Oleh Khazinah
Meninjaklanjuti aksi Hari Bumi 22 April 2008 yang lalu, setelah melalui proses pemilahan dan pencucian, kemudian terkumpullah sampah plastik yang sudah bersih. Aksi kami (Pemulung Sampah Gaul, atau PSG) selanjutnya adalah: tiap kelompok bermusyawarah tentang karya apa saja yang akan dibuat. Mulanya kami tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah plastik yang begitu banyak itu. Tidak ada pembimbing khusus yang mengajari kami tentang bagaimana cara membuat kerajinan dari plastik. Tapi, meskipun demikian, kami para PSG tetap bersemangat mencari ide untuk membuat sampah plastik menjadi sesuatu yang lebih berharga. Dalam benak kami tertancap kata-kata penyemangat: saya bisa, saya harus bisa, saya pasti bisa.
Pada awalnya kerajinan plastik yang kami rancang itu dibuat secara manual. Meskipun dengan cara manual, ternyata kami bisa menghasilkan beberapa macam bentuk kerajinan dari plastik seperti tas, dompet, tempat alat tulis, dan sebagainya. Hasilnya tidak begitu mengecewakan, meskipun tidak seperti yang diperjualbelikan di toko-toko kerajinan. Tapi itu adalah sebuah kebanggaan bagi kami yang telah ikut berpartisipasi mengurangi polusi sampah yang kian membludak.
Pada proses pembuatan kerajinan plastik, semangat kami sempat surut, karena sulitnya mendapatkan peralatan dan perlengkapan yang kami butuhkan untuk lebih mempercantik hasil kerajian sampah plastik. Bahkan ketika beberapa dari teman kami mencari toko yang menjual peralatan dan perlengkapan tersebut, mereka sempat kelimpungan sebab di daerah kami sangat sulit menemukan toko yang menjual peralatan dan perlengkapan untuk mengolah kerajinan sampah plastik Karena sulitnya mendapatkan peralatan dan perlengkapan tersebut, maka kami terpaksa menggunakan bahan seadanya yang sekiranya dapat mempercantik hasil kerajinan kami. Kami menggunakan pita, selang, benang siyet, plastik mika, risleting, dan alat-alat sederhana lainnya.
Ternyata hasilnya cukup memuaskan. Bahkan, setelah melihat hasil kerajinan sampah plastik yang kami buat, banyak lembaga lain yang ingin belajar dari kami tentang pemanfaatan sampah menjadi sesuatu yang layak pakai.Terkait dengan ini, maka pada tanggal 4-5 Juni 2008 kemarin dua orang anggota PSG diutus untuk menyalurkan sedikit ilmu dan pengalamannya untuk melatih teknik pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan. Dua orang anggota PSG itu mengajari siswi-siswi Madrasah Aliyah 1 Annuqayah putri yang juga punya kepedulian lingkungan. Beberapa sekolah lain sudah menghubungi kami dan ingin belajar tentang pengolahan sampah plastik, di antaranya Madrasah Aliyah Annajah I Karduluk.
Dalam satu pekan terakhir, pengerjaan kerajinan sampah plastik ini semakin mendapat angin segar. Selain tersedianya peralatan pendukung yang lebih baik, seperti tali tas 'beneran', anak-anak PSG secara berkala dan intensif saat ini digembleng khusus untuk peningkatan mutu dan desain kerajinan oleh Lora Khathibul Umam yang kebetulan sedang berlibur—beliau kuliah di Jogja.
Dan alhamdulillah saat ini kami bisa menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya dan sudah layak untuk dijual. Sampai saat ini hasil karya kami sudah terkumpul sangat banyak dari berbagai model dan bentuk mulai dari tempat pensil yang berbentuk persegi empat hingga segi tiga.
Kabar terakhir, hasil kerajinan kami mendapat perhatian khusus dari pihak sekolah. Insya Allah, di ajang lomba menjelang pembagian rapor bulan depan, di Madaris 3 akan diadakan Pameran Karya Siswa yang di antaranya akan menampilkan hasil kerajinan kami. Bahkan, kemarin kami mendapat kabar bahwa aktivitas kami akan diliput oleh Madura Channel, televisi lokal di Madura.
Teman-teman PSG, jangan berhenti berkarya!
Khazinah, siswi XI IPS SMA 3 Annuqayah, anggota Pemulung Sampah Gaul (PSG).
Meninjaklanjuti aksi Hari Bumi 22 April 2008 yang lalu, setelah melalui proses pemilahan dan pencucian, kemudian terkumpullah sampah plastik yang sudah bersih. Aksi kami (Pemulung Sampah Gaul, atau PSG) selanjutnya adalah: tiap kelompok bermusyawarah tentang karya apa saja yang akan dibuat. Mulanya kami tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah plastik yang begitu banyak itu. Tidak ada pembimbing khusus yang mengajari kami tentang bagaimana cara membuat kerajinan dari plastik. Tapi, meskipun demikian, kami para PSG tetap bersemangat mencari ide untuk membuat sampah plastik menjadi sesuatu yang lebih berharga. Dalam benak kami tertancap kata-kata penyemangat: saya bisa, saya harus bisa, saya pasti bisa.
Pada awalnya kerajinan plastik yang kami rancang itu dibuat secara manual. Meskipun dengan cara manual, ternyata kami bisa menghasilkan beberapa macam bentuk kerajinan dari plastik seperti tas, dompet, tempat alat tulis, dan sebagainya. Hasilnya tidak begitu mengecewakan, meskipun tidak seperti yang diperjualbelikan di toko-toko kerajinan. Tapi itu adalah sebuah kebanggaan bagi kami yang telah ikut berpartisipasi mengurangi polusi sampah yang kian membludak.
Pada proses pembuatan kerajinan plastik, semangat kami sempat surut, karena sulitnya mendapatkan peralatan dan perlengkapan yang kami butuhkan untuk lebih mempercantik hasil kerajian sampah plastik. Bahkan ketika beberapa dari teman kami mencari toko yang menjual peralatan dan perlengkapan tersebut, mereka sempat kelimpungan sebab di daerah kami sangat sulit menemukan toko yang menjual peralatan dan perlengkapan untuk mengolah kerajinan sampah plastik Karena sulitnya mendapatkan peralatan dan perlengkapan tersebut, maka kami terpaksa menggunakan bahan seadanya yang sekiranya dapat mempercantik hasil kerajinan kami. Kami menggunakan pita, selang, benang siyet, plastik mika, risleting, dan alat-alat sederhana lainnya.
Ternyata hasilnya cukup memuaskan. Bahkan, setelah melihat hasil kerajinan sampah plastik yang kami buat, banyak lembaga lain yang ingin belajar dari kami tentang pemanfaatan sampah menjadi sesuatu yang layak pakai.Terkait dengan ini, maka pada tanggal 4-5 Juni 2008 kemarin dua orang anggota PSG diutus untuk menyalurkan sedikit ilmu dan pengalamannya untuk melatih teknik pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan. Dua orang anggota PSG itu mengajari siswi-siswi Madrasah Aliyah 1 Annuqayah putri yang juga punya kepedulian lingkungan. Beberapa sekolah lain sudah menghubungi kami dan ingin belajar tentang pengolahan sampah plastik, di antaranya Madrasah Aliyah Annajah I Karduluk.
Dalam satu pekan terakhir, pengerjaan kerajinan sampah plastik ini semakin mendapat angin segar. Selain tersedianya peralatan pendukung yang lebih baik, seperti tali tas 'beneran', anak-anak PSG secara berkala dan intensif saat ini digembleng khusus untuk peningkatan mutu dan desain kerajinan oleh Lora Khathibul Umam yang kebetulan sedang berlibur—beliau kuliah di Jogja.
Dan alhamdulillah saat ini kami bisa menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya dan sudah layak untuk dijual. Sampai saat ini hasil karya kami sudah terkumpul sangat banyak dari berbagai model dan bentuk mulai dari tempat pensil yang berbentuk persegi empat hingga segi tiga.
Kabar terakhir, hasil kerajinan kami mendapat perhatian khusus dari pihak sekolah. Insya Allah, di ajang lomba menjelang pembagian rapor bulan depan, di Madaris 3 akan diadakan Pameran Karya Siswa yang di antaranya akan menampilkan hasil kerajinan kami. Bahkan, kemarin kami mendapat kabar bahwa aktivitas kami akan diliput oleh Madura Channel, televisi lokal di Madura.
Teman-teman PSG, jangan berhenti berkarya!
Khazinah, siswi XI IPS SMA 3 Annuqayah, anggota Pemulung Sampah Gaul (PSG).
5 komentar:
Gila jua tuh sampah! Hebat.
PRADA aja gak bisa bikin kayak beginian...
Assalamualaikum...
Ketika mendengar kabar tentang kegiatan hari bumi yang dilakukan adik-adik (maaf saya sebut adik, karena saya yakin usia kalian masih lebih tua saya) santri putri annuqayyah, hati saya menjadi terketuk untuk membuka blogg ini. setelah membaca beritanya, saya merasa menjadi yang terkecil. betapa tidak, di usia saya yang sudah mendekati bau kubur ini belum mampu berbuat seperti apa yang adik-adik lakukan. tidak banyak yang bisa melakukan hal seperti itu, melihat sampah bukan sebagai barang yang tidak berharga tapi bisa disulap menjadi sesuatu yang tidak kecil manfaatnya. saya yakin kalianlah pahlawan lingkungan yang sebenarnya. teruslah berbuat agar kegiatan semacam itu tidak sekedar ceremony dalam moment tertentu saja. saya yakin seyakin-yakinnya, Allah tidak akan tutup mata dengan apa yang sudah kalian lakukan, dan Dia pasti setuju.
Kalau boleh, saya ingin menjadikannya sebagai feature (karena kebetulan saya saat ini masih aktif sebagai wartawan harian umum Media Indonesia untuk wilayah liputan Madura). tapi tentu bantuan dari adik-adik dan kawan-kawan di guluk-guluk sangat saya harapkan, paling tidak ada foto kegiatan dan data penunjang lainnya. SELAMAT BERBUAT. KIBARAN MERAH PUTIH DI HATI PERTIWI MENYAMBUT SEMANGAT KALIAN
salam
menarik membaca artikel ttg pengelolaan sampah ini. Apa yang dianggap sampah bisa di olah menjadi sesuatu yang berguna oleh teman-teman. Kawan-kawan bisa menciptakan karya-karya yang lain dari sampah itu. Inspirasinya bisa di dapatkan di buku atau majalah-majalah. Bisa karya yang dihasilkan lebih variasi. Mungkin bisa di jelaskan secara lebih detail di blog ini ttg bagaimana proses pemilahannya, membutuhkan waktu berapa lama dan seterusnya. Jadi di ceritakan secara detail dan berurutan tentang proses pembuatannya. Sapa tahu saya dan pembaca lain bisa belajar ^^
hehehehee
Tetap semangat ya ^^
Saya bangga membacanya! Lanjutkan adek adek
Posting Komentar