para peserta berebut untuk menjawab pertanyaan dari M. Mushthafa. Sampai akhirnya 2 peserta, Misnatun dan Anna Zakiyah, mahasiswi STIK Annuqayah, membuat seluruh peserta iri atas keberhasilan mereka mendapatkan tas berlambang dua belas bintang Uni Eropa.

24 Juni 2010

Menggugah Kesadaran Lingkungan dengan Film

Ummul Karimah, Siswa XII IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Jika di berbagi sudut Annuqayah para santri sibuk memperbincangkan Piala Dunia 2010 dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak ketinggalan, salah satunya dengan menonton acaranya melalui stasiun televisi, maka lain halnya dengan komunitas PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah. Mereka tetap sibuk memperbincangkan masalah lingkungan yang belakangan telah menjadi tema aktual di dunia.

Pada hari Senin (22/06) kemarin, PSG juga menggelar acara nonton bareng seperti halnya santri PPA Nirmala dan PPA Latee. Namun tontonan yang disajikan oleh PSG tersebut bukanlah sepak bola, melainkan film dokumenter tentang lingkungan berjudul ‘Home’. PSG juga tak perlu mencari televisi sebagai properti untuk menonton, tetapi mereka menggunakan layar LCD.

Menurut Indah Susanti, ketua PSG periode 2009-2010, siswa Madaris 3, khususnya komunitas PSG memang perlu diberi penguatan kapasitas tentang lingkungan. Tentunya dengan sajian yang tak selalu berbentuk diskusi. Salah satunya dengan diaadakannya acara nonton bareng kali ini. “Mungkin saja dengan acara nonton bareng film ilmiah tentang lingkungan kali ini dapat memberi semacam pencerahan bagi siswa dan dapat menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan secara mendalam,” harap Indah.

Tampak ratusan siswa Madaris 3 Annuqayah berbondong-bondong memasuki ruang aula Madaris 3 Annuqayah dengan muka bersemangat dan berseri-seri. Mereka berebut tempat duduk di bagian depan. Salah satu peserta yang hadir, Istifadatul Qamariyah, mengaku tak ingin ketinggalan sedikit pun dari seluruh bagian film yang disajikan. “Kalau saya duduk di belakang, saya rasa kurang afdhal. Nanti ada teman yang lebih besar di depan saya, terus dia malah menjadi pengganggu yang menghalangi sampainya pandangan saya pada layar di depan,” tambahnya dengan logat khasnya yang sangat lucu.

Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB tersebut berjalan cukup serius. Tampak seluruh siswa yang berjumlah sekitar 200-an orang itu khusyuk mengikuti alur film yang dirilis pada 5 Juni 2009 tersebut. Ruangan begitu sunyi, namun setelah sampai pada beberapa negara yang menampilkan pemandangan yang sangat indah barulah mereka mengucapkan kalimat subhanallah beberapa kali.

Namun, ketika sampai pada Indonesia yang menampakkan hutan lebat yang kemudian jadi gundul dan gersang, sebagian dari peserta ada yang menangis. “Sungguh kini telah terjadi pengkhianatan pada alam kita yang selalu setia menjadi sahabat kita. Jangan salahkan siapa-siapa jika sekarang harimau telah berkeliling ke rumah penduduk, karena tempat para fauna telah diusik oleh manusia yang serakah akan harta,” ujar Siti Nujaimatur Ruqayyah, salah satu senior PSG.

Film yang disajikan kali ini bukanlah film sembarangan. Melainkan film ilmiah yang berisi banyak ilmu dan informasi tentang masalah lingkungan. Dalam film tersebut dijelaskan secara detail tentang bagaimana alam sebelum dan setelah mengalami perubahan dan apa saja penyebabnya.

Film yang menyajikan informasi dan gambar dari puluhan negara itu tidak dikemas menggunakan dialog dan alur yang bercerita, melainkan lebih tepatnya hanya penyajian fakta dan narasi yang menarik dan menggugah.

“Film ini sepertinya juga berisi kritik pada dunia yang terlalu tamak untuk membangun gedung-gedung dan kendaraan berpolusi, sehingga hutan kita yang awalnya membentang amat indah, lahan yang seperti beludru hijau membentang tak terbatas, dan laut yang begitu memikat dengan keindahannya, telah dirusak begitu saja,” komentar salah satu siswa SMA 3 Annuqayah, yang tak mau disebutkan namanya seusai pemutaran film.

18 Juni 2010

Tasyakuran MI 3 Annuqayah Berlangsung Meriah


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Menutup kalender tahun ajaran 2009-2010, Selasa, 15 Juni, kemarin, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah menggelar Tasyakuran Kelas Akhir Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah. Dalam sambutannya, Kepala MI 3 Annuqayah, H. M. Mahfud Manaf, A.Ma, menegaskan bahwa acara ini bukan acara lepas pisah, tapi tasyakkuran.

“Karena kamu sekalian, khususnya yang kelas akhir, akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni MTs 3 Annuqayah. Jadi, kita masih tetap bersama-sama di Madaris 3 tercinta ini,” katanya. Hadir dalam acara ini Ny. Fadilah Hunaini, M. Fil sebagai pembicara.

Mahfud Manaf juga menyampaikan terima kasih kepada Kak Mumdarin, S.Pd.I, dan Kak Mamat selaku pembina Pramuka MI 3 Annuqayah yang juga hadir dalam acara tersebut. “Saya selaku Kepala MI 3 Annuqayah menyampaikan terima kasih kepada Kak Mumdarin dan Kak Mamat. Dengan kegiatan pramuka, anak-anak lebih aktif di kelas. Dampaknya sangat terasa,” katanya. “Juga kepada para tutor MI 3 Annuqayah: Mega Eka Suciyanti, Fatimatuzzahrah, dan Siti Mailah, terima kasih atas pengabdiannya selama dua tahun ini,” lanjutnya, menutup sesi sambutan pada acara tersebut.

Direktur Madaris 3 Annuqayah, Muhammad Faizi, M.Hum, dalam sambutannya lebih menekankan akan pentingnya akhlak, terutama akhlak kepada orang tua.“Kalian boleh lulus dari MI 3, tapi jauh lebih penting lulus di rumah,” katanya. Melihat anak-anak bingung, Faizi melanjutkan, “Bagaimana yang dimaksud dengan lulus di rumah? Kalau kalian disuruh oleh orang tua, jangan menolak, apalagi menggerutu. Di rumah harus rajin bantu ibu. Ini namanya lulus!” katanya.

Pada sesi berbagi cerita, seakan menyambung sambutan Direktur Madaris 3 Annuqayah, Ny Fadilah Hunaini lebih banyak bercerita tentang kehidupan yang menyentuh hati. Beliau mengangkat banyak cerita tentang perjuangan orang-orang miskin yang kemudian menjadi sukses karena kegigihannya dalam belajar. Dengan ekspresinya yang empatetik, anak-anak terlihat begitu antusias menyimak cerita demi cerita hingga tuntas. Sesekali salah satu pengasuh PPA Nirmala Putri itu memberi kuis dan hadiah. Seketika itu juga, seperti disulap, ruangan aula Madaris 3 mendadak meriah, dan beliau menlanjutkan ceritanya lagi. Suasana menjadi hening kembali.

Acara yang dimulai jam 09.00 WIB itu juga menampilakan 12 pementasan seni oleh siswi-siswi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah. Namun sebelumnya, panitia terlebih dahulu membacakan pemenang kegiatan ekstra kursus matematika. “Ada dua kategori, yakni pemenang dengan nilai tertinggi dan kategori peserta kursus paling rajin,” kata Mega, selaku tutor kursus matematika dan membatik di Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah itu.

Peringkat satu diraih oleh Shofa’ Infiroj, kemudian disusul Ibat, dan Arika. Sedangkan peserta kursus paling aktif diraih oleh Maria Ulfa. Semuanya adalah kelas akhir MI 3 Annuqayah. Setelah pemberian hadiah, mereka langsung dihujani tepuk tangan oleh teman-temannya.

Pada sesi pementasan, acara dibuka dengan penampilan Paduan Suara Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah (PSMI3A). Mereka membawakan empat lagu secara berturut-turut; Hymne Guru, Terima kasihku, Gugus Pramuka dan Terima kasih Madaris 3. Selain itu, Sanggar Pelangi juga menampilkan pentas drama, komedi, saman, dan musikalisasi puisi. Seusai acara, anak-anak foto bersama, makan-makan, dan mengevaluasi kegiatan.

“Acara ini menyenangkan sekali, sekaligus mengharukan,” kata Shofa Infiroj, salah satu siswi kelas akhir pemenang pertama kursus matematika ekstra di MI 3 Annuqayah. “Pokoknya, MI 3 is the best!” kata Arika mantap, menutup kebersamaan di ruang aula Madaris 3 siang itu.

09 Juni 2010

Robert Kingham Resmikan MRC dan UKS MTs 3 Annuqayah


Siti Nujaimatur Ruqayyah, XII IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK— Senin (07/06) kemarin, peresmian Madrasah Resources Center (MRC) dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) MTs 3 Annuqayah oleh pihak LAPIS (Learning Asistence Program For Islamic School) INTEGRASI dilaksanakan. Robert Kingham, LAPIS Senior Technical Adviser, dan Alison Atwell, beserta mitra LAPIS dari berbagai lembaga madrasah yang lain turut hadir dalam acara tersebut.

Tepat pukul 11.11 WIB acara dimulai setelah sebelumnya para tamu yang hadir berkeliling ke berbagai unit (Perpustakaan, Kantin, dan tempat lainnya) di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Acara yang bertempat di aula Madaris 3 itu berlangsung formal, dibuka dengan pembacaan basmalah bersama kemudian dilanjut dengan sambutan-sambutan serta peresmian MRC dan UKS oleh Robert Kingham yang ditandai dengan pengguntingan pita.

Namun demikian, penampilan yel-yel dari siswi MTs 3 Annuqayah dan sing a song serta line dancing dari Edelweiss English Club KGCC #005 Madaris 3 Annuqayah telah memeriahkan acara tersebut. Apalagi MC acara juga dikemas dengan dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Suguhan makanan acara ini sengaja memilih sajian yang berbahan pangan lokal, seperti: korket, kaleppon, tattabun, dan makanan lokal lainnya. Minumannya pun mengambil dari khazanah Madura yaitu la’ang. Semua ini semakin menambah suasana nyaman bagi para undangan. Hal itu tampak saat mereka berebutan mengambil suguhan itu sebelum acara berlangsung. Tampak mereka memborong makanan itu ke ruang acara untuk dinikmati saat acara berlangsung.

Selain itu, PSG (Pemulung Sampah Gaul), AMC (Astronomi Madaris Club), dan siswi jurusan IPA SMA 3 Annuqayah turut berperan serta dengan mengadakan taman sains, memamerkan berbagai karya mereka. Taman Sains itu bertempat di sebelah utara kantor MTs 3 Annuqayah.

“Sebagai siswi Madaris 3, tentu mereka memang harus berpartisipasi, minimal sebagai ungkapan rasa terima kasih terhadap bantuan LAPIS,” kata Hamilatun, anggota Edelweiss dan alumnus SMA 3 Annuqayah, yang ikut tampil dalam acara tersebut.

Pendirian MRC dan UKS di MTs 3 Annuqayah merupakan bagian dari program LAPIS AusAID. Dana yang disalurkan dari LAPIS INTEGRASI di MTs 3 ini telah dikelola untuk mengembangkan berbagai sarana di MTs 3. Di antaranya telah digunakan untuk membangun kantin, taman bunga, MRC, UKS, dan untuk memperbaiki fasilitas lainnya.

MRC yang terletak di sebelah Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah ini awalnya biasa digunakan sebagai ruang kelas. Saat ini ruang itu telah memiliki berbagai fasilitas, seperti 3 unit komputer, 2 unit printer, 1 unit TV, 1 unit DVD player, 1 unit tape recorder, layar proyektor, buku-buku sebagai bahan referensi, serta berbagai layanan lain yang dapat meningkatkan kompetensi guru dan siswa. Selain itu di sana juga ada alat peraga sains dan Matematika. “Pokoknya MRC benar-benar bermanfaat. Saya bisa belajar dengan lebih menyenangkan,” ungkap Ummu Naqiatin, siswi kelas IX A MTs 3 saat dimintai tanggapannya mengenai keberadaan MRC di sekolahnya.

Sedangkan UKS terletak di sebelah selatan kantor MTs 3 bagian putri. Ruangan ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan peserta anak didik di sekolah.

M. Faizi, Direktur Madaris 3 Annuqayah, dalam sambutannya mengatakan bahwa Madaris 3 memang telah berupaya untuk memaksimalkan bantuan LAPIS INTEGRASI yang diberikan kepada MTs 3 Annuqayah, agar dapat berfungsi dengan baik. “Tentu saja segala bentuk bantuan diharapkan jangan sampai dinodai,” ucap Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep, H. Imron Rasyidi, SH, M.Si, dalam sambutannya.

Lain halnya dengan Robert Kingham. Ia tak mau menyebut pemberian LAPIS ini sebagai bantuan. Ia mengatakan bahwa semuanya hanyalah sebagai bentuk dorongan. MTs 3 Annuqayah ini sudah dianggapnya mampu, hanya saja masih membutuhkan arahan dan dukungan saja. “Jika kita umpamakan dengan menyeberang jembatan. Sekolah ini bukan tak mampu untuk berjalan. Tapi hanya butuh dorongan saja untuk sampai pada tujuan,” tuturnya dalam bahasa Indonesia meski dengan belepotan.

Setelah memberi sambutan, Robert Kingham menandatangani prasasti. Saat itu mulailah tepuk tangan memenuhi ruang aula. Peresmian MRC dan UKS MTs 3 Annuqayah yang ditandai dengan pengguntingan pita pun segera dimulai. Seluruh peserta acara beramai-ramai mengunjungi MRC––tempat pengguntingan pita, untuk menyaksikan peresmian tersebut. Tepuk tangan kembali terdengar, semakin memeriahkan acara yang berakhir pada pukul 12.30 WIB itu.

Acara berakhir. Namun para undangan masih kembali berkumpul untuk mengikuti acara makan bersama di sebelah timur kantor MTs 3 Annuqayah. AMC (Astronomi Madaris Club) pun masih ingin menampilkan aksi mereka dengan meluncurkan roket air buatan mereka. “Kita juga masih ingin membuat para tamu terhibur sebelum mereka pulang,” kata Muniratul Himmah, salah satu anggota AMC (Astronomi Madaris Club) yang tampaknya paling bersemangat di antara yang lain.

08 Juni 2010

PSG Gelar Sharing Seputar Lingkungan

Nurul Elmi, XII IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Sabtu (29/05/2010) usai jam sekolah, sekitar pukul 12.40 WIB, semua anggota PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah terlihat sedang sibuk membersihkan ruang Lab IPA sebab mereka akan kedatangan tamu yaitu K. Humaidi salah satu anggota Laskar Hijau Klakah, Lamongan, yang kebetulan pernah bertemu saat PSG mengikuti Maulid Hijau di Lamongan pada beberapa minggu yang lalu.

Sebelumnya mereka sempat bingung acaranya mau diformat seperti apa karena pembimbing PSG, Bu Mus’idah Amin, sedang tidak enak badan sehingga tidak dapat menemani dan membantu mereka. Atas saran anggota PSG senior, Siti Nujaimatur Ruqayyah, akhirnya acaranya diformat sebagai sharing dan bincang-bincang santai seputar lingkungan. Dia juga menambahkan bahwa acara sharing ini juga bertujuan sebagai stimulus dan penambah semangat perjuangan pada anggota PSG agar tidak merasa bingung pada tujuan yang sebenarnya yaitu untuk menyelamatkan alam.

Acara itu dimulai pada pukul 13.30 WIB dan dibuka oleh K. Muhammad-Affan, salah satu guru di SMA 3 Annuaqayah, yang menyempatkan diri untuk hadir meski hanya sebentar. Anggota PSG yang hadir waktu itu sekitar 32 orang yang terdiri dari 3 orang siswi MTs 3 Annuqayah dan sisanya adalah siswi SMA 3 Annuqayah.

Acara itu dilaksanakan dengan sangat sederhana karena memang tanpa persiapan apa-apa. K. Humaidi maupun peserta yang hadir duduk secara lesehan dengan alas seadanya. Namun meski sangat sederhana acara itu tidak mengurangi samangat dan kemauan mereka. “Meski sederhana yang penting bisa belajar,” ujar Indah Susanti, Ketua PSG yang kini duduk di kelas X A.

Suasana berlangsung cukup santai. Setelah acara dibuka, K. Humaidi memberikan sedikit ulasan tentang lingkungan, kemudian pada menit berikutnya acara diisi dengan tanya jawab seputar lingkungan. Sosok K. Humaidi yang ramah mengundang rasa kagum mereka tatkala menyampaikan jawaban-jawabnya kepada setiap pertanyaan yang diajukan secara lugas dan sistematis.

Kadang-kadang mereka juga memberi jeda dengan tertawa ketika K. Humaidi memberikan jawaban yang lucu dalam penjelasannya. Acara berakhir dengan penuh kepuasaan yang tersirat di wajah mereka.

OPTIMA-3, Optimalkan Purna Pendidikan Siswa SMA 3 Annuqayah

Ummul Karimah, siswa kelas XII IPA SMA 3 Annuqayah

Bagi siswa kelas akhir tingkat SLTA, mungkin sekaranglah waktunya santai dan berleha-leha. Tapi tidak bagi siswa SMA 3 Annuqayah. Mereka kini disibukkan oleh tanggung jawab yang mulia. Tantangan yang sulit namun memikat.

Setelah melalui proses penggodokan, dari acara pra OPTIMA-3 (Orientasi Pengabdian dan Terapan Intelektual Madaris 3 Annuqayah) selama 3 hari (16-18/04), dan OPTIMA-3 selama 5 hari (20-24/04), siswa kelas akhir SMA 3 Annuqayah akhirnya diresmikan untuk magang di masing-masing unit Madaris 3 Annuqayah (28/04-02/05). Siswa yang berjumlah 57 orang itu dibagi menjadi 5 kelompok untuk ditugaskan di lembaga SMA, MI, MTs, perpustakaan, dan MRC (Madrasah Resources Center).

Selama pelaksanaan OPTIMA-3 ini, para peserta disuguhi berbagai materi. Di antaranya tentang: mencari jaringan (mengembangkan wawasan dalam mencari mitra), menjadi pemimpin yang profesional, perempuan karier, analisa diri, dan masih banyak yang lainnya. Adapun nara sumber dari materi-materi tersebut adalah para dosen yang telah lulus pasca sarjana S2. Hal tersebut sengaja dilakukan panitia agar OPTIMA-3 kali ini benar-benar dapat mengasah kecanggihan intelektual siswa.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya nara sumbernya guru SMA 3 Annuqayah sendiri, sekarang kami persembahkan yang baru. Semoga siswa bisa lebih semangat,” tambah Hamilatun, alumnus siswa SMA 3 Annuqayah yang merupakan ketua panitia dalam acara tersebut.

Selain mengikuti materi pada siang hari, mereka juga disibukkan oleh kegiatan pada malam hari. Yakni mereka mengaji al-Qur’an bersama selepas makmum Maghrib dan Isya’. Usai mengaji mereka harus bersiap-siap mengikuti pengajian kitab kuning yang diisi oleh K.H. Wakid Yusuf, guru bidang studi Nahwu (ilmu yang mempelajari cara baca kitab yang baik) di SMA 3 Annuqayah. Setelah itu barulah mereka bisa berkumpul untuk bercerita tentang suka-duka yang mereka rasa.

Inspirator kegiatan OPTIMA-3, K.H. Ahmad Hazim, menuturkan bahwa acara ini awalnya adalah tuntutan untuk mengkondisikan siswa kelas akhir. Hal ini dirasa sangat perlu untuk direalisasikan dalam sebuah kegiatan, mengingat adanya kecaman dan tudingan dari beberapa guru dan masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa biasanya siswa kelas akhir bersifat nakal dan tak bisa diatur. Lebih-lebih saat mereka menunggu kelulusan. Maka untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, lalu diadakanlah acara OPTIMA-3—tiga kegiatan yang disatukan dalam satu paket ini.

“Awalnya siswa memang bersikap frontal dan tidak mau diatur dalam bentuk apa pun. Tapi setelah acara yang berasal dari kata bakti alumni ini dibungkus dalam serangkaian kegiatan yang menarik, mereka lantas merasa asyik dan ketagihan. Alhamdulillah sudah tiga kali berjalan sejak 2008 lalu,” papar bapak pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nurul Hikmah yang kini menjabat sebagai guru bidang studi sejarah di SMA 3 Annuqayah ini.

Mereka amat menikmati momen ini. Tak ada protes terlontar dari mulut mereka atau bahkan aksi demo. Mereka lalui hari-hari dan kebersamaan yang hampir usai itu. Tawa, air mata, dan sulaman kisah berwarna juga ikut menyaksikan betapa persahabatan dan persaudaraan begitu melekat dalam jiwa mereka.

Kebersamaan itu sangat terasa saat mereka bermalam di SMA 3 Annuqayah selama 5 hari dalam acara tersebut. Hingga jadwal yang padat tak menjadi masalah bagi mereka. Bahkan mereka terus memancarkan aura semangat yang menagalir sepanjang hari.

Semangat yang begitu merah itu, salah-satunya dirasakan oleh Siti Nujaimatur Ruqayyah. Dara asal desa Tambuko yang pernah meraih teladan pada tahun 2006 di tingkat MTs ini mengaku tak kan menyia-nyiakan saat-saat terakhir bersama teman-temannya dalam keadaan lemah dan loyo. Ia juga mengaku akan memberikan yang terbaik bagi Madari 3 Annuqayah.

“Saya tak tahu apa yang harus saya berikan untuk lembaga. Saya pun tak punya apa-apa, kecuali pengabdian yang bisa saya terapkan dalam acara OPTIMA-3 ini. Saya akan maksimalkan pengabdian yang hanya sebulan ini untuk memberikan yang terbaik. Kawan, ayo semangat! Semangat!” ungkapnya sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Acara OPTIMA-3 ini memang dirasa sangat bermanfaat bagi seluruh kalangan Madaris 3 Annuqayah. Baik guru maupun siswa itu sendiri. Selain dapat membantu mengurus Madaris 3, OPTIMA-3 juga dapat membantu alumni mengembangkan intelektual untuk menghadapi dunia baru dan tantangan zaman.

Mencetak kader yang berwawasan luas dan berakhlakul karimah memang merupakan visi-misi lembaga Madaris 3 Annuqayah. Madaris 3 Annuqayah adalah sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Annuqayah. Di dalamnya terdiri 3 unit lembaga. Nama lembanganya: MI, MTs, dan SMA.

Jika di lembaga-lembaga pesantren lain ada yang dibaur dengan para santri putra, namun lain halnya dengan lembaga ini yang hanya dikhususkan untuk kaum hawa. Para siswa Madaris 3 Annuqayah ini diasah untuk dapat menjadi kader yang berguna bagi bangsa dan agama.

“Kegiatan OPTIMA-3 ini sangat berpengaruh sekali bagi mental siswa. Jadi jangan sia-siakan kegiatan ini. Mari asah intelektual kalian saat ini. Lalu tuangkan saat kalian telah menjadi manusia yang benar-benar manusia,” saran M. Faizi dengan nada memberi semangat.

Apresisasi juga diberikan oleh H. Mahfud Manaf, selaku Kepala Sekolah di lembaga MI 3 Annuqayah. beliau mengaku bahwa OPTIMA-3 kali ini benar-benar sangat bermanfaat bagi lembaganya. “Kalau ada kelas kosong, mereka bisa ngisi dengan belajar dan bermain bersama anak-anak. Jadi tak ada waktu belajar yang terbuang. Dan saya lihat anak-anak senag dengan para peserta OPTIMA-3 ini,” tuturnya.

Hingga pada akhirnya, akan tiba saatnya air mata berlinang dan menetes dari mata bening para siswa. Lantaran begitu berat hati mereka meninggalkan lembaga tercinta. Namun pada kenyataan yang ada, mau tidak mau mereka harus melangkahkan kaki membawa ribuan kenangan manis yang mereka rajut sedari dulu. Mereka harus meneruskan perjalanan panjang untuk menuju titik sempurna: cita, citra, dan cinta.

Kawan, melajulah! Perahu menantimu di seberang sana.

Bawalah nama Madaris 3 Annuqayah dalam setiap derap langkahmu. Harumkan ia dengan citramu. Lalu kembalilah lagi ke Madaris 3 barang sebentar. Untuk sekedar mewarnai kembali cacatan tercecer di antara rumput-rumput liar halaman sekolah. Atau untuk memberikan seluruh jiwa dan ragamu seutuhnya.


Tulisan ini dimuat di Forum Muda Kompas Jawa Timur, 22 Mei 2010.

07 Juni 2010

PSG Ikuti Acara Maulid Hijau

Ummul Karimah dan Siti Nujaimatur Ruqayyah, Siswi XII IPA SMA 3 Annuqayah

GULUK-GULUK—Pada tanggal 14-16 Mei yang lalu, Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah mengikuti acara Maulid Hijau yang dilaksanakan oleh masyarakat di sekitar Ranu Lemongan/Ranu Klakah yang ada di Desa Tegal Randu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kegiatan ini sebenarnya merupakan kampanye untuk kegiatan penghijauan. Format kegiatannya berupa penggabungan antara Maulid Nabi, kegiatan pelestarian lingkungan dan seni budaya seperti penghijauan di sekitar Ranu Lemongan, Gunung Lemongan, pagelaran kesenian tradisional, kompetisi perlombaan tradisional serta upacara selamatan desa.

Pemulung Sampah Gaul mengirim tujuh orang delegasi untuk berpartisipasi dalam mengikuti acara yang telah berlangsung sejak tahun 2006 itu. Tujuh orang itu terdiri dari 3 orang dari Tim Sampah Plastik, 2 orang dari Tim Konservasi Pangan Lokal, 1 orang dari Tim Pupuk Organik, dan 1 orang guru pendamping.

“Rupanya mereka ingin memberikan yang terbaik untuk PSG, hingga kurang rasanya jika saya hanya mengacungkan dua jempol untuk menilai semangat mereka,” ungkap Mus’idah, guru pendamping yang hadir dalam acara itu.

Rombongan PSG tiba di Lumajang pada Jum’at dini hari, 14 Mei, pukul 02.00 WIB. Mereka beristirahat, melepas lelah sejenak, di rumah Iklilah, alumnus SMA 3 Annuqayah, yang kebetulan hanya berjarak sekitar 25 km dari lokasi pameran. Rombongan baru mulai beraktivitas pada pagi harinya, mulai dari menghias stan sampai menata dekor dan barang-barang yang akan dipamerkan. Semua bisa cepat terselesaikan dan pastinya tak kalah saing dengan stan yang lain, meski hanya dengan tenaga kerja para kaum hawa.

Selama acara berlangsung, banyak pengetahuan yang mereka peroleh. Di antaranya mengikuti lokakarya pembuatan topeng di stan Mbah Harryadjie Bs, seniman Nusantara, yang bersebelahan dengan stan PSG.

Selain pengetahuan membuat topeng dari sampah organik, ada pula yang berkesempatan mengikuti acara pelatihan yang bertajuk “Menjadi Politikus”. Acara yang masih satu paket dengan acara Maulid Hijau tersebut diikuti oleh Indah Susanti dan Muflihah. Meski pelatihan tersebut tentang politik, mereka mengaku sangat menikmati acara itu. “Ternyata politik itu tak seburuk yang saya kira, tergantung siapa yang memainkannya,” ungkap Indah Susanti, ketua PSG, saat bercerita kepada teman-temannya setelah kembali dari acara pelatihan tersebut.

Ada pula dari mereka yang berkesempatan berkunjung ke rumah Mbah Tjitra, sahabat sekaligus asisten Ir. Soekarno yang masih hidup dan berumur 108 tahun. “Saya merasa diseret kembali pada tahun 1940-an. Bangunan rumahnya yang unik dan penulisan tanggal pembangunan di setiap tembok hanya bisa bikin saya geleng-geleng takjub. Yang paling penting, semangatnya itu lho… Kok masih bisa naik-turun Gunung Lemongan untuk menanam pohon di usinya yang sudah renta,” tutur Ummul Karimah yang kebetulan ikut mendaki Gunung Lemongan untuk berkunjung ke basecamp Laskar Hijau.

Mbah Matruki dan Hutan Buah

Selain Mbah Tjitro, ada pula sosok yang sudah satu tubuh dengan alam. Mbah Matruki, mantan Kepala Desa Tegal Randu, bercerita sekilas tentang Laskar Hijau. Dia menuturkan bahwa Laskar Hijau adalah komunitas yang lahir pada tahun 2006 atas inisiatif K. Abdullah al-Kudus dan didasari atas kepedulian terhadap lingkungan.

Selain mengadakan acara Maulid Hijau ini, mereka juga melakukan penghijauan di Gunung Lemongan setiap hari. “Mereka punya mimpi menjadikan Gunung Lemongan sebagai hutan buah. Bukan untuk kita, tapi untuk anak cucu kita bersama,” tambah penduduk Desa Tegal Randu yang berasal dari Pamekasan ini.

Ke Celleng, sapaan akrab dari Mbah Matruki, awalnya hanyalah penduduk baru yang dianggap aneh oleh masyarakat Desa Tegal Randu karena kebiasaannya menanam pohon setiap hari. Mbah awalnya juga tidak disukai oleh penduduk, namun pada akhirnya setelah Mbah Matruki berhasil menghijaukan sekitar Ranu Klakah, para penduduk menyadari bahwa bumi saat ini telah “berubah sikap” kepada kita. Hal itu dilihat dari kejadian-kejadian bencana alam yang terjadi di seluruh dunia.

Sejak saat itu, pada 2006 lalu, K. Abdullah al-Kudus, salah satu tokoh masyarakat Desa Tegal Randu mengajak para penduduk untuk bersikap ramah dan cinta kepada lingkungan. Dan berdirilah komunitas Laskar Hijau yang kini dipercaya sebagai singa Desa Tegal Randu.

“Semoga siswi SMA 3 Annuqayah juga bisa meniru langkah Mbah Matruki yang telah menyulap Tegal Randu menjadi desa hijau,” kata Mus’idah berharap.

Acara berakhir pada hari Ahad, 16 Mei. Namun anggota PSG tidak mengikuti acara penutupan sampai selesai. Mereka harus bersiap-siap untuk kepulangan ke Sumenep. Tapi kepulangan mereka sedikit tertunda karena sebagian dari mereka ada yang tidak enak badan. Akhirnya rombongan pulang menuju Guluk-Guluk pada Senin, 17 Mei dini hari.

Setibanya di Guluk-Guluk, rombongan yang hadir ke acara Maulid Hijau ini berbagi pengalamannya pada kawan-kawan siswa SMA 3 Annuqayah pada Selasa, 18 Mei.