Oleh Amirul Islamiyah, Mega Eka Suciyanti, Ekaturrahmah, Siti Mailah
Berkembangnya modernisasi yang telah mengglobal berangkat dari latar belakang perkembangan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Semakin hari perkembangan teknologi semakin canggih, di mana-mana alat bantu yang sedang digunakan tidak lagi menggunakan tenaga manusia, akan tetapi menggunakan tenaga mesin. Industri banyak dibangun serta arus informasi dan komunikasi sudah banyak dikenal oleh masyarakat banyak. Jika pada zaman dahulu kebanyakan masyarakat yang masih gaptek (gagap teknologi) dan pola pikirnya masih primitif. Namun tidak demikian yang dialami masyarakat zaman sekarang, di mana-mana arus informasi dan komunikasi sudah dapat dinikmati langsung baik itu di jalan, di luar rumah atau bahkan di dalam kamar.
Perubahan-perubahan semakin pesat. Hal ini berangkat dari berbagai macam tehnologi (handphone, televisi, komputer, internet) dan informatika yang mulai menggejala di berbagai kalangan. Karena kecanggihan tehnologi tersebut kita dapat mengonsumsi bahkan menikmatinya dengan mudah, kita tidak usah repot-repot mengeluarkan tenaga ekstra karena sudah dapat menggunakan alat tersebut kapanpun dan dimanapun kita berada, hal ini tidak hanya berlaku di kota-kota besar saja melainkan dipelosok desapun sudah mulai dipengaruhi.
Pengaruh era globalisasi seperti: alat komunikasi dan teknologi informatika yang semakin meluas juga mempunyai sisi negatif yaitu kelancaran transportasi tersebut sangat mendukung proses distribusi antara produsen dan konsumen sehingga produk-produk luar negeri akan cepat meluas ke berbagai Negara. Sehingga rakyat Indonesia juga banyak yang tergiur mengoleksi barang-barang yang dibawa oleh luar negeri
Pengaruh industri pada masyarakat sudah mulai menjamur baik di kalangan masyarakat umum ataupun di kalangan pesantren. Namun kebanyakan yang menjadi korban industri adalah kaum perempuan, karena didukung oleh banyaknya kebutuhan perempuan daripada laki-laki, bahkan dari kenyataan yang ada dapat dikatakan 80% kaum perempuan yang berhasil dijadikan sebagai korban industri. Selain itu perempuan juga rentan dengan masuknya mode dan fashion.
Perkembangan industri yang semakin maju apalagi didukung oleh ketatnya persaingan dagang bisa memicu sebuah industri untuk memproduksi produk-produk sekunder dan tersier. Survey di lapangan membuktikan bahwa masyarakat lebih banyak mengedepankan kebutuhan sekundernya daripada kebutuhan primer.
Perindustrian pakaian, make-up, aksesoris kini menjadi semakin cerdas, sebagaimana telah diungkapakan oleh salah satu wali santri dari desa Prancak. Di mana produsen tidak lagi mengharap datangnya langsung konsumen ke toko-toko, tetapi mereka mencoba membayar sales untuk menjual kepelosok-pelosok desa. Hal ini mengakibatkan para wali santri menjadi tidak peduli terhadap kebutuhan pokok atau kebutuhan primer bahkan mereka menjadi fokus terhadap mode atau kebutuhan sekunder dan tersier.
Mode dan fashion juga dijadikan sebagai bisnis dalam industri. Sebenarnya mode and fashion yang kita kenakan sekarang bukanlah produk budaya lagi, hal ini terbukti dengan adanya perubahan life style bangsa kita yang dulunya masih merupakan bangsa yang primitive dan selalu memegang nilai-nilai kebudayaan, menjadi bangsa yang latah terhadap hasil produk domestik dan hasil impor negara lain, contoh kecilnya saja dalam masalah costum, akibat kemajuan industri yang didalangi oleh orang-orang barat, kebudayaan bangsa kita sedikit demi sedikit mulai terkikis, dari pakain yang bersifat tradisional menjadi pakaian yang serba terbuka, ini semua terjadi karena saking pandainya seorang produsen mendesain pakaian yang dapat menarik selera konsumen untuk terus mengonsumsi dan menikmati dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan pembuktian bahwa mode and fashion lebih dominan pada produk konsumtif dan industri, mode dan fashion dijadikan sebagai tolak ukur kemajuan produk industri. Selain hal tersebut salah satu faktor lainnya adalah untuk memperoleh kemenangan dan kekayaan, dengan adanya persaingan perindustrian antara yang satu dengan yang lain yang semakin menjadi, produsen selalu mencari cara dan ide-ide baru untuk tetap tampil lebih unik dan menarik perhatian masyarakat luas, sering kali kita juga menemukan peran wanita dan pria yang dijadikan objek utama dan korban industri sebagai perangsang konsumen untuk mengonsumsi hasil produknya. Adanya iklan dalam televisi membuktikan bahwa wanita sering dijadikan objek dalam mempromosikan suatu produk.
Kemajuan industri yang hasil produknya lebih menonjolkan unsur keindahan dan kecantikan sudah dapat mengubah paradigma bangsa kita, dampak industri mayoritas lebih mengacu pada hal-hal yang bersifat negatif, salah satu contohnya kehormatan sudah mulai diperdagangkan dan pencemaran terhadap lingkungan. Sudah sangat jelas sekali bahwa industri lebih banyak kemudharotannya dari pada kemaslahatannya, selain menghancurkan kebudayaan bangsa kita yang telah lama kita bangun, industri juga merusak moralitas bangsa pada umumnya dan para santri pada khususnya, walaupun pada hakikatnya industri juga merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan bangsa kita secara mudah dan praktis. Namun apakah semua sesuatu yang bersifat praktis itu baik? Bukankah sesuatu yang praktis justru malah membuat kita jadi malas untuk bekerja.
Berkembangnya industri juga memicu timbulnya dekadensi moral, hal ini terjadi karena adanya pengaruh mode dan fashion yang sudah mulai banyak berkembang. Selain pengaruh industri hal ini juga dipengaruhi oleh adanya pedagang asongan, yang menjajakan pakaian kerumah-rumah bahkan ke daerah pesantren. Pedagang tersebut sengaja membeli produk-produk tren masa kini untuk dijual kepada masyarakat karena mereka beranggapan produk seperti itulah yang memang dibutuhkan masyarakat sekarang sehingga, produk akan cepat laris di pasaran. Mereka para produsen tidak pernah memikirkan akan dampak negatif dari penjualan produk, yang ada dibenak mereka hanyalah laba dan laba. Tak heran jika banyak para santri yang mengikuti arus mode karena memang pada kenyataannya mereka didatangi informasi seputar mode walaupun kadang kala informasi tersebut lambat.
Selain cerdasnya produsen dalam memperoleh laba dan hal tersebut dapat memiliki dampak negatif terhadap moral masyarakat, hal ini juga disebabkan oleh faktor lingkungan dan keluarga yang kurang peduli terhadap perkembangnan anak. Keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepribadian dan penampilan seorang anak apalagi bagi anak yang melanjutkan pendidikan di pesantren. Karena biaya untuk kebutuhan sehari-hari masih ditanggung oleh orangtua. Kebanyakan keluarga yang tidak peduli terhadap perkembangan anak-anaknya, mereka memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada si anak sehingga lepasnya pengawasan itu dapat memberikan dampak negatif. Salah satunya membelanjakan sesuatu yang tidak begitu penting seperti membeli aksesoris secara berlebihan. Hal ini terbukti adanya salah satu santri dari Karang Jati yang mengaku sering membelanjakan uang kirimannya untuk membeli aksesoris secara berlebihan “kebetulan uang kirimanku banyak dan uang tersebut lebih dari biaya makan dan jajanku, dan kebetulan lagi aku memang suka mengoleksi aksesoris terbaru. Aku memang senang mengoleksi pernak-pernik terutama pin. Setiap minggu aku selalu membeli pin pada bapak-bapak yang menjajakan jualannya ke pondok,” tuturnya.
