Ummul Karimah, Siswa XII IPA SMA 3 Annuqayah
Guluk-Guluk—Jika di berbagi sudut Annuqayah para santri sibuk memperbincangkan Piala Dunia 2010 dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak ketinggalan, salah satunya dengan menonton acaranya melalui stasiun televisi, maka lain halnya dengan komunitas PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah. Mereka tetap sibuk memperbincangkan masalah lingkungan yang belakangan telah menjadi tema aktual di dunia.
Pada hari Senin (22/06) kemarin, PSG juga menggelar acara nonton bareng seperti halnya santri PPA Nirmala dan PPA Latee. Namun tontonan yang disajikan oleh PSG tersebut bukanlah sepak bola, melainkan film dokumenter tentang lingkungan berjudul ‘Home’. PSG juga tak perlu mencari televisi sebagai properti untuk menonton, tetapi mereka menggunakan layar LCD.
Menurut Indah Susanti, ketua PSG periode 2009-2010, siswa Madaris 3, khususnya komunitas PSG memang perlu diberi penguatan kapasitas tentang lingkungan. Tentunya dengan sajian yang tak selalu berbentuk diskusi. Salah satunya dengan diaadakannya acara nonton bareng kali ini. “Mungkin saja dengan acara nonton bareng film ilmiah tentang lingkungan kali ini dapat memberi semacam pencerahan bagi siswa dan dapat menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan secara mendalam,” harap Indah.
Tampak ratusan siswa Madaris 3 Annuqayah berbondong-bondong memasuki ruang aula Madaris 3 Annuqayah dengan muka bersemangat dan berseri-seri. Mereka berebut tempat duduk di bagian depan. Salah satu peserta yang hadir, Istifadatul Qamariyah, mengaku tak ingin ketinggalan sedikit pun dari seluruh bagian film yang disajikan. “Kalau saya duduk di belakang, saya rasa kurang afdhal. Nanti ada teman yang lebih besar di depan saya, terus dia malah menjadi pengganggu yang menghalangi sampainya pandangan saya pada layar di depan,” tambahnya dengan logat khasnya yang sangat lucu.
Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB tersebut berjalan cukup serius. Tampak seluruh siswa yang berjumlah sekitar 200-an orang itu khusyuk mengikuti alur film yang dirilis pada 5 Juni 2009 tersebut. Ruangan begitu sunyi, namun setelah sampai pada beberapa negara yang menampilkan pemandangan yang sangat indah barulah mereka mengucapkan kalimat subhanallah beberapa kali.
Namun, ketika sampai pada Indonesia yang menampakkan hutan lebat yang kemudian jadi gundul dan gersang, sebagian dari peserta ada yang menangis. “Sungguh kini telah terjadi pengkhianatan pada alam kita yang selalu setia menjadi sahabat kita. Jangan salahkan siapa-siapa jika sekarang harimau telah berkeliling ke rumah penduduk, karena tempat para fauna telah diusik oleh manusia yang serakah akan harta,” ujar Siti Nujaimatur Ruqayyah, salah satu senior PSG.
Film yang disajikan kali ini bukanlah film sembarangan. Melainkan film ilmiah yang berisi banyak ilmu dan informasi tentang masalah lingkungan. Dalam film tersebut dijelaskan secara detail tentang bagaimana alam sebelum dan setelah mengalami perubahan dan apa saja penyebabnya.
Film yang menyajikan informasi dan gambar dari puluhan negara itu tidak dikemas menggunakan dialog dan alur yang bercerita, melainkan lebih tepatnya hanya penyajian fakta dan narasi yang menarik dan menggugah.
“Film ini sepertinya juga berisi kritik pada dunia yang terlalu tamak untuk membangun gedung-gedung dan kendaraan berpolusi, sehingga hutan kita yang awalnya membentang amat indah, lahan yang seperti beludru hijau membentang tak terbatas, dan laut yang begitu memikat dengan keindahannya, telah dirusak begitu saja,” komentar salah satu siswa SMA 3 Annuqayah, yang tak mau disebutkan namanya seusai pemutaran film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar