Ummul Karimah, siswi XI IPA SMA 3 Annuqayah, Koordinator Sosialiasi dan Promosi Tim Gula Merah School Climate Challenge Competition British Council
Saat itu, tanggal 22 Mei 2009, saya dan teman-teman Tim Gula Merah menyusuri jalan setapak pelosok menuju desa Berekas Daja untuk melakukan sosialisasi ke ibu-ibu Muslimat NU. Saya mengira anggota Muslimat yang hadir hanya sedikit, tapi sekitar pukul 14.00 WIB, saat saya sampai dan menginjakkan kaki saya di depan Masjid Attarbiyah, tempat Muslimat bekumpul, mata saya terbelalak menatap kurang lebih 200 perempuan yang santai menunggu kedatangan kami. Saya pun tetap melangkah mencoba percaya diri dan tetap tegar. Sejujurnya, hati saya dag dig dug.
Tak selang berapa lama, tim kami dipersilakan duduk, dan pengasuh, yaitu Ny. Zulfa, menyerahkan mik pada kami. Ia menyambut kami dengan senyum lebar. “Selamat datang,” ujarnya pada kami. Maka Mus’idah Amin, guru pembimbing Tim Gula Merah yang ikut mendampingi sosialisasi ke tempat itu menjawab, “Senang sekali bisa hadir di tempat ini,” katanya.
Saat sosialisasi berlangsung, seluruh peserta yang hadir mengangguk-angguk. Sepertinya mereka mulai mencerna keterangan yang disampaikan oleh 2 orang anggota tim secara bergantian. Dan ternyata ini terbukti saat diakui oleh Hj. Maimunah, salah satu hadirin, bahwa ia ingin lebih damai dengan alam. Ia juga mengaku takut saat Mus’idah menyampaikan bahwa banyak desa lain yang mengalami banjir akibat penebangan pohon secara liar tanpa reboisasi. “Saya mendukung tim ini, dan ketika saya hendak mengadakan acara, saya akan menggunakan gula merah sebagai menu utama,” ungkapnya dengan mata berbinar-binar.
Sementara itu, ibu-ibu yang lain juga serempak mengatakan “Ya!” saat ditanya tentang kesiapan mereka melestarikan gula merah pohon siwalan. “Akhirnya…” pungkas Mus’idah bernafas lega.
1 komentar:
gule mera...gula mera tolong beliagi morah meriah coma` 10000 sakelu
Posting Komentar