Warga Indonesia sendiri banyak yang menyalah gunakan produk industri, misalnya thank top yang diluar negeri digunakan pada musim panas, akan tetapi di Indonesia malah digunakan untuk bergaya. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia latah terhadap perubahan. Mereka menganggap pakaian negara yang mayoritas penduduknya menganut ajaran non islam cocok dengan keadaan negara kita yang mayoritas penduduknya beragama islam.
Sebuah kejadian yang amat lucu adalah ketika kami mewawancarai wali santri dari sumenep. Wali tersebut mengatakan bahwa jika seorang tinggal di daerah perkotaan dan tidak berpenampilan ala artis maka mereka akan dicemooh dan ditertawakan, “hidup di perkotaan haruslah mengikuti arus mode, karena apabila tidak demikian kita akan dikatakan orang yang ketinggalan zaman.” Demikian penuturan salah satu wali murid dari sumenep.
Minimnya pengetahuan agama yang dimiliki orang tua sehingga mudah melepas tanggung jawabnya sebagai orang tua yang seharusnya menjaga dan mendidik anaknya kearah yang positif, namun kita juga sering menemukan kenakalan remaja yang berasal dari keluarga yang berpendidikan, hal ini tak lain terjadi karena faktor lingkungan dan pergaulan yang sangat berpengaruh terhadap sikap, prilaku dan psikologis anak, "orang tua tidak ada apa-apanya dibandingkan pengaruh lingkungan terhadap situasi dan kondisi anak" Salah satu kutipan Kiai Ubaidillah, S.S yang diperoleh ketika kru teratai melakukukan interview, dari pemaparan di atas sudah sangat jelas sekali bahwa lingkungan yang tidak baik sangat mempengaruhi terhadap pola pikir serta prilaku anak begitu juga sebaliknya, lingkungan yang baik juga akan membawa dampak yang baik terhadap prilaku dan pola pikir anak tersebut, oleh karena itu jika kesadaran serta keimanan seseorang tidak dipupuk sejak dini kemungkinan besar perubahan-perubahan yang mengacu pada arah negatif akan terjadi.
Faktor yang sangat dominan adalah pengaruh lingkungan dalam masyarakat itu sendiri. Ketika kita berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan ketika itu pula kita akan menerima efek atau semacam pengaruh timbal balik baik secara lamban maupun cepat, misalnya dalam segi berpenampilan. Masyarakat yang baik juga akan memberikan pengaruh yang baik pula, sebaliknya lingkungan masyarakat yang kurang baik juga akan berdampak kurang baik pula. Masyarakat yang sudah terpengaruh selalu ingin meniru model baju yang sedang in di lingkungannya tanpa melihat keadaan ekonomi dan dampaknya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang lumrah dan banyak terjadi di kalangan masyarakat khususnya di kalangan remaja.
Salah satu korban dari pengaruh lingkungan yaitu Ani (nama samaran). Dia memaparkan bahwa teman-teman sepermainannya banyak yang telah terpengaruh oleh arus mode dan fashion yaitu teman-temannya mulai banyak meniru-niru penampiln artis, ketika kami kru teratai menanyakannya, mengapa sampai meniru cara penampilan artis? Katanya biar dikatakan lebih gaul dan mengikuti perkembangan zaman. Selain itu teman Ani itu merasa gengsi apabila tidak mengikuti perkembangan zaman ini. Korban mode dan fashion selain teman Ani yaitu salah satu siswi Madaris III yang ditindik bagian hidung dan lidahnya. Dengan hal ini sudah sangat jelas bahwa arus mode dan fashion sudah mulai masuk pada lingkungan pesantren.
Dekatnya dengan pasar atau pertokoan juga akan membuat kita larut dalam arus mode dan fashion karena ketika kita membutuhkan suatu barang maka tempat pertama yang kita tuju adalah pasar atau pertokoan. Menurut fakta yang ada, jumlah konsumen yang tempat tinggalnya berdekatan dengan pasar, jumlah barang yang dikonsumsi relatif lebih banyak daripada masyarakat yang tempat tinggalnya berjarak jauh dari pasar.
Faktor internal yang dimiliki oleh setiap individu juga sangat berpengaruh pada penampilan, baik itu didorong oleh rasa tidak percaya diri dan adanya sikap selalu ingin tampil menarik di depan publik. Apalagi bagi para remaja yang jiwanya masih labil dan rentan terhadap pengaruh luar, akibatnya mereka akan cepat menerima pengaruh luar tersebut secara cepat tanpa memilah sebelumnya. Mereka khawatir akan dicemooh jika tidak mengikuti tren terbaru sehingga mereka akan terdorong untuk mencari informasi tentang fashion terbaru baik dari majalah maupun dari teman-teman mereka.
Pendidikan yang rendah juga akan menyebabkan merosostnya moral masyarakat, di mana masyarakat akan meniru penampilan masyarakat negara maju yang dianggap modis dan gaul. Padahal pakaian modis untuk masyarakat barat belum tentu cocok terhadap kebudayaan kita. Kira-kira bagaimana masyarakat kita mengartikan modis? Menurut pendapat Kiai Naqib Hasan, S.Sos, modis itu bukanlah pakaian yang kualitas garmentnya mahal serta bukan pula pakaian yang dapat membuat seseorang bisa “membaca” lekuk tubuh kita. “Pakaian yang modis itu adalah pakaian yang apabila dilihat dari segi kualitasnya bukanlah harga yang mahal dan bukan pula pakaian yang menggambarkan lekuk tubuh, akan tetapi pakaian modis itu tergantung kepada siapa yang memakainya dan tergantung pada keilmuannya. Percuma orang itu berpenampilan modis sedangkan otaknya nol. Tapi coba kita lihat seseorang yang berpakain rapi dan sederhana, mereka akan terlihat lebih berwibawa daripada orang yang berpenampilan “sok gaul” sedangkan otaknya nol.” Papar beliau kepada salah satu kru teratai.
Salah seorang wali murid yang berada di daerah Prancak mengatakan bahwa ketika ada acara-acara seperti walimah, mereka para ibu-ibu rumah tangga berhias secara berlebihan, semua perhiasan dan aksesoris yang mereka miliki dipakai, tanpa melihat apakah aksesoris yang berlebihan baik untuk kita kenakan.
Salah satu kelemahan bangsa kita yaitu lebih suka dan bangga menggunakan produk luar negri, seharusnya kita bangga terhadap produk dalam negri dari pada luar negri, karena kita sendiri adalah masyarakat dalam negri (Indonesia), bagaimana mau maju Indonesia kalau penduduknya saja sudah tidak mau mengonsumsi produk dalam negri. Jika kita memang ingin meniru budaya luar dari aspek penampilan atau cara berbusana. Sebaiknya kita tidak perlu mengcopy paste dari luar, lebih baik kita berfikir lebih kreatif bagaimana caranya agar kita bisa menyaingi mereka (hasil budaya barat). Tanpa harus menirunya. Persaingan yang seperti ini lebih baik dari pada harus meniru. Karena kita dituntut untuk lebih kreatif dalam mendesain pakaian, selama desainan kita tidak menyimpang dari ajaran islam.
Sebagai umat islam sudah sepantasnya kita untuk menutupi aurat. Kita semua sudah tahu apa saja batas-batas yang harus kita tutupi. Menutupi aurat bukan berarti hanya menutupi tubuh kita dengan pakaian tanpa harus melihat pakaian yang bagaimana yang memang pantas untuk kita pakai. Apakah pakaian yang ketat juga bisa dikatakan pakaian yang dapat menutupi aurat? akan tetapi menutupi aurat di sini yaitu menutupi seluruh anggota tubuh kita dengan pakaian yang orang lain tidak bisa “membaca” lekuk tubuh kita.
Seorang siswi seharusnya demikian juga, berpakaian yang islami. Biasanya setiap masing-masing sekolah memiliki aturan sendiri dalam menentukan peraturan, misalnya peraturan dilarangnya menggunakan aksesoris yang berlebihan. Salah satu contoh seperti peraturan yang berada di lingkungan SMA 3 Annuqayah, dimana seorang siswi tidak boleh berpakaian junkist dan tidak boleh memakai rok belah.
Pada realita yang ada, walaupun dimana-mana sudah ada yang namanya peraturan, masih tetap saja dilanggar. Entah apa yang menjadi penyebab mereka tidak patuh terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.
Salah satu bukti bahwa siswi banyak yang melakukan pelanggaran yaitu mereka para siswi SMA 3 Annuqayah masih tetap menggunakan pakaian junkist dan menggunakan rok belah. Padahal di SMA 3 Annuqayah sendiri sudah ada peraturan bahwa siswi dilarang menggunakan pakaian junkist dan menggunakan rok belah. Selain pelanggaran ini masih banyak lagi pelanggaran yang dilakukan oleh siswi SMA 3 Annuqayah seperti dilarangnya membawa handphone. Beberapa pengurus keamanan OSIS SMA 3 Annuqayah ketika melakukan razia bulanan, selalu menemukan siswi yang membawa handphone.
Selain contoh di atas, ada pula beberapa peristiwa atau contoh yang dialami oleh seorang santri, yaitu ketika seorang santri berada di lingkungan pesantren dia menggunakan pakaian ala pesantren namun ketika dia sedang berada di luar lingkungan pesantren, mereka mulai meninggalkan kebiasaan yang selama ini diimplementasikan di pesantren. Lambat laun kebiasaan itu mulai memudar. Memang benar seseorang yang berada di luar lingkungan pesantren lebih mudah terserang arus westernisasi dan globalisasi.
Dengan berbagai macam problem yang berkaitan dengan masalah mode dan fashion di era globalisasi ini, perlu adanya pemecahan-pemecahan dan cara untuk menopang masuknya arus industrialisasi ke Indonesia. Di antaranya menanamkan kesadaran dalam diri kita sendiri. Namun, adanya kesadaran dari kita masih belum cukup untuk dijadikan sebagai jalan keluar. Mayoritas mereka memiliki kesadaran diri akan tetapi mereka tidak dapat melaksanakannya, hal ini karena adanya berbagai faktor yang menuntut mereka untuk selalu berpenampilan ekstra dan eksotik, bahkan mereka berani berpenampilan ala Britney Spears demi mencapai popularitas, hal inilah yang sering mengakibatkan terjadinya pemerkosaan serta pelecehan seksual yang tak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dikalangan artispun tak jarang terjadi pelecehan seksual, misalnya kejadian yang sangat memprihatinkan, adanya salah satu fans yang menyentuh payudara dengan cara yang tidak terhormat, hal ini terjadi pada Dewi Persik artis sekaligus diva dangdut indonesia yang sangat terkenal dengan gerakan erotis dan costumnya yang selalu memancing nafsu kaum Adam karena Dewi tak tanggung-tanggung dalam memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya yang cukup seksi, oleh karena itu, kita juga perlu mengembangkan dan memperbanyak ilmu pengetahuan agama untuk dapat menghidupkan dan mengokohkan kembali nilai-nilai agama islam yang sudah mulai terkikis, perlu adanya penegasan dan pengontrolan dari keluarga secara baik, karena keluarga juga sangat mempengaruhi terhadap perkembangan anak, lebih berhati-hati dalam bergaul, tidak asal menerima hal-hal baru yang masuk dikalangan kita sebelum diseleksi terlebih dahulu, mempertegas peraturan dalam pesantren sebagai agen islam khususnya bagi kalangan santri, selain itu juga kita usahakan mendesain busana muslim yang lebih menarik dan unik tapi bermotif islam daripada busana non muslim.
Dikutip dari Majalah Teratai, No 2/Mei 2008, diterbitkan oleh OSIS SMA 3 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